Tentang KamiPedoman Media SiberKetentuan & Kebijakan PrivasiPanduan KomunitasPeringkat PenulisCara Menulis di kumparanInformasi Kerja SamaBantuanIklanKarir
2024 © PT Dynamo Media Network
Version 1.93.2
ADVERTISEMENT
Hi!Pontianak - Media sosial YouTube sudah banyak digandrungi oleh kaum milenial sebagai media untuk produksi dan mempromosikan berbagai macam konten kreatif. Mulai dari video tentang kuliner, fashion, beauty, travel, short movie, game dan masih banyak lainnya yang digarap oleh para YouTuber.
ADVERTISEMENT
Namun beberapa tahun terakhir, penonton YouTube justru banyak didominasi oleh anak-anak atau generasi Alfa. Generasi ini lahir diatas tahun 2010 dan sejak kecil telah akrab dengan teknologi dan internet. Sehingga tak ayal jika saat ini anak-anak mahir dalam mengakses internet, termasuk YouTube, dan konten terkait generasi alfa dengan mudah menarik penonton.
Lalu, kenapa hal tersebut bisa terjadi? Sosiolog dari Universitas Tanjungpura Pontianak, Viza Julian, mengatakan media sosial yang mengutamakan kreatifitas, pada dasarnya harus tetap memperhatikan tren pasar.
"Mau bagaimanapun, media itu harus mampu menyeimbangkan antara idealisme mereka dengan ideal yang mereka hasilkan, untuk memberi makan para produsen itu. Seidealis apapun mereka, cepat atau lambat, kekuatan pasar itu akan ‘mendikte’ mereka," kata Viza, saat diwawancarai Hi!Pontianak, Jumat (29/6).
ADVERTISEMENT
Viza memaparkan, saat ini pasar yang sangat potensial dan memiliki ruang untuk mengeksploitasi, adalah anak-anak. "Mulai dari fakta bahwa sudut pandang konsumen anak-anak jauh lebih potensial dibanding milenial. Karena ada kebutuhan untuk pasifikasi anak-anak, misalkan mendiamkan anak-anak agar tidak ribet dan nangis, tinggal dikasi akses YouTube saja," ungkap Viza.
Setelah pasar didominasi oleh anak-anak, maka kemudian konten kreator tentunya akan beralih untuk mencapai pasar, yaitu dengan menyajikan berbagai macam konten YouTube untuk pasar anak-anak, agar dapat mencapai viewers yang lebih tinggi.
"Cepat atau lambat, kebutuhan pasar akan berubah. Kalau mereka tidak cepat beradaptasi, ya mereka akan bangkrut. Rajanya itu konsumen. Pada saat konsumen dari YouTube itu didominasi oleh anak-anak, mau tidak mau para produsen menyesuaikan diri," tambahnya.
ADVERTISEMENT
Dirinya menceritakan, bahwa faktanya, anak memiliki potensi untuk mengakses YouTube dengan waktu yang lebih lama, karena adanya pasifikasi, dan dengan alasan anak-anak membutuhkan hiburan yang lebih banyak. Berbeda dengan kaum milenial, yang waktu untuk mengakses YouTube terbilang lebih sedikit, karena disibukkan dengan berbagai macam kegiatan atau pekerjaan lainnya. (Hp8)