Tentang KamiPedoman Media SiberKetentuan & Kebijakan PrivasiPanduan KomunitasPeringkat PenulisCara Menulis di kumparanInformasi Kerja SamaBantuanIklanKarir
2024 © PT Dynamo Media Network
Version 1.93.2
Konten dari Pengguna
Sebuah Perjalanan Waktu
18 Juli 2023 16:37 WIB
Tulisan dari Humaira Dara Asyari tidak mewakili pandangan dari redaksi kumparan
ADVERTISEMENT
Hidup layaknya bunga, saat mekar sangat indah namun jika saat layu tidak lagi terlihat indah. Hidup tak selalu berjalan lurus pasti ada saja jalan berlubang dan berbelok, namun itu bukanlah sebuah tantangan.
ADVERTISEMENT
Sejak kecil saya sangat dekat dengan nenek, nenek selalu mengajarkan adab baik kepada semua cucunya. Saat saya menduduki bangku SMP saya merasa saya bukan anak kecil lagi, namun nenek tetap memperlakukanku layaknya anak kecil. Nenek selalu membuatkan sarapan dan bekal untuk saya, tak lupa uang saku padahal saya juga dikasih oleh ibu dan ayah.
Nenek sangat suka dengan bunga, banyak sekali bunga yang ditanam oleh nenek. Saya selalu diajarkan bagaimana merawat tanaman yang baik, dahulu hampir setiap minggu saya dan nenek pergi ke tempat yang jual tanaman.
Nenek juga pandai menjahit baju, sering sekali saya dibuatkan daster dan celana tidur oleh nenek. Nenek juga mengajari saya cara menjahit, namun sampai sekarang saya belum bisa menjahit.
ADVERTISEMENT
Saat saya SMA saya sibuk dengan organisasi dan tugas-tugas, saat itu saya jarang sekali mengunjungi nenek. Hingga nenek selalu menanyakan kegiatan ku, nenek mengatakan “Mey sehat ya, kalo udah ga sibuk ke nenek ya.”
Setelah saya lulus SMA, saya sibuk mencari tempat kuliah, berjuang mendapatkan Perguruan Tinggi Negeri. Hingga saya akan ujian nenek menyemangati dan mengingatkan untuk terus berdoa.
Berbulan-bulan saya tidak mengunjungi nenek, karena saya belum lolos PTN sehingga saya masih sibuk belajar untuk ujian mandiri. Hingga pada saat itu virus covid-19 varian delta masuk ke Indonesia, nenek dinyatakan positif covid-19, nenek saat itu kondisinya cukup parah, panas tinggi, saturasi oksigen rendah.
Sebelumnya nenek hanya dirawat di rumah, karena rumah sakit sudah penuh semua pada saat itu. Akhirnya, petugas kesehatan mendatangi rumah nenek dan nenek dapat dirujuk ke rumah sakit.
ADVERTISEMENT
Namun, di rumah sakit keadaan nenek justru semakin parah, karena setiap hari nenek melihat ada saja yang meninggal, membuat nenek semakin drop.
Nenek ingin dirawat di rumah saja, dan keluarga pun mengurus dan mendantanagani surat dari rumah sakit, agar nenek bisa dibawa pulang. Nenek pun dibawa pulang ke rumah, namun tak sampai sehari nenek di rumah, nenek pergi menghadap sang pencipta.
Saat itu bukan hanya nenek yang pergi menghadap sang pencipta, ketiga adiknya dan ketiga anaknya juga pergi meninggalkan dunia.
Hal yang tidak pernah terpikirkan adalah kehilangan orang yang saya sayangi, saya belum sempat memberikan kebahagiaan kepada nenek. Saya sangat menyesal, telah melewatkan waktu-waktu berharga bersama nenek.
Bagi saya sudah tidak ada lagi warna di dunia ini, terkesan tidak adil namun inilah takdir. Namun, saya percaya setelah badai pasti ada pelangi.Waktu sudah berjalan pada garisnya, tak dapat dihentikan, tak dapat dikejar juga.
ADVERTISEMENT
Sesungguhnya, segala sesuatu yang kita miliki adalah milik tuhan dan akan kembali kepadanya. Hargai setiap waktu yang ada, jangan pernah abaikan orang-orang yang ada disekeliling kita, karena kita gapernah tau hidup berapa lama.