Konten dari Pengguna

Tragedi Paten Riyantori: Goyahnya Perlindungan Hukum Inovator di Indonesia

Junet Hariyo Setiawan
Editor Yure Humano Journal of Law, Editor Ordonnantie and Delegatie Journal of Law, Penulis Buku Sejarah KAI 2021
25 September 2024 12:53 WIB
·
waktu baca 3 menit
comment
0
sosmed-whatsapp-white
copy-link-circle
more-vertical
Tulisan dari Junet Hariyo Setiawan tidak mewakili pandangan dari redaksi kumparan
Ilustrasi Goyahnya Humum Paten: Dok. Pribadi
zoom-in-whitePerbesar
Ilustrasi Goyahnya Humum Paten: Dok. Pribadi
ADVERTISEMENT
Kasus paten yang menimpa almarhum Ir. Riyantori, penemu pondasi konstruksi sarang laba-laba (KSLL), merupakan salah satu bukti nyata bahwa sistem paten di Indonesia masih memiliki banyak kelemahan yang perlu segera diperbaiki. Bukan hanya menjadi sebuah tragedi bagi ahli waris penemu tersebut, kasus ini juga mengungkap permasalahan yang lebih mendalam dalam birokrasi dan perlindungan hukum yang dihadapi oleh para inovator di Indonesia. Alih-alih memberikan perlindungan yang layak, sistem paten kita kerap kali menjadi sumber konflik hukum yang berkepanjangan bagi para penemu.
ADVERTISEMENT
Idealnya, sistem paten bertugas melindungi hak kekayaan intelektual para penemu. Namun, kasus ini menunjukkan bahwa lemahnya verifikasi paten dan rumitnya prosedur penyelesaian sengketa dapat menyeret para inovator ke dalam konflik hukum yang melelahkan, meskipun mereka telah memiliki hak yang sah atas hasil karya mereka. Kasus Riyantori menggambarkan betapa lemahnya kontrol terhadap dokumen paten dan bagaimana proses ini mudah dimanipulasi oleh pihak-pihak yang tidak bertanggung jawab. Hal ini tentu menimbulkan dampak negatif, tidak hanya bagi para penemu, tetapi juga bagi stabilitas hukum itu sendiri.
Salah satu hal yang paling memprihatinkan dari kasus ini adalah kenyataan bahwa sebuah dokumen yang diduga palsu mampu membatalkan sertifikat paten yang sah, bahkan mengesampingkan putusan final dari Mahkamah Agung. Ini mengindikasikan adanya kelemahan signifikan dalam sistem pengawasan dan penegakan hukum terkait paten di Indonesia. Situasi ini menciptakan ketidakpastian hukum dan rasa ketidakadilan, yang justru merugikan para inovator lokal yang seharusnya dilindungi oleh sistem paten yang kuat dan transparan.
ADVERTISEMENT
Oleh karena itu, reformasi terhadap sistem paten di Indonesia sudah menjadi suatu keharusan yang tidak bisa ditunda lagi. Keterlambatan dalam melakukan reformasi hanya akan memperpanjang ketidakadilan yang dirasakan oleh para penemu, serta menciptakan ketidakpastian hukum yang lebih dalam bagi mereka yang ingin mengembangkan inovasi baru tanpa rasa takut terjerat dalam masalah hukum yang tidak seharusnya terjadi.
Reformasi ini harus mencakup perbaikan dalam hal verifikasi paten, penguatan pengawasan terhadap proses pengajuan dan pengesahan paten, serta penyederhanaan prosedur penyelesaian sengketa paten. Tanpa adanya perubahan yang menyeluruh dan mendasar, sistem paten di Indonesia akan terus terjebak dalam kelemahan yang sama, dan penemu lokal akan semakin enggan berinovasi karena merasa tidak mendapatkan perlindungan yang memadai.
ADVERTISEMENT
Jika permasalahan seperti yang dialami oleh Riyantori terus berlanjut, dampaknya bukan hanya pada kerugian yang dialami individu penemu. Inovasi di Indonesia secara keseluruhan bisa terancam karena para penemu akan takut mengembangkan ide-ide baru mereka. Padahal, inovasi merupakan salah satu kunci penting dalam perkembangan teknologi dan ekonomi suatu negara. Tanpa adanya sistem paten yang adil dan berfungsi dengan baik, Indonesia berpotensi tertinggal dalam persaingan global di bidang inovasi dan teknologi.
Kasus Riyantori seharusnya menjadi peringatan serius bagi pemerintah dan pihak terkait untuk segera bertindak. Reformasi sistem paten harus menjadi prioritas nasional agar para inovator di Indonesia bisa mendapatkan perlindungan hukum yang mereka butuhkan. Hanya dengan sistem paten yang kuat, adil, dan transparan, kita dapat mendorong lahirnya lebih banyak inovasi yang dapat memajukan bangsa dan meningkatkan daya saing Indonesia di kancah global.
ADVERTISEMENT