Tentang KamiPedoman Media SiberKetentuan & Kebijakan PrivasiPanduan KomunitasPeringkat PenulisCara Menulis di kumparanInformasi Kerja SamaBantuanIklanKarir
2024 © PT Dynamo Media Network
Version 1.93.2
Konten dari Pengguna
Drama Jalan Salib, Sebuah Pendekatan Damai di Papua
26 April 2022 11:59 WIB
·
waktu baca 6 menitTulisan dari Hugo Gian tidak mewakili pandangan dari redaksi kumparan
ADVERTISEMENT
Di Timika, saya menantikan kabar dari Lembah Tsinga, salah satu pedalaman di Papua tempat Suku Amungme tinggal. Suasana Paskah di sana mempunyai rona yang berbeda.
ADVERTISEMENT
Gawai saya berdering. Akhirnya notifikasi whatsapp yang saya nantikan datang juga. Sudah lebih dari sepekan saya menghubungi rekan – rekan guru di pedalaman Tsinga. Baru kali ini pesan saya terbalas.
Mau bagaimana lagi, di pedalaman Tsinga, Tembagapura koneksi internet masih terbatas. Koneksi internet hanya tersedia melalui jaringan Satelit Ubiqu , dan itu pun hanya bisa saat malam hari ketika genset, satu – satunya sumber listrik di kampung dinyalakan.
Pesan whatsapp dari Venansius Mandu (Venan), Guru SMP Negri Tsinga itu mengabarkan mengenai Drama Jalan Salib dalam Perayaan Paskah yang diadakan di Tsinga. Acara ini merupakan pengalaman pertama bagi masyarakat Tsinga. Warga masyarakat, Bapak Pendeta, tokoh adat, bersama dengan tenaga pengajar (Guru SD dan SMP), tenaga kesehatan (mantri dan suster), dan tenaga keamanan (Yonif 315/Garuda) berproses bersama dalam penyelenggaraan Drama Jalan Salib ini.
Makna Drama Jalan Salib
ADVERTISEMENT
Drama Jalan Salib merupakan rekonstruksi penggambaran masa – masa terakhir Yesus yang wafat di kayu salib. Tradisi ini merupakan devosi umat Nasrani sebagai sebuah penghayatan dan pernyataan iman, bahwa Yesus yang wafat di kayu salib sudah merelakan diri-Nya untuk menebus dosa umat-Nya.
Sesuai dengan Alkitab dalam Surat Petrus yang Pertama Pasal 2 Ayat 24.
Bilur merupakan luka panjang pada kulit yang biasanya merupakan bekas cambukan. Umat Nasrani percaya, bahwa penderitaan dan wafat Yesus merupakan penebusan dosa.
Bagi warga masyarakat Tsinga yang mayoritas beragama Kristen, Paskah merupakan peristiwa penting selain Natal. Drama Jalan Salib mampu memberikan perenungan yang mendalam bagi pertumbuhan iman mereka. Venan menambahkan bahwa dari kegiatan Drama Jalan Salib ini akhirnya masyarakat menjadi lebih mendalami makna Paskah sebagai Hari Kebangkitan Tuhan Yesus.
ADVERTISEMENT
Proses Drama Jalan Salib
Toni Arwan, salah satu pengajar di SMP Negri Tsinga bersama Adrison Patane Guru SD Inpres Tsinga dan rekan – rekan yang lain tidak menyangka bahwa ide mereka akan disambut baik oleh Bapak Pendeta dan tokoh masyarakat yang ada.
Memang masyarakat sempat pesimis mengenai ide ini. Drama Jalan Salib adalah sesuatu yang baru di Tsinga. Selama ini Paskah hanya dirayakan dengan Ibadah biasa. Akan tetapi seiring dengan berjalannya proses latihan selama tiga minggu, para masyarakat yang terlibat menyadari bahwa kegiatan ini merupakan salah satu pernyataan iman.
Warga masyarakat seperti Nenek Dino, Mama Berta, dan Mama Tito yang berperan sebagai perempuan yang mengiringi jalan Yesus ke Golgota bersaksi bahwa Drama Jalan Salib ini membuat gambaran mereka akan penderitaan Yesus menjadi semakin dekat.
ADVERTISEMENT
Drama Jalan Salib Menjadi Penting di Lembah Tsinga
Tsinga atau biasa disebut sebagai Lembah Tsinga merupakan salah satu bagian pedalaman dari Distrik Tembagapura, Mimika. Koneksi sinyal dan listrik menjadi terbatas. Jangankan untuk menonton kisah sengsara dalam bentuk film, listrik menyala di malam hari saja sudah bersyukur.
Untuk itulah Drama Jalan Salib menjadi penting. Gambaran mengenai Kisah Sengsara Yesus menjadi lebih dekat dengan kehidupan warga masyarakat Tsinga. Tampilan dalam bentuk drama yang lengkap dengan suguhan suara dan visual mampu memperkaya imajinasi mereka mengenai Kisah Sengsara Yesus.
