Konten Media Partner

Sedih, Silok Merah Ketungau Kini Punah

22 Juni 2024 15:25 WIB
·
waktu baca 2 menit
comment
0
sosmed-whatsapp-white
copy-link-circle
more-vertical
Ikan Arwana yang dipelihara dalam aquarium milik warga. Foto: Yusrizal/Hi! Pontianak
zoom-in-whitePerbesar
Ikan Arwana yang dipelihara dalam aquarium milik warga. Foto: Yusrizal/Hi! Pontianak
ADVERTISEMENT
Hi!Pontianak - Dulu, Sungai Ketungau di Kabupaten Sintang, Kalimantan Barat sempat menjadi habitat ikan Silok atau Arwana jenis super red. Namun seiring berjalannya waktu, Arwana di sungai tersebut diduga mengalami kepunahan.
ADVERTISEMENT
Sekretaris Daerah (Sekda) Sintang, Kartiyus menduga punahnya Arwana super red di Sungai Ketungau disebabkan perburuan yang masif. Perburuan saat itu tak hanya menangkap anak ikan Arwana saja, tetapi juga induknya.
“Itu masalahnya, kalau induknya tidak ada, bagaimana Arwana bisa bertelur. Sekarang, sudah habis, tidak ada Arwana Ketungau,” katanya.
Ikan Arwana jenis super red yang ikut serta dalam kontes di Pontianak, belum lama ini. Foto: Rere Hutapea/Hi! Pontianak
Kartiyus mengaku ingat betul saat perburuan besar-besaran ikan Arwana zaman dulu. Ketika itu Sungai Ketungau layaknya pasar malam, di mana-mana dipenuhi lampu senter dari orang-orang yang mencari ikan Arwana di Sungai Ketungau.
“Kejadian sekitar tahun 1980-an, waktu itu saya masih SMA,” ungkapnya.
Ia menambahkan, ketika Silok merah Ketungau pelan-pelan menghilang, sejumlah orang sempat membawa berbagai jenis seperti Silok hijau, Silok kuning dari Sepauk dan Tempunak untuk untuk dijual.
ADVERTISEMENT
“Kalau orang yang tidak paham, dia tidak tahu mana yang Silok merah hijau atau kuning. Bayangkan sampai seperti itu cara menipu orang,” ujarnya.
Hingga saat ini, sambung Kartiyus, tidak pernah ada orang yang dapat Silok di Sungai Ketungau.
“Artinya apa, ikan Siloknya tidak ada lagi, ya kan. Kalau ikan Siloknya masih ada, pasti dicari-cari orang. Tak hanya di Sungai Ketungau, di danau-danau pun tidak ada lagi,” ungkap Kartiyus.
Seharusnya agar Arwana di Sungai Ketungau tetap lestari, perburuan tidak menyasar ke induknya.
“Harusnya induknya tidak diambil agar bisa tetap bertelur. Sebagai warga Ketungau saya sedih dan kecewa, kenapa Silok merah Ketungau hilang dan tidak ada lagi. Mengingat habibat Silok merah di Sintang hanya di Sungai Ketungau saja, di sungai lain tidak ada,” jelasnya.
ADVERTISEMENT