Tentang KamiPedoman Media SiberKetentuan & Kebijakan PrivasiPanduan KomunitasPeringkat PenulisCara Menulis di kumparanInformasi Kerja SamaBantuanIklanKarir
2024 © PT Dynamo Media Network
Version 1.93.2
Konten dari Pengguna
Kisah Inspiratif Stephanie Kurlow, Balerina Berhijab Pertama di Dunia
16 Juni 2021 15:34 WIB
·
waktu baca 3 menitTulisan dari Hijab Lifestyle tidak mewakili pandangan dari redaksi kumparan
ADVERTISEMENT
Pertunjukan balet selalu menarik perhatian banyak orang. Kita akan terpukau dengan penampilan sang balerina meliuk di atas panggung sembari menjinjit kakinya dan memakai busana khas penari balet. Ternyata, tak banyak diketahui, ada seorang balerina berhijab. Dia bernama Stephanie Kurlow yang memiliki kewarganegaraan Australia.
ADVERTISEMENT
Bagi Stephanie, menari adalah segalanya. Ketika menari, dia selalu bersemangat bersama sentuhan ringan yang dinikmati dengan gembira. Menjadi seorang Muslimah berhijab tak menghalanginya untuk terus mengekspresikan dirinya di panggung. Dia juga dianggap sebagai balerina berhijab pertama di dunia.
Wanita berdarah Australia-Rusia itu mulai menggeluti seni tari sejak usia dua tahun. Ketika ia menginjak umur 11 tahun, Stephanie memutuskan untuk berhijab. Pada awalnya, sejumlah sanggar tari lokal menolaknya karena alasan keyakinan Stephanie untuk menutupi kepalanya dengan hijab. Bahkan, mereka bersikeras agar dia melepaskan jilbabnya.
Merasa kecewa, Stephanie memutuskan untuk berhenti dari kelas balet selama beberapa tahun. Dia sempat tak menemukan figur profesional di ruang dansa yang mengenakan hijab. Ibu Stephanie yang bukan seorang penari merasa prihatin dengan anaknya. Lalu, dia membuka studio khusus yang menerima orang-orang dari berbagai agama dan etnis minoritas.
ADVERTISEMENT
Studio ini menjadi tempat yang lebih aman bagi gadis-gadis muda seperti Stephanie yang merasa dikucilkan atau didiskriminasi. Sejak didirikan sekitar 10 tahun yang lalu, studio milik keluarga Stephanie terus berkembang hingga hari ini di pinggiran barat Sydney, yang menjadi ibu kota negara bagian New South Wales.
Nama Stephanie menjadi semakin dikenal luas tak hanya di komunitasnya. Wanita muda itu menerima beasiswa Bjorn Borg, Aim for the Stars, dan Game Changer. Dia juga pernah diundang ke Indonesia sebagai pembicara pada Konferensi Pemberdayaan Perempuan Resonasi di Hari Perempuan Internasional.
Selain itu, Stephanie menjadi Duta Kampanye Hapus Kebencian dan membantu anak-anak muda yang menghadapi perundungan online. Baru-baru ini, dia diundang oleh Kepala Sekolah The American Ballet Theatre, Misty Copeland untuk menjadi bagian dari video Swans for Relief. Tujuannya adalah mengumpulkan donasi dan membantu para seniman selama pembatasan virus corona.
ADVERTISEMENT
"Ini tentang hidup di dunia yang indah dan penuh dengan orang yang berbeda, dan memberi orang lain harapan untuk bermimpi besar," ujar Stephanie dalam sebuah wawancara dengan MDM.
Seperti kebanyakan orang, rencana Stephanie untuk melakukan tur ke luar negeri dan ke berbagai negara bagian di Australia harus tertunda karena pandemi COVID-19. Namun, mimpi yang tertunda itu tak menghentikan kegiatan menarinya dan tak langsung membuat dia putus asa. Stephanie berharap bisa mewujudkan keinginannya pada tahun 2021.
Sebagai penari berbakat dan lahir dari orang tua multikultural, dia memiliki kesempatan besar untuk terus merangkul penari muda dari beragam etnis, agama, dan latar belakang. Pengalamannya menjadi kisah inspiratif tentang keberagaman dan hidup bersama bangsa multi-budaya serta multi-agama baik di Australia mau pun di dunia.
ADVERTISEMENT
"Segalanya harus berubah, harus tumbuh. Begitulah cara kita berkembang sebagai manusia, sebagai dunia," jelas Stephanie.
Menurut Stephanie, hidup di tengah keberagaman tidak lantas membuat seseorang bosan. Justru, ada banyak percakapan yang menarik untuk mengetahui satu sama lain, meskipun itu terkadang terhambat oleh tantangan. Tapi dia menegaskan, jangan takut untuk memiliki perdebatan kecil yang akan membawa kita tumbuh berkembang bersama dalam perbedaan.