Konten dari Pengguna

Lupus si 'Penyakit 1001 Wajah'

Icha Tiara Devi Febrianti
Undergraduate Student of Public Health at University of Indonesia - Specialization on Administration and Health Policy. FKM UI - SMA TN Alumnus
19 Desember 2021 10:08 WIB
·
waktu baca 3 menit
comment
0
sosmed-whatsapp-white
copy-link-circle
more-vertical
Tulisan dari Icha Tiara Devi Febrianti tidak mewakili pandangan dari redaksi kumparan
ADVERTISEMENT
Kisah bermula dari seorang wanita muda yang harus melawan penyakitnya. Suatu hal yang tidak diinginkan, namun menimpa dirinya ketika mulai beranjak remaja. Kala itu, kaki indahnya mulai banyak dipenuhi oleh luka kemerahan yang menyakitkan sampai-sampai dirinya kesulitan berjalan dan beraktivitas selayaknya teman-teman yang lain. Hari demi hari luka mulai menyebar, tidak hanya sampai di situ rambut indahnya mulai merontok, tubuhnya melemah, demam, dan menggigil selalu menghampiri.
ADVERTISEMENT
Takut, gelisah, dan kebingungan melingkupi kehidupannya. Selain itu, orang-orang di sekitar hanya bisa bergidik dan mulai menjauhinya karena takut tertular. Segala upaya dilakukan agar bisa kembali normal. Meminta pertolongan ke pelayanan kesehatan menjadi jalan satu-satunya, namun dokter yang memeriksanya tidak berani mendiagnosis penyakit yang ia alami. Akhirnya dokter menyarankan untuk melakukan uji laboratorium. Setelah mencoba melakukan uji laboratorium, sebuah diagnosis pun muncul: ia terkena lupus.
Ilustrasi Dokter Mengunjungi Pasien. Foto: Pexels
zoom-in-whitePerbesar
Ilustrasi Dokter Mengunjungi Pasien. Foto: Pexels
Dokter pun menjelaskan pada dirinya bahwa penyakit lupus bukanlah penyakit menular. Lupus merupakan penyakit autoimun yang sering dikenal dengan penyakit 1001 wajah. Julukan tersebut muncul karena lupus dapat menyerang bagian tubuh yang mana saja. Penyakit ini terjadi karena kekebalan tubuh penderita tidak mampu untuk mengenali sel-sel sehat pada tubuhnya sehingga menganggap sel tubuh sebagai lawan dan mulai menyerang organ, kulit, sel darah, ataupun bagian tubuh yang lain.
ADVERTISEMENT
Gejala lupus antara penderita satu dengan lainnya berbeda-beda, gejala yang paling umum biasanya ruam kupu-kupu di wajah. Penyebab penyakit lupus sendiri belum diketahui secara pasti. Namun, terdapat beberapa faktor yang dapat memicunya, seperti lingkungan, hormon, dan genetik.
Secara perlahan, wanita itu mulai mengerti dengan penyakit yang menimpa tubuhnya selama ini. Dokter pun memberitahu bahwa penyakit lupus tidak dapat disembuhkan secara total, namun dapat diminimalisir dengan melakukan pengendalian dan pengurangan gejala. Pengobatan harus dilakukan dirinya guna mencegah kerusakan tubuh yang berlebih. Tentunya, waktu yang dibutuhkan tidaklah sebentar, dokter berkali-kali meyakinkan dirinya untuk berkomitmen yang kuat dalam menjalankan pengobatan agar bisa kembali normal. Dukungan moral dari keluarga, teman, dan orang-orang terdekat sangat diperlukan bagi penderita lupus.
ADVERTISEMENT
Waktu pun berlalu, segala pengobatan telah ditempuhnya. Luka-luka yang sebelumnya bertambah dari hari ke hari mulai menghilang, kerontokan rambut berkurang, dan yang terpenting ia sudah mampu kembali beraktivitas seperti teman-temannya yang lain. Dokter juga mengingatkan dirinya untuk selalu menjaga kesehatan, membatasi kegiatan yang berlebih, mengonsumsi makanan bergizi, dan mengurangi kegiatan yang dapat menimbulkan stres. Semenjak itu, dirinya tidak lagi merasa takut dan gelisah karena sudah mampu mengatur pola hidupnya sesuai dengan petunjuk dari dokter.
Kisah ini mengajarkan kita bahwa penyakit lupus dapat menyerang siapa saja, tidak menutup kemungkinan anak kecil, muda, dan orang dewasa dapat mengalaminya. Maka dari itu janganlah menganggap sepele jika tubuh mulai menampakkan gejala-gejala yang berbeda dari biasanya. Seseorang belum pasti terkena lupus meskipun gejala yang ada merujuk pada penyakit ini, uji laboratorium perlu dilakukan untuk memperkuat diagnosis. Kesehatan adalah hal yang utama. Mari jaga kesehatan diri dan keluarga mulai dari sekarang!
ADVERTISEMENT