Tentang KamiPedoman Media SiberKetentuan & Kebijakan PrivasiPanduan KomunitasPeringkat PenulisCara Menulis di kumparanInformasi Kerja SamaBantuanIklanKarir
2024 © PT Dynamo Media Network
Version 1.93.2
Konten dari Pengguna
Wisata Budaya Penerus Aktor Kebudayaan dan Pembangunan Bumdes
28 November 2021 12:30 WIB
Tulisan dari Ichlasul Amal tidak mewakili pandangan dari redaksi kumparan
ADVERTISEMENT
Dalam dasawarsa saat ini perkembangan arus globalisasi semakin pesat, tidak menutup kemungkinan pengaruh tersebut ditegaskan dengan dampak buruk di sebagian sektor bagi kita semua, pengaruh informasi memungkinkan akulturasi budaya di mana jika kita melihat, bahwa peran ini menjadikan penerapan kebudayaan asing diterima begitu saja tanpa memandang secara komprehensif hal-hal yang menyebabkan budaya kita sendiri diduakan bahkan hilang ditelan oleh zaman.
ADVERTISEMENT
Dampak demikian mulai terlihat di sebagian wilayah, terutama wilayah yang memposisikan sebagai inang dari lahirnya kebudayaan nusantara, yaitu pedesaan. Secara garis besar desa, bagi saya merupakan daerah yang menjadi nilai utama dalam hal pelestarian budaya, namun hal tersebut makin hari makin pudar, dalam pentransferan nilai-nilai kebudayaan serta mempraktikkannya dalam kehidupan sehari-sehari, tidak menutup kemungkinan hal yang demikian terjadi begitu saja melainkan adanya peniadaan yang bertolak-belakang dengan hal serupa.
Dan dapat disimpulkan bagi saya bahwa Pengaruh globalisasi menjadikan aspek ini bak pertentangan yang harus diselesaikan bersama. Segala lini diperlukan ikut andil dalam pertentangan tersebut, baik peran pemerintah, para tokoh masyarakat yang berpengaruh di lingkungan tersebut, serta lingkungan keluarga sebagai pondasi awal untuk pembentukan norma-norma dan karakter yang berdasarkan kebudayaan di wilayah setempat.
ADVERTISEMENT
Kebudayaan itu sendiri merupakan suatu karya atau buah budi kelompok manusia, sistem nilai yang dihayati oleh sekelompok manusia. Dengan demikian kebudayaan indonesia merupakan kebudayaan berupa karya atau budi pekerti rakyat indonesia berdasarkan sistem nilai-nilai kebudayaan yang dihayati di suatu masyarakat.
Jika kita berkaca bahwa tantangan indonesia saat ini, tidak hanya pada penerapan spirit kebudayaan, melainkan kategori yang perlu dirombak ulang demi kesejahteraan rakyat indonesia adalah kemiskinan, korupsi, serta konflik antar etnis dan konflik dengan mengatasnamakan agama yang sekian lama terjadi, semenjak era reformasi, yang merupakan tantangan yang secara langsung menggoyahkan kadar nasionalisme rakyat indonesia.
Salah satu jalan keluar bagi kita semua bahwa wisata kebudayaan hadir sebagi penyelenggara dan membentuk aktor regenerasi kebudayaan yang cinta akan tanah dan bangsanya. Kebudayaan itu sendiri dikategorikan menjadi dua, yaitu kebudayaan secara empirik di mana kebudayaan tersebut dapat dijamah dan disentuh secara fisik (tangible) serta kebudayaan yang merujuk secara intuisi atau kebudayaan yang tidak dapat dijamah dan disentuh secara fisik (intangible). Aspek di atas yang dapat dilihat berupa benda-benda purba kala, rumah adat, batu ukir, arca, kerajinan tangan. Adapun untuk aspek yang tidak dapat dilihat berupa adat-istiadat, ilmu pengetahuan, kesenian, sastra, perilaku kolektif, gagasan bersama.
ADVERTISEMENT
Teknis pelaksanaan pengembangan wisata budaya diatur dalam sistem penatausahaan keuangan desa, kepala desa dalam hal ini memiliki peranan dan tanggung jawab dalam memajukan perekonomian desa melalui dana desa yang dianggarkan di dalam APBDes. Tentu tujuan dari bentuk pengembangan wisata budaya ini tidak hanya bersifat ekonomi semata, melainkan ada landasan lain demi pengembangan ini yaitu memperkuat ketahanan sosial budaya bangsa dan negara.
Faktor-faktor pembentukan wisata budaya desa
Faktor Pertama, pembentukan SDM yang unggul, pengembangan wisata budaya tidak hanya dapat dilihat satu sudut pandang saja, melainkan ada pendorong yang menjadikan wisata desa tersebut mampu dilirik dari berbagai kalangan. Faktor-faktor yang perlu ikut andil dalam industri pariwisata desa adalah kualitas sumber daya manusia (SDM), peranan sumber daya manusia atau human resources development adalah kunci sukses pariwisata kebudayaan.
ADVERTISEMENT
Karakter orang-orang di suatu desa perlu dijadikan sorotan, ketika berbicara budaya tidak hanya membicarakan peninggalan, artefak, rumah adat, batu ukir, arca, kerajinan tangan di suatu daerah. Melainkan lebih dari itu berupa kesenian adat-adat pada daerah tersebut, praktik wisata ini yang masih dapat kita jumpai pada saat ini yaitu tari barong di batu buran Bali, tari gandut (Bangandut) dari Kalimantan Selatan, atau kerapan sapi yang dilakukan oleh masyarakat Madura.