Teriakan – teriakan para algojo yang menyiksa Yesus serta bagaimana badan Yesus yang sudah payah penuh darah tetap dipaksa untuk berjalan. Warga Masyarakat merekam itu baik secara suara maupun visual. Itulah yang membuat iman mereka menjadi bertumbuh. Mereka bisa melihat secara langsung rekonstruksi Yesus yang berkorban demi dosa manusia.
ADVERTISEMENT
Tidak heran, Drama Jalan Salib ini menimbulkan kesan yang mendalam. Mama Berta sempat bergidik melihat kekerasan yang terjadi. Baginya Yesus sudah melakukan sesuatu yang luar biasa bagi umat-Nya.
Yesus yang Menembus Batasan Ras
Pertengahan tahun 2020, Lorna May Wadsworth membuat penafsiran ulang karya Leonardo Da Vinci berjudul Last Supper (Perjamuan Terakhir). Wadsworth menggambarkan Yesus sebagai sosok orang berkulit hitam. Lukisan tersebut dipajang di Gereja St. Albans di Hertfordshire, Inggris seabgai gerakan anti rasis Black Lives Matter.
Persona Yesus berkaitan erat dengan budaya di mana nilai – nilai Kristiani itu tumbuh. Yesus yang lahir di Betlehem, Yudea dan besar di Nazaret Galilea mempunyai banyak penafsiran mengenai bentuk fisiknya. Ciri fisik paling popular adalah Yesus yang berkulit putih, rambut panjang pirang bergelombang, berjanggut berkumis tebal seperti gambaran orang Eropa.
ADVERTISEMENT
BBC London sempat membuat tayangan Son of God, sebuah serial dokumenter yang menceritakan kehidupan Yesus melalui pendekatan ilmiah berdasarkan bukti sejarah. Tayangan tersebut menampilkan bentuk wajah orang Galilea, yang dekat dengan citra Yesus sebagai orang Galilea. Tampilan tersebut berdasarkan bukti forensik, arkeologis, geografis, dan artistik. Hasilnya jauh berbeda dengan gambaran Yesus yang berambut pirang dan bermata biru yang sering digambarkan oleh Hollywood.
Kal Muller dan Yunus Omabak dalam buku berjudul Dataran Tinggi Papua menampilkan ilustrasi yaitu sebuah lukisan Yesus berkulit gelap dengan dekorasi Suku Amungme.
Gagasan yang menarik mengenai sosok Yesus juga diperlihatkan di Drama Jalan Salib ini. Yesus digambarkan sebagai sosok berkulit gelap dan berambut keriting. Sebuah ciri fisik yang melekat pada orang asli Papua.
ADVERTISEMENT
Hal ini bukan menjadi suatu masalah, sebab ajaran Kristen sendiri tidak terlalu memandang perbedaan ras ataupun suku. Bagi ajaran Kristen, semua adalah sama dalam nama Tuhan.
Sosok Yesus yang dihadirkan tadi menjadi semakin dekat dengan keseharian masyarakat. Ajaran Kristiani menganggap Allah sebagai Tuhan yang dekat. Yesus sendiri kerap menyimbolkan dirinya sebagai Anak Manusia. Kitab Yohanes bahkan menyatakan
Ajaran Kristiani meyakini bahwa Yesus tinggal di tengah – tengah kita sebagai manusia. Gagasan itu yang mau dimunculkan di Drama Jalan Salib ini. Yesus mendapat citra sebagai orang Papua. Kedekatan ciri – ciri fisik inilah yang semakin menambah nilai perenungan yang mendalam, bukan hanya bagi masyarakat Amungme, suku asli di Lembah Tsinga, melainkan bagi kemanusiaan itu sendiri.
ADVERTISEMENT
Berulang kali peristiwa mendiskreditkan masyarakat Papua terjadi. Baik tutur verbal yang menyakitkan ataupun permasalahan tingkat struktural yang dialami.
Yesus yang dicitrakan sebagai orang Papua ini menyiratkan bahwa kebenaran dan keadilan di tanah ini masih jauh panggang dari pada api. Sama seperti Yesus yang diadili Pontius Pilatus tanpa adanya keadilan. Begitu pula masyarakat Papua yang sampai sekarang terus berjuang merindukan keadilan.
Drama Jalan Salib; Sebuah Pendekatan Damai
Setidaknya Drama Jalan Salib ini sudah menjadi sebuah gambaran mengenai pendekatan damai secara budaya religius. Pendekatan damai seperti inilah yang dibutuhkan. Pendekatan damai ini membuat dialog antara beberapa pihak bisa terjalin.
Di tengah proses latihan Drama Jalan Salib, tenaga keamanan ataupun tenaga kesehatan bisa membuka dialog dengan masyarakat mengenai apa – apa saja kebutuhan masyarakat. Ketegangan bisa berubah menjadi cair sebab sudah mulai mengenal satu dengan yang lain. Perasaan tidak enak hati karena belum mengenal perlahan menjadi luruh.
ADVERTISEMENT
Jadi benarlah pernyataan dalam Surat Paulus kepada Jemaat di Roma;