Konten Media Partner

Marak Jasa Sewa Pacar di Medsos, Begini Kata Psikolog Pontianak

4 November 2022 13:03 WIB
·
waktu baca 3 menit
comment
0
sosmed-whatsapp-white
copy-link-circle
more-vertical
Ilustrasi dating online. Foto: Shutterstock
zoom-in-whitePerbesar
Ilustrasi dating online. Foto: Shutterstock
ADVERTISEMENT
Hi!Pontianak - Belakangan ini penyedia jasa sewa pacar menjamur di media sosial, salah satunya di Twitter. Jenis yang ditawarkan pun beragam, ada yang hanya sebatas bertukar pesan hingga menjadi 'teman' ke pesta pernikahan.
ADVERTISEMENT
Psikolog di Pontianak, Mega Christina Marpaung, menyebut fenomena jasa sewa pacar ini merupakan hal yang baru di Indonesia. Namun, praktik ini kerap bermunculan di Jepang mengingat tingkat kesepian masyarakat di sana terbilang tinggi.
Secara naluriah, kata Mega, manusia merupakan makhluk sosial yang tidak bisa hidup sendiri. Untuk itu bisa saja fenomena yang menjamur di media sosial tersebut dikarenakan banyak orang yang membutuhkan kasih sayang.
"Ini bukan hal baru dan memang menjadi hal umum, tapi di negara luar," katanya saat dihubungi Hi!Pontianak, Jumat, 4 November 2022.
Ilustrasi pacaran. Foto: Shutter stock
"Seperti yang kita tahu, sebagai makhluk sosial manusia tidak bisa hidup sendiri tanpa bantuan orang lain. Manusia membutuhkan bantuan, cinta, kasih sayang, dan perhatian dari orang-orang di sekitarnya," sambungnya.
ADVERTISEMENT
Menurut Founder Biro Psikologi Gaverta ini, kebutuhan dasar manusia memegang peranan penting dalam hidup manusia. Kebutuhan dasar yang muncul harus mendapatkan pemuasan atau harus dicukupi, termasuk kebutuhan akan kasih sayang atau cinta. Kebutuhan-kebutuhan tersebut tidak boleh senantiasa dihalangi karena bisa menimbulkan frustrasi.
"Secara psikologis, untuk penyewa mereka pun tampaknya akan mendapat banyak untuk seperti menjadi lebih percaya diri, happy, tidak lagi di-bully karena single, tidak tertekan lagi karena tuntutan lingkungan," jelasnya.
Meskipun demikian menurut Mega, sewa-menyewa pacar itu tentu ada plus minusnya sehingga penting untuk membuat dan mengatur batasan antara penyedia dan penyewa. Hal ini dilakukan agar tidak ada pihak yang merasa dirugikan.
Ilustrasi pacaran Foto: Aditia Noviansyah/kumparan
"Metode sewa-menyewa begini tentu ada plus minusnya, ya. Kalau model rental penyewaannya bersifat resmi atau tidak hanya asal-asalan saja, tentu ada aturannya menjamin diri penyewa dan penyedia. Contoh seperti situs Rentaru Kareshi Premium di Jepang. Di situs tersebut ada banyak aturan yang harus ditaati masing-masing pihak dan tentunya menjamin memberikan keuntungan juga untuk masing-masing pihak," papar Mega.
ADVERTISEMENT
"Kalau ditanya berbahaya gak, ya lama-lama larut menjadi penyewa? Ya, secara psikologis lebih ke arah menjadi dependen dan kurang bisa meningkatkan kemampuan dirinya dan optimalisasi potensi diri untuk benar-benar menjalin hubungan yang nyata dan bukan palsu," tambahannya.
Mega mengatakan, jika ada seseorang yang minat untuk menggunakan jasa ini, tidak sepatutnya untuk dihakimi. Sebab, menurutnya setiap orang pasti memiliki alasan menggunakan layanan tersebut, terlebih untuk menghadapi tuntutan-tuntutan sosial yang belakangan juga sedang marak terjadi.
"Daripada kita menghakimi mereka, saya mengimbau masyarakat untuk menganggap bahwa menyewa pacar bohongan adalah sebuah pilihan yang boleh dipilih oleh setiap individu. Ini pun bentuk kita menghargai bahwa cara itu adalah keputusan yang terbaik yang mereka pilih. Keputusan yang mereka ambil dari permasalahan, tekanan atau kondisi yang mereka hadapi," pungkasnya.
ADVERTISEMENT