Konten dari Pengguna

Kuda Troya, Muslihat Yunani Menghancurkan Troya

Ichtiar Adzani
Mahasiswa STIABI Riyadlul 'Ulum
19 April 2021 10:17 WIB
comment
11
sosmed-whatsapp-white
copy-link-circle
more-vertical
Tulisan dari Ichtiar Adzani tidak mewakili pandangan dari redaksi kumparan
ADVERTISEMENT
Tahukah Anda bahwa di dunia ini ada dua kisah mengenai peperangan yang begitu melegenda dan abadi? Jika kita membagi dunia menjadi dua kultur, Timur dan Barat, maka di dunia Timur kita memiliki Perang Baratayudha yang merupakan klimaks dari kisah Ramayana yang ditulis di India oleh Begawan Vyasa Dwaipayana pada 1500 SM, sedangkan di dunia Barat kita memiliki kisah Perang Troya yang ditulis oleh Homer pada tahun 800 SM di dalam dua karyanya, The Iliad dan Oddysey.
ADVERTISEMENT
Perang Troya sendiri berlangsung selama kira-kira sepuluh tahun yang membuat tentara Yunani maupun Troya mencapai titik jenuh mereka, letih tak tertahankan, tertekan tak berdaya akibat lamanya pertempuran. Korban nyawa dari kedua belah pihak sudah sedemikian banyak. Yang lebih membuat frustrasi lagi adalah tentara Yunani, yang meskipun mempunyai jagoan-jagoan seperti Akhilles, Diomedes, Odysseus dan Aias, namun belum mampu juga untuk menjebol tembok kota Troya.
Hingga tiba suatu hari di mana Odysseus mengeluarkan ide cemerlang yang masyhur hingga saat ini. Odysseus mengusulkan untuk membuat sebuah patung kuda raksasa dari kayu yang akan ditempatkan di luar tembok kota Troya. Nantinya kuda kayu tersebut akan diisi oleh beberapa tentara Yunani pilihan. Setelah melalui beberapa perdebatan, ‘ide gila’ Odysseus akhirnya disetujui.
ADVERTISEMENT
Setelah kuda kayu tersebut selesai dibuat dan diisi oleh orang-orang pilihan, pasukan Yunani yang lain pergi meninggalkan kota Troya di malam hari.
"The Procession of the Trojan Horse into Troy” karya Giovanni Domenico Tiepolo (1727 – 1804). Kredit foto: www.nationalgallery.org.uk
Keesokan paginya, penduduk kota Troya terkejut bercampur heran ketika melihat bahwa tiada lagi tentara Yunani yang mengepung kota mereka, bahkan perahu-perahunya pun sudah tak lagi tertambat. Mereka mengira bahwa tentara Yunani akhirnya menyerah dan pulang ke negerinya. Yang mereka lihat hanyalah seorang warga bernama Sinon yang ditinggal seorang diri bersama patung kuda raksasa. Mereka lalu bertanya tentang patung kuda raksasa itu kepada Sinon, seorang yang diketahui seorang pembicara fasih yang disiapkan Yunani.
Dengan tipu dayanya, Sinon berkisah bahwa kuda kayu raksasa tersebut merupakan persembahan kepada dewa Athena yang hendak dibakar oleh Yunani. Apabila dihancurkan oleh pihak