Faktor Kedua, yang perlu dilihat yaitu pembentukan struktur BUMDes (Badan Usaha Milik Desa), berbicara BUMDes lebih jauh di sini ditekankan bahwa perlunya banyak pembenahan yang lebih jauh dari berbagai aspek untuk pengembangan wisata desa yang berkelanjutan. Terlintas di pikiran kita ketika mengadakan wisata budaya bahwa wisata budaya adalah sumber daya yang diwariskan baik itu bertumpu pada sumber daya alam, kebudayaan. Sementara pada aspek pendukung kurang diperhatikan dan dikembangkan secara optimal di kalangan pengurus di wilayah tersebut. Pemenuhan kepuasan pengunjung dapat dilihat dari tiga prinsip pariwisata yaitu sumberdaya yang diwariskan, sumberdaya yang diciptakan, dan sumberdaya pendukung.
ADVERTISEMENT
Dalam memajukan wisata desa, peran kepala desa sebagai nakhoda dalam pembentukan bumdes sangat diprioritaskan, di mana peran pemerintah desa sebagai faktor pendukung dalam pembangunan BUMDes, adanya struktur tertentu dalam BUMDes menjadikan pengelolaan keuangan (UPK) menyajikan hal-hal positif, berkenaan dengan hal tersebut dapat dilihat dengan tersedianya sarana prasarana penunjang dalam pengelolaan yang cukup baik, dengan adanya pemerintah desa menjadikan kebijakan mengenai persyaratan kepengurusan adalah yang memiliki pengalaman dan kemampuan, adanya kebijakan persyaratan dan kepengurusan tidak lain dan tidak bukan untuk membentuk BUMdes yang ditangani oleh orang-orang yang berprofesional, dengan demikian BUMDes dapat semakin maju dan berkembang serta menganut prinsip transparansi, akuntabel, partisipatif, berkelanjutan, dan akuntabel.
Dapat saya simpulkan bahwa pembentukan BUMDes sebagai faktor pendukung dari beberapa faktor lainnya berupa fasilitas atau semacamnya. Peran kepala desa dalam pembentukan BUMDes selain pelestarian nilai-nilai kebudayaan juga sebagai tanggung jawab dalam melaksanakan amanah untuk mengubah taraf ekonomi masyarakat yang berkemajuan, sehingga BUMDes tidak hanya berperan dalam pentransferan nilai budaya tetapi dapat melayani kebutuhan masyarakat dengan baik dan benar.
ADVERTISEMENT
Faktor Ketiga, yaitu terkait promosi pariwisata dan sarana-prasarana desa wisata tersebut, ketika abad 21 ini diberikan kemudahan dengan teknologi yang kian pesat dan maju dalam memunculkan inovasinya. Tidak menutup kemungkinan bagi industri pariwisata khususnya wisata daerah untuk menunjukkan pesona kearifan lokal dan kemajemukan budaya-budaya daerah tersebut. Upaya-upaya pengenalan potensi wisata baik budaya atau alam dapat dilakukan dengan cara melakukan promosi wisata, oleh karena demikian promosi kepariwisataan merupakan salah satu strategi yang harus dilakukan secara berkesinambungan baik di kalangan tingkat internasional maupun regional. Dengan demikian peranan promosi wisata merupakan faktor penentuan untuk mengembangkan potensi wisata khususnya wisata-wisata daerah-daerah di indonesia, dan memainkan peranan dalam kunci prospek kinerja dalam masa mendatang di industri pariwisata.
ADVERTISEMENT
Sarana dan prasarana merupakan faktor pendukung lainnya dalam pembangunan BUMDes di bidang wisata, dikatakan demikian dikarenakan beberapa wisata kurang mendukung dari segi sarana dan prasarana baik berupa akses jalan, jaringan telekomunikasi sehingga kadang kurang dilirik dari para wisatawan. Program otonomi daerah dibidang pariwisata dikatakan berhasil apabila berbagai kesiapan sarana dan prasarana telah diterapkan, maka untuk masing-masing daerah dituntut untuk lebih memberikan perhatian khusus dalam penyediaan sarana dan prasarana pariwisata.
Pentingnya pengembangan budaya
Dari apa yang saya resahkan bahwa tantangan indonesia saat ini terkait krisis moral terlebih lagi generasi muda kita, sebagian dari kita sudah terlena akan glamornya kehidupan dengan gaya-gaya barat dan larut dengan perkembangan globalisasi mengisyaratkan seperti buih yang terarus oleh ombak laut yang mana tidak tau arah dan tujuan dalam hidup, krisis moral hanya menuntut kesenangan sementara dan tidak memperhatikan lebih matang lagi apa yang akan mereka lakukan. Familiar di kalangan anak muda saat ini dengan istilah “hidupmu adalah hidupmu, hidupku adalah hidupku” lantas hal tersebut terjadi dikarenakan sikap acuh tak acuh, mengacuhkan saran dan kritik yang sekiranya membangun demi maslahat bersama. Pergaulan bebas semakin merebak di kalangan anak muda, narkoba, sex bebas/pelacuran, homosex dan lain sebagian fenomenanya sudah tidak bisa lagi disembunyikan. Pengembangan budaya melalui wisata merupakan salah satu jalan keluar untuk mengubah karakter generasi muda kita saat ini, edukasi dan penerapan norma-norma kebaikan berdasarkan budaya dan agama di suatu wilayah adalah antitesis pencemaran karakter generasi muda kita saat ini.
ADVERTISEMENT