Tentang KamiPedoman Media SiberKetentuan & Kebijakan PrivasiPanduan KomunitasPeringkat PenulisCara Menulis di kumparanInformasi Kerja SamaBantuanIklanKarir
2024 © PT Dynamo Media Network
Version 1.93.2
Konten dari Pengguna
Swiss Larang Penggunaan Burqa di Ruang Publik, Ini Tanggapan Feminis Muslim
9 Maret 2021 19:05 WIB
Tulisan dari Hijab Lifestyle tidak mewakili pandangan dari redaksi kumparan
ADVERTISEMENT
Mayoritas orang Swiss menyetujui larangan pemakaian penutup wajah, seperti burqa dan niqab di ruang publik.
ADVERTISEMENT
Berdasarkan hasil refrendum Swiss yang diadakan pada Minggu (7/3), sebanyak 51,2% suara menyetujui keputusan pemakaian burqa dan niqab yang biasa dikenakan muslimah dilarang. Sedangkan, 48,8% menolak usulan tersebut sebagaimana dilansir dari laman Unilad.
Di bawah keputusan ini, orang-orang Swiss tidak lagi diizinkan mengenakan penutup sepenuhnya wajah mereka di tempat-tempat umum, baik di pusat perbelanjaan atau pedesaan terbuka. Akan tetapi, ada beberapa pengecualian untuk aturan ini, termasuk tempat ibadah dan alasan adar istiadat, seperti karnaval.
Bahkan, penutup wajah yang dikenakan untuk tujuan kesehatan dan keselamatan juga akan dikecualikan dari undang-undang ini. Namun, masker wajah yang dikenakan untuk melindungi dari penyebaran virus corona masih diperbolehkan.
Walaupun dalam proposal tidak menjelaskan secara eksplisit menyebutkan burqa dan niqab, namun larangan ini jelas ditujukan pada cadar yang dikenakan oleh beberapa wanita muslim.
ADVERTISEMENT
Lantas, dengan disetujuinya keputusan larangan pemakaian burqa ini membuat kelompok perempuan feminis Muslim Purple Headscareves.
"Selain tidak berguna, teks ini (proposal) rasis dan seksis," kata Juru Bicara kelompok perempuan feminis Muslim Purple Headscareves, Ines El-Shikh.
Dia mengatakan bahwa undang-undang yang diusulkan menimbulkan kesan adanya masalah, padahal hanya ada 30 perempuan yang mengenakan burqa di Swiss.
Sementara itu, kelompok Muslim di Swiss juga turut mengkritik keras larangan tersebut. Mereka mengatakan, larang itu dianggap merupakan serangan terhadap komunitas Muslim di Swiss serta apa yang dimaksud adalah untuk lebih menstigmatisasi dna memiminggirkan kaum Muslim di Swiss.
Survei Kantor Statistik Federal 2019, menemukan bahwa 5,5% populasi Swiss adalah Muslim, sebagian besar di bekas Yuhoslavia. Danb kebanyakan dari mereka tidak memilih untuk memakai penutup diseluruh wajah.
ADVERTISEMENT
Aliansi para pelaku bisnis dan perhotelan juga tak ketinggalan turut menentang larangan itu dengan alasan akan mengurangi jumlah kunjungan wisatawan dari negara-negara Arab.
Di sisi lain, sebuah studi terbaru dari Universitas of Lucerne, menempatkan jumlah wanita muslim di Swiss yang mengenakan niqab antara 21 hingga 37. Belum ada bukti sama sekali wanita Swiss yang mengenakan burqa.
Berdasarkan data terbaru, jumlah Muslim membentuk sekitar 5% dari populasi Swiss. Jumlah setara dengan sekitar 390.000 orang dari 8,6 juta penduduk.
Partai Rakyat Swiss, partai populis sayap kanan yang merupakan fraksi terkemuka di parlemen, sangat mendukung tindakan tersebut. Salah satu poster kampanyenya menunjukkan gambar karikatur seorang perempuan yang menggunakan niqab dengan ekspresi mata merengut, dengan tulisan "Hentikan Radikalisme Islam".
ADVERTISEMENT
Jean-Luc Addor dari partai tersebut mengatakan bahwa "untungnya" tidak banyak perempuan yang mengenakan burqa di Swiss. Dia menekankan bahwa "ketika ada masalah, kami menanganinya sebelum menjadi tidak terkendali."
Sementara itu, pemerintah dan parlemen menentang larangan nasional pemakaian burqa tersebut.
Sebagai informasi, dengan adanya pelarangan tersebut, maka Swiss akan bergabung bersama lima negara lain di Eropa yang telah menerapkan aturan larangan niqab di depan publik. Negara-negara tersebut, yaitu Prancis, Belgia, Denmark, Belanda, dan Austria.