Tentang KamiPedoman Media SiberKetentuan & Kebijakan PrivasiPanduan KomunitasPeringkat PenulisCara Menulis di kumparanInformasi Kerja SamaBantuanIklanKarir
2024 © PT Dynamo Media Network
Version 1.93.2
Konten dari Pengguna
Stunting di Indonesia Timur: Tantangan, Solusi, & Pencegahan Fund-Mismanagement
21 Juni 2023 6:26 WIB
·
waktu baca 5 menitTulisan dari dr Nisak Humairok Sp A tidak mewakili pandangan dari redaksi kumparan
ADVERTISEMENT
Stunting merujuk pada kondisi yang mempengaruhi pertumbuhan tinggi badan anak akibat kekurangan gizi kronis akibat kekurangan protein dan asupan energi total, terutama dalam 2 tahun pertama kehidupan.
ADVERTISEMENT
Meskipun terjadi penurunan prevalensi stunting secara keseluruhan pada anak-anak di Indonesia dari 24.4% menjadi 21.6%, Nusa Tenggara Timur menjadi provinsi dengan prevalensi stunting tertinggi. Menurut laporan Surveilans Status Gizi Indonesia (SSGI) tahun 2022, angka ini mencapai 35.3%, melebihi target nasional 14% yang ditetapkan untuk tahun 2024.
Tingginya angka stunting di Indonesia memiliki implikasi serius terhadap kegagalan dalam mencetak generasi emas pada tahun 2045 sesuai dengan harapan besar bangsa. Selain itu, hal ini juga membawa ancaman besar terhadap pembangunan berkelanjutan dan kemajuan ekonomi.
Oleh karena itu, penanganan stunting sangat penting untuk menjamin kesejahteraan dan kemakmuran jangka panjang Indonesia. Tingginya prevalensi stunting dan malnutrisi dalam suatu negara merupakan bentuk kegagalan dalam pemenuhan hak dasar anak untuk hidup dan berkembang yang seharusnya dilindungi oleh negara. Oleh karena itu, masalah ini harus menjadi fokus yang serius bagi pemerintah.
Pemerintah telah mengalokasikan sumber daya keuangan yang sangat besar, hampir mencapai 50 triliun rupiah, untuk mempercepat penurunan angka stunting. Dana ini akan digunakan secara strategis dalam implementasi sebuah rencana komprehensif yang menjamin pasokan makanan yang konsisten dan memadai.
ADVERTISEMENT
Di dalam rencana tersebut, terdapat fokus yang kuat pada penyediaan makanan sumber hewani, pemberian makanan tambahan, serta pemberian mikronutrien kepada keluarga dengan anak-anak yang berisiko atau sudah mengalami stunting.
Dengan memanfaatkan sumber daya ini dengan bijaksana, diharapkan langkah-langkah konkret ini akan memberikan dampak signifikan bagi mereka yang membutuhkan, membuka jalan menuju generasi yang lebih sehat dan tangguh.
Wilayah Nusa Tenggara Timur, bersama dengan daerah lain di Indonesia bagian timur, masih dihadapkan pada tantangan berat kemiskinan. Menurut data terkini Badan Pusat Statistik (BPS) Indonesia tahun 2021-2022, tingkat kemiskinan di daerah ini melampaui angka 20%.
Kemiskinan menjadi akar dari berbagai permasalahan kesehatan yang mempengaruhi masyarakat Indonesia, dimana anak-anak adalah kelompok yang paling rentan terdampak. Selain kemiskinan, pembangunan infrastruktur di Nusa Tenggara Timur dan wilayah-wilayah timur lainnya memerlukan dukungan khusus dari pemerintah.
ADVERTISEMENT
Topografi yang berbeda-beda menciptakan tantangan dalam pengiriman sumber daya penting, terutama bagi keluarga yang tinggal di daerah pegunungan atau perkampungan kepulauan yang terisolasi.
Tantangan besar terjadi dalam memastikan pasokan makanan di daerah terpencil dan sulit dijangkau, terutama dalam hal memenuhi kebutuhan protein yang berkelanjutan. Namun, pemerintah dapat mengambil inisiatif yang kreatif dan berani untuk mengatasi hal ini.
Misalnya, pembangunan peternakan desa yang akan menjadi sumber protein yang berkelanjutan di wilayah tersebut, atau menciptakan alternatif makanan berbasis protein hewani yang kaya nutrisi.
Selain itu, diperlukan strategi yang efektif dalam pendistribusian makanan kepada keluarga yang membutuhkan agar tepat sasaran. Waktu tempuh, jarak, dan kebutuhan individu menjadi faktor penting yang tidak boleh diabaikan.
