Tentang KamiPedoman Media SiberKetentuan & Kebijakan PrivasiPanduan KomunitasPeringkat PenulisCara Menulis di kumparanInformasi Kerja SamaBantuanIklanKarir
2024 © PT Dynamo Media Network
Version 1.86.0
Konten dari Pengguna
Inovasi AI dalam Deteksi Dini Penyakit: Meningkatkan Harapan Hidup
14 Oktober 2024 11:12 WIB
·
waktu baca 5 menitTulisan dari Hasdi Putra tidak mewakili pandangan dari redaksi kumparan
ADVERTISEMENT
Menurut laporan dari World Health Organization (WHO), sekitar 70% kematian global disebabkan oleh penyakit tidak menular, seperti kanker, penyakit kardiovaskular, dan diabetes . Banyak dari penyakit ini dapat dicegah atau diperlambat perkembangannya melalui deteksi dini yang tepat. Namun, kendala utama yang dihadapi adalah ketersediaan sumber daya medis dan tenaga ahli yang terbatas. Inilah celah yang coba diisi oleh teknologi AI. Algoritma kecerdasan buatan mampu menganalisis gambar medis, seperti hasil CT scan, MRI, dan X-ray, serta data laboratorium dengan lebih cepat dan akurat dibandingkan manusia, memungkinkan diagnosis lebih awal dan perawatan yang lebih efektif.
ADVERTISEMENT
Salah satu contoh sukses penerapan AI di bidang kesehatan adalah pada deteksi kanker payudara. Penelitian yang dipublikasikan di jurnal Nature pada tahun 2020 menunjukkan bahwa AI mampu mendeteksi kanker payudara dengan akurasi yang lebih tinggi daripada dokter radiologi . Studi tersebut dilakukan dengan melibatkan lebih dari 25.000 hasil mammografi dan menunjukkan bahwa AI mampu mengurangi false negatives—kasus di mana kanker tidak terdeteksi—hingga 9,4% dan false positives hingga 5,7%. Ini adalah langkah penting dalam meningkatkan deteksi dini, yang berujung pada peningkatan harapan hidup pasien.
Di Indonesia, penerapan AI dalam dunia medis juga mulai mendapatkan perhatian. Salah satu contohnya adalah penggunaan AI dalam pengembangan sistem untuk mendeteksi retinopati diabetik, suatu komplikasi serius dari diabetes yang dapat menyebabkan kebutaan jika tidak ditangani tepat waktu. AI dalam sistem ini bekerja dengan menganalisis foto retina pasien untuk mendeteksi tanda-tanda awal penyakit. Aplikasi ini sangat bermanfaat di wilayah yang kekurangan tenaga medis spesialis mata, memungkinkan diagnosa lebih cepat dan pengobatan lebih awal bagi penderita.
ADVERTISEMENT
AI juga tidak hanya berperan dalam deteksi penyakit yang sudah terjadi, tetapi juga membantu dalam memprediksi kemungkinan seseorang terkena penyakit di masa depan. Sebagai contoh, algoritma AI kini dapat menganalisis data medis dari catatan kesehatan pasien, termasuk riwayat keluarga, gaya hidup, serta hasil tes kesehatan, untuk memprediksi risiko penyakit jantung atau stroke di masa depan. Ini memungkinkan dokter dan pasien untuk mengambil langkah preventif sebelum penyakit berkembang, seperti mengubah pola makan, meningkatkan aktivitas fisik, atau mengonsumsi obat-obatan tertentu untuk mengurangi risiko.
Namun, penerapan AI dalam bidang kesehatan tidak terlepas dari tantangan. Salah satu isu yang menjadi perhatian adalah keamanan dan privasi data pasien. Sistem AI membutuhkan data dalam jumlah besar untuk bisa bekerja dengan akurat, namun hal ini bisa menimbulkan kekhawatiran mengenai siapa yang mengakses dan bagaimana data tersebut digunakan. Peraturan yang ketat terkait perlindungan data, seperti yang tertuang dalam General Data Protection Regulation (GDPR) di Uni Eropa, perlu diterapkan secara konsisten untuk menjaga kepercayaan masyarakat terhadap teknologi ini . Di Indonesia, regulasi terkait keamanan data masih perlu diperkuat untuk memastikan penerapan AI dalam kesehatan berjalan dengan aman dan transparan.
ADVERTISEMENT
Selain itu, keberhasilan penerapan AI di bidang kesehatan sangat bergantung pada ketersediaan infrastruktur teknologi yang memadai. Di negara maju, rumah sakit dan klinik telah dilengkapi dengan peralatan canggih dan jaringan data yang memungkinkan pemrosesan informasi dengan cepat. Namun, di negara berkembang seperti Indonesia, masih terdapat kesenjangan teknologi, terutama di daerah terpencil. Pengembangan infrastruktur teknologi, termasuk jaringan internet yang stabil dan fasilitas penyimpanan data, sangat penting untuk mendukung implementasi AI secara luas dalam sistem kesehatan.
Tantangan lain yang perlu diatasi adalah pelatihan tenaga medis agar mampu memanfaatkan teknologi AI dengan maksimal. Tenaga medis perlu diberikan pemahaman mengenai cara kerja AI serta bagaimana mereka dapat berkolaborasi dengan teknologi ini dalam memberikan pelayanan kesehatan yang lebih baik. Banyak yang khawatir bahwa AI akan menggantikan peran dokter dan perawat, namun kenyataannya, AI dirancang untuk mendukung dan memperkuat keputusan medis, bukan menggantikannya. AI dapat membantu dokter memfokuskan perhatian pada kasus yang lebih kompleks dan memanfaatkan waktu mereka dengan lebih efisien.
ADVERTISEMENT
Meskipun masih dalam tahap perkembangan, potensi AI dalam meningkatkan layanan kesehatan di masa depan tidak bisa diabaikan. Dengan kemampuan menganalisis data besar dan memberikan rekomendasi berbasis bukti ilmiah, AI dapat membantu meningkatkan deteksi dini penyakit, mempercepat proses diagnosa, dan memberikan perawatan yang lebih personal sesuai dengan kebutuhan pasien. Dampaknya terhadap peningkatan harapan hidup sudah mulai terlihat dan diharapkan akan semakin terasa seiring dengan perkembangan teknologi dan perluasan penggunaannya di berbagai wilayah di Indonesia.
Dalam beberapa tahun ke depan, inovasi AI di bidang kesehatan akan terus berkembang, membawa perubahan positif dalam cara kita mendeteksi dan menangani berbagai penyakit. Penerapan AI tidak hanya akan membantu dalam mendeteksi penyakit lebih dini, tetapi juga mengoptimalkan sumber daya yang ada dan meningkatkan akses pelayanan kesehatan bagi masyarakat, terutama di daerah-daerah yang selama ini sulit dijangkau. Dengan langkah yang tepat dalam mengatasi tantangan yang ada, AI dapat menjadi salah satu solusi kunci untuk meningkatkan kualitas hidup manusia melalui layanan kesehatan yang lebih baik dan lebih efisien.
ADVERTISEMENT