Konten dari Pengguna

Puasa Ramadhan Bantu Proses Perbaikan Sel, Termasuk Detoksifikasi dan Anti-aging

Universitas Muhammadiyah Surakarta
Akun ini dikelola oleh Humas Universitas Muhammadiyah Surakarta Unggul Mencerahkan Mendunia
14 Maret 2024 10:22 WIB
·
waktu baca 3 menit
comment
0
sosmed-whatsapp-white
copy-link-circle
more-vertical
Tulisan dari Universitas Muhammadiyah Surakarta tidak mewakili pandangan dari redaksi kumparan
Dok Humas UMS
zoom-in-whitePerbesar
Dok Humas UMS
ADVERTISEMENT
ums.ac.id, SOLO - Puasa memiliki manfaat yang tinggi untuk kesehatan fisik seseorang melalui proses autophagi dan detoksifikasinya. Hal tersebut disampaikan oleh dr. Agus Taufiqurrahman, M.Kes. Sp.S., Ketua Pimpinan Pusat Muhammadiyah saat mengisi Tabligh Akbar dalam rangkaian Gema Kampus Ramadan (GKR) Universitas Muhammadiyah Surakarta (UMS).
ADVERTISEMENT
Dalam pemaparannya ketika menerangkan hasil penelitian dr. Yoshinori Ohsumi, peraih penghargaan Nobel, disebutkan bahwa autophagi berjalan lebih baik ketika orang berpuasa. Oleh karenanya, di depan mahasiswa dan masyarakat umum, dia menekankan bahwa kita harus bersyukur karena sebagai seorang muslim memiliki tuntunan puasa.
"Proses autophagi itu semacam proses dari tubuh, di mana tubuh itu akan mengenali sel-sel yang sudah rapuh, sel-sel yang rusak untuk kemudian ada proses reses, bahkan ada proses untuk memperbaiki sistem tubuh itu," papar dr Agus saat mengisi Tabligh Akbar di Masjid Sudalmiyah Rais UMS, Rabu (13/3).
Tubuh dapat memilih mana yahg harus dirusak, dirombak, atau dimatikan. Sehingga kematian oleh autophagi adalah untuk memperbaiki tubuh itu.
Dia menambahkan bahwa jika autophagi bagus, maka kondisi fisik seseorang jauh lebih baik, bahkan bisa menghadapi agen penyakit termasuk terduga kanker.
ADVERTISEMENT
"Proses autophagi itu jauh lebih baik ketika orang itu berpuasa," tekannya.
Dia juga menambahkan bahwa muslim seharusnya bersyukur karena tuntutan berpuasa yaitu puasa wajib di bulan Ramadan menyehatkan tubuh.
Penelitian dari dr. Yoshinori menyebutkan bahwa ketika manusia melakukan puasa dalam waktu tidak kurang dari 8 jam dan tidak lebih dari 16 jam, maka akan terjadi proses autophagi. Di mana, seorang muslim ketika melakukan puasa setidaknya menahan lapar sekitar 12-14 jam.
Begitu pula dalam hal kecantikan dalam ilmu anti-aging (awet muda). Puasa dapat menjadikan seseorang menjadi awet muda.
"Sebetulnya proses anti aging akan berjalan dengan baik kalau autophagi itu berjalan dengan baik," terang Ketua PP Muhammadiyah itu.
Selain menerangkan tentang manfaat puasa dalam autophagi, dia juga menerangkan manfaat puasa dalam proses detoksifikasi dari sisa racun metabolik di dalam tubuh yang harus dikeluarkan.
ADVERTISEMENT
Dia memberikan contoh melalui hasil riset berkaitan dengan kondisi fungsi ginjal seseorang ketika melakukan puasa Ramadan. Dalam minggu pertama dan kedua, fungsi ginjal terpantau belum membaik, namun ketika memasuki minggu ketiga dan seterusnya, kondisi ginjal menjadi lebih baik sebelum saat mengikuti puasa Ramadan.
"Kalau ingin puasa itu bermanfaat sehat, puasa lah dengan dosisnya Allah," pesannya.
Melalui penjelasan kasus tersebut, ketika memasuki hari ke 21, kondisi ginjal mulai membaik. Di sisi lain, pada literatur lain menyebutkan bahwa puasa akan berfungsi proses detoksnya dengan bagus jika puasa dilakukan minimal 21 hari dan bisa mencapai 40 hari.
Maka jika dalam ajaran Islam, dengan berpuasa 30 hari Ramadan dan ditambah dengan 6 puasa Syawal, akan membantu proses detoks di dalam tubuh.
ADVERTISEMENT
Rektor UMS Prof. Dr. Sofyan Anif, M.Si., dalam sambutannya menyampaikan atas nama civitas akademika, mengungkapkan terima kasih kepada Agus Taufiqurrahman yang sudah menyemarakkan GKR.
Dia juga berpesan kepada mahasiswanya untuk gunakan momentum kegiatan-kegiatan yang telah dirancang panitia bisa untuk tolabul ilmi dan menjadi salah satu langkah untuk beradaptasi.
"Dan tentu semua yang kita lakukan itu di samping kita tholabul 'ilmi, tetapi juga sekaligus adik-adik mahasiswa yang masih di semester dua akan mengalami transisi dari kebiasaan-kebiasaan yang ada di rumah masing-masing, maka setelah masuk di kampus tentu tidak hanya sekedar mandiri tapi juga sekaligus harus menyesuaikan-beradaptasi," ungkap Sofyan Anif.
Karena di kampus itu, tambahnya, menggunakan pendekatan akademik dalam menjelaskan berbagai hal. (Maysali/Humas)
ADVERTISEMENT