Tentang KamiPedoman Media SiberKetentuan & Kebijakan PrivasiPanduan KomunitasPeringkat PenulisCara Menulis di kumparanInformasi Kerja SamaBantuanIklanKarir
2024 © PT Dynamo Media Network
Version 1.86.0
Konten dari Pengguna
Muhammadiyah Soroti Diskriminasi Ganda Perempuan Disabilitas
8 Oktober 2024 10:29 WIB
·
waktu baca 2 menitTulisan dari Unisa Yogyakarta tidak mewakili pandangan dari redaksi kumparan
Bedah Buku Ungkap Tantangan dan Solusi untuk Pendidikan Inklusif
ADVERTISEMENT
Dalam upaya mewujudkan pendidikan yang setara dan inklusif, Majelis Perkaderan dan Sumber Daya Insani (MPKSDI) Pimpinan Pusat Muhammadiyah, bersama Suara Muhammadiyah dan Universitas ‘Aisyiyah (UNISA) Yogyakarta , menggelar bedah buku “Menakar Hak Pendidikan bagi Perempuan Penyandang Disabilitas: Agama, Gender, dan Kebijakan”. Acara yang berlangsung pada 4 Oktober 2024 ini menyoroti diskriminasi ganda yang dialami perempuan penyandang disabilitas dalam mengakses pendidikan.
Buku karya Dr. Islamiyatur Rokhmah, S.Ag., M.S.I., yang merupakan dosen di UNISA Yogyakarta ini mengupas tuntas berbagai tantangan kompleks yang dihadapi perempuan penyandang disabilitas. Selain menghadapi stigma dan hambatan fisik, mereka juga seringkali terpinggirkan akibat interseksi antara gender, disabilitas, dan kemiskinan. Hal ini menyebabkan mereka kesulitan mendapatkan akses pendidikan yang layak.
ADVERTISEMENT
Pendekatan Holistik
Uniknya, buku ini tidak hanya menyoroti masalah dari perspektif sosial dan kebijakan, tetapi juga mengintegrasikan perspektif Islam, gender, dan disabilitas. Dengan menggunakan pendekatan intersectionality, buku ini mengungkap bagaimana berbagai bentuk diskriminasi saling terkait dan memperparah situasi perempuan penyandang disabilitas.
"Pendekatan intersectionality ini sangat penting untuk memahami kompleksitas masalah yang dihadapi perempuan penyandang disabilitas," ujar Dr. Bachtiar Dwi Kurniawan, Ketua MPKSDI PP Muhammadiyah.
"Dengan memahami akar masalah, kita dapat merancang solusi yang lebih komprehensif," tambahnya.
Aksi Nyata untuk Pendidikan Inklusif
Bedah buku ini tidak hanya menjadi ajang diskusi akademis, tetapi juga menjadi momentum untuk mendorong aksi nyata. Para peserta, yang terdiri dari akademisi, aktivis, dan pembuat kebijakan, sepakat bahwa perlu adanya upaya bersama untuk mewujudkan pendidikan inklusif.
ADVERTISEMENT
"Kita perlu mengubah paradigma kita tentang disabilitas," tegas Dr. Apt. Salmah Orbayinah, Ketua Umum Pimpinan Pusat ‘Aisyiyah. "Disabilitas bukan kekurangan, tetapi keberagaman yang harus kita akomodasi dalam sistem pendidikan kita."