ADVERTISEMENT
Monitoring, evaluasi, dan pendampingan keluarga juga menjadi kunci keberhasilan dalam penanggulangan stunting di tingkat grass-root. Dengan mengimplementasikan langkah-langkah konkret ini, masyarakat akan merasakan dampak nyata dari dana yang telah dialokasikan oleh pemerintah pusat untuk penanggulangan stunting.
Anak-anak yang tinggal di daerah terpencil juga menghadapi tantangan dalam mengakses layanan kesehatan. Fasilitas kesehatan terdekat seringkali berjarak jauh, membatasi kemampuan untuk melakukan pemeriksaan rutin guna menilai status gizi anak-anak.
Anak-anak memiliki perjalanan tumbuh kembang yang kompleks, dan kesejahteraan mereka memainkan peran penting dalam pembangunan masa depan bangsa. Setiap faktor yang mengganggu pertumbuhan dan perkembangan mereka, termasuk kemunduran pertumbuhan/growth faltering, harus segera ditangani untuk mencegah stunting.
Growth faltering merupakan tahap awal stunting yang sering tidak terdeteksi, ditandai dengan garis yang menghubungkan titik berat badan anak yang tidak sesuai dengan arah pertumbuhan normal.
ADVERTISEMENT
Proses deteksi dini ini menghadapi tantangan selama pandemi COVID-19 karena aktivitas posyandu yang fluktuatif. Meskipun demikian, penting untuk mengintervensi growth faltering sejak awal, yang ditandai dengan tidak adanya peningkatan berat badan anak dalam dua pengukuran berturut-turut.
Hal ini harus didokumentasikan oleh tenaga kesehatan dalam buku kesehatan ibu dan anak (KIA). Namun, hanya sedikit anak yang dirujuk ke fasilitas kesehatan tingkat lanjutan untuk evaluasi lebih lanjut. Hal ini menyoroti perlunya sistem evaluasi rujukan yang lebih baik dan akses yang mudah ke perawatan khusus.
Untuk mengevaluasi efektivitas pengelolaan stunting di Indonesia Timur, daerah dengan prevalensi stunting tertinggi, pemerintah perlu memulai dengan mengidentifikasi tantangan khusus yang dihadapi di wilayah ini.
Tantangan-tantangan ini kemungkinan berbeda dengan yang dihadapi daerah lain di negara ini. Isu inti seperti kemiskinan, hambatan geografis, dan keterbatasan akses ke layanan kesehatan berperan dalam masalah gizi yang berkelanjutan.
ADVERTISEMENT
Oleh karena itu, alokasi dana dan sumber daya untuk proyek-proyek penanggulangan stunting menjadi tugas yang kompleks, memerlukan komitmen yang kuat dari sektor kesehatan maupun sektor non-kesehatan.
Melalui pendekatan holistik ini, kita dapat berharap untuk melihat perubahan yang signifikan dalam upaya mengatasi masalah stunting dan meningkatkan kesejahteraan anak-anak di wilayah ini.
Dalam sektor kesehatan, upaya perlu difokuskan pada identifikasi faktor risiko dan pendeteksian cepat kasus stunting untuk menghindari penyalahgunaan sumber daya.
Namun, sektor non-kesehatan juga memainkan peran krusial dalam menyediakan infrastruktur yang penting dan memfasilitasi keluarga dan anak-anak yang membutuhkan bantuan.
Untuk menciptakan penggunaan sumber daya yang optimal, perlu memberikan prioritas pada intervensi gizi yang mengandalkan sumber hewani.
ADVERTISEMENT
Selain itu, diperlukan edukasi yang melibatkan para tenaga kesehatan sebagai garda terdepan, masyarakat lokal, bahkan calon pasangan yang sedang mempersiapkan diri sebelum memulai peran sebagai orang tua.
Selaras dengan itu, pembangunan infrastruktur yang tepat harus segera direalisasikan untuk memenuhi hak-hak anak atas kondisi kesehatan yang layak.
Hal ini termasuk penyediaan jalan yang memadai, perbaikan sanitasi, dan jika memungkinkan, penyediaan fasilitas kesehatan dan tenaga kesehatan di daerah terpencil.
Dengan mengatasi tantangan ini secara komprehensif, program pengelolaan stunting diharapkan mampu mencapai sasaran yang tepat dan terhindar dari fund-mismanagement yang disoroti oleh Presiden RI baru-baru ini.
Pada intinya, tujuan utama adalah meningkatkan kesejahteraan anak-anak di Indonesia bagian timur yang juga merupakan calon generasi emas bangsa.
ADVERTISEMENT
Anak-anak ini memiliki hak yang sama dengan anak-anak di daerah lain di Indonesia. Dengan memberikan perhatian penuh terhadap upaya ini, kita dapat memastikan bahwa masa depan mereka dapat terjaga dengan baik.