Konten dari Pengguna

Dampak Polusi Udara terhadap Kesehatan Anak

dr Nisak Humairok Sp A
Pediatrician in Eastern Indonesia/ Labuan Bajo, Flores, East Nusa Tenggara
14 September 2023 5:22 WIB
·
waktu baca 6 menit
comment
0
sosmed-whatsapp-white
copy-link-circle
more-vertical
Tulisan dari dr Nisak Humairok Sp A tidak mewakili pandangan dari redaksi kumparan
Ilustrasi anak sakit.  Foto: Shutterstock
zoom-in-whitePerbesar
Ilustrasi anak sakit. Foto: Shutterstock
ADVERTISEMENT
Baru-baru ini kita mengamati peningkatan yang signifikan dalam jumlah anak yang mengalami gangguan kesehatan dan melakukan kunjungan ke poliklinik dan rumah sakit. Fenomena ini melibatkan anak-anak dari berbagai kelompok usia, mulai dari bayi, balita, hingga anak-anak usia sekolah.
ADVERTISEMENT
Pengamatan di media sosial juga mencerminkan hal yang serupa, di mana banyak kasus penyakit anak-anak dihubungkan dengan perubahan cuaca yang ekstrem atau bahkan tingkat polusi udara yang makin memprihatinkan. Perlunya perhatian khusus terkait kualitas udara yang kita hirup hari demi hari telah mencapai tingkat yang sangat tidak sehat, dimana anak-anak menjadi kelompok yang rentan terpengaruh.
Polusi udara berasal dari berbagai sumber yang berbeda. Salah satunya adalah asap dari kendaraan bermotor, yang sering disebut sebagai traffic related air pollution (TRAP). Ada juga polusi yang dihasilkan oleh pembangkit listrik tenaga batubara, serta aktivitas hydraulic fracturing yang intens.
Polusi udara juga bisa berasal dari berbagai sektor, termasuk pertanian dan industri. Tidak hanya itu, manusia juga berperan penting dalam meningkatkan polusi udara. Kebakaran hutan yang disebabkan oleh tindakan manusia masih sering terjadi, dan hal ini menjadi perhatian serius, terutama dalam setahun terakhir.
Ilustrasi bahaya polusi udara terhadap anak. Foto: Thannaree Deepul/Shutterstock
Anak-anak merupakan kelompok yang sangat rentan terhadap dampak polusi udara. Mereka adalah individu dalam tahap pertumbuhan dan perkembangan yang aktif, serta sistem fisiologis mereka, khususnya sistem pernapasan, berbeda secara signifikan dibandingkan dengan orang dewasa.
ADVERTISEMENT
Secara umum, anak-anak memiliki laju pernapasan yang lebih tinggi/respiratory rate dibandingkan dengan orang dewasa. Dalam konteks polusi udara yang semakin meningkat saat ini, karakteristik ini menjadikan mereka berisiko lebih tinggi karena menghirup volume udara yang tidak sehat lebih besar daripada orang dewasa. Akibatnya, anak-anak lebih mungkin mengalami gangguan pernapasan dan masalah kesehatan terkait akibat paparan polutan yang tinggi ini.
Polusi udara bukanlah fenomena baru dalam kehidupan kita. Sejak dua dekade yang lalu, manusia sudah mulai memahami dampak perubahan iklim dan polusi serta konsekuensinya terhadap kesehatan dan kelangsungan hidup. Anak-anak merupakan kelompok yang sangat rentan, sehingga banyak penelitian di negara-negara maju yang berfokus pada dampak ini. Secara global, data dari Badan Lingkungan Hidup Amerika (US Environmental Agency) pada tahun 2019 mengindikasikan bahwa saat ini terdapat tren penurunan jumlah anak yang tinggal di wilayah dengan tingkat polusi yang tinggi di Amerika dalam dua dekade terakhir.
ADVERTISEMENT
Faktor sosio-ekonomi seperti kemiskinan, juga memainkan peran penting dalam menjelaskan mengapa keluarga dengan anak-anak masih tinggal di wilayah dengan tingkat polusi yang tinggi. Tentu saja, situasi ini tidak dapat secara langsung diadopsi sebagai pemahaman di Indonesia, karena dinamika yang berbeda.
Ilustrasi anak yang terkena dampak dari polusi udara. Foto: Natee K Jindakum/Shutterstock
Di Indonesia, berdasarkan Indeks Standar Pencemar Udara (ISPU), sebagian besar wilayah di Pulau Jawa mengalami kualitas udara yang sangat rendah dengan nilai ISPU yang tinggi. ISPU mengukur berbagai parameter gas dalam udara, terutama 6 indikator utama, yaitu partikulat (PM10), sulfur dioksida (SO2), karbon monoksida (CO), ozon (O3), dan nitrogen dioksida (NO2). Pengukuran ini dilakukan dalam periode waktu tertentu, dan hasilnya dikategorikan ke dalam berbagai tingkat kualitas udara, mulai dari baik, sedang, tidak sehat, hingga sangat tidak sehat.
ADVERTISEMENT
Menurut American Association of Pediatrics (AAP), polusi udara memiliki efek jangka pendek dan efek jangka panjang. Beberapa studi menunjukkan keterkaitan antara polusi udara dengan kejadian asma, kelainan bawaan pada bayi baru lahir, masalah gangguan perilaku dan kognitif, hingga penyakit kanker pada anak.
Polusi udara berpotensi sangat merugikan karena mengandung berbagai komponen beracun yang dapat terhirup manusia. Secara patofisiologis, polusi udara dapat menimbulkan berbagai masalah kesehatan melalui beberapa mekanisme antara lain melalui stres oksidatif atau radikal bebas. Mekanisme lain yang tidak kalah penting adalah polusi juga mampu mengakibatkan adanya gangguan hormonal/endokrin, perubahan genetik, dan epigenetik.
Polusi udara memiliki kemampuan untuk mengubah kondisi genetik yang terkait dengan inflamasi dan kerusakan di tingkat DNA. Hal ini merupakan mekanisme yang sangat penting, terutama ketika kita mempertimbangkan dampaknya pada kesehatan janin selama masa kehamilan.
ilustrasi ibu hamil menghadapi polusi udara Foto: Shutterstock
Ketika seorang wanita hamil terpapar polusi udara, hal ini dapat memiliki implikasi serius pada kesehatan janin yang dikandungnya. Paparan polusi udara dapat menyebabkan stres oksidatif yang merupakan kondisi di mana tubuh menghasilkan lebih banyak radikal bebas. Radikal bebas ini dapat merusak DNA dalam sel, mengubah strukturnya dan memengaruhi fungsi genetik.
ADVERTISEMENT
Dampak polusi udara pada janin dapat sangat signifikan antara lain dapat menyebabkan peningkatan risiko bayi lahir dengan berat badan rendah, kelahiran prematur, bahkan kematian janin. Polusi udara juga dapat memengaruhi pertumbuhan dan perkembangan anak setelah lahir. Kondisi ini juga mampu berdampak hingga masa dewasa dan bahkan dapat diwariskan ke generasi berikutnya melalui perubahan epigenetik.
Anak-anak yang terpapar polusi udara sejak usia dini menghadapi masalah kesehatan yang sangat serius karena kemampuan polutan untuk memodifikasi genetik melalui deoxyribonucleic acid (DNA).
Perubahan pada DNA, yang merupakan panduan atau 'blueprint' untuk fungsi semua sel tubuh manusia dapat menyebabkan kelainan pada berbagai jenis sel, termasuk sel-sel yang berperan dalam sistem kekebalan tubuh, seperti sel limfosit. Hal ini berkaitan erat dengan peningkatan risiko kejadian asma pada anak.
Ilustrasi Polusi Udara Jakarta. Foto: Fitra Andrianto/kumparan
Berbagai polutan di udara (ozone, nitrogen, particulate molecule/PM, TRAP) berkaitan dengan peningkatan kejadian serangan asma. Hal ini berpotensi menurunkan kualitas hidup anak hingga penurunan prestasi pada anak usia sekolah.
ADVERTISEMENT
Selain masalah pernapasan, risiko gangguan saraf dan gangguan perilaku (neurodevelopmental) pada anak juga meningkat seiring peningkatan paparan terhadap polusi udara. Beberapa studi menyebutkan bahwa paparan terhadap zat-zat polutan di udara berkaitan dengan penurunan fungsi kognitif serta berkaitan dengan timbulnya gangguan perilaku serta autisme pada anak.
Kondisi ini juga masih dapat terus berlangsung hingga anak tersebut memasuki usia dewasa, di mana risiko berbagai penyakit kronis akan meningkat. Penyakit kronis tersebut meliputi sindroma metabolik (diabetes mellitus, obesitas), kardiovaskular (penyakit jantung, hipertensi), hingga kanker.
Informasi terkini terkait kualitas udara di area tempat tinggal perlu menjadi perhatian. Para orang tua anak-anak dengan riwayat asma sangat penting untuk melakukan monitor berkala terhadap kualitas udara di luar rumah. Hal ini dapat dilakukan dengan memonitor air quality index (AQI) melalui media sosial serta mengurangi aktivitas anak di luar ruangan bila AQI menunjukkan parameter angka yang tinggi.
ADVERTISEMENT
Terkait aktivitas sekolah yang telah menerapkan sistem pembelajaran tatap muka, perlu dilakukan advokasi kepada pihak sekolah antara lain dengan mengurangi paparan dengan meminimalisir kegiatan outdoor, minimalisir penggunaan kendaraan bermotor di area sekolah, serta penggunaan masker.
Polusi udara bukan hanya menjadi masalah kesehatan yang dampak buruknya segera terlihat, tetapi juga memiliki dampak jangka panjang yang serius. Hal ini memengaruhi kesehatan anak-anak sejak masa prenatal hingga dewasa, bahkan hingga melewati beberapa generasi. Oleh karena itu, penting bagi masyarakat dan pemerintah untuk mengambil tindakan yang tegas dalam mengurangi paparan polusi udara, menjaga kesehatan dan kualitas hidup generasi mendatang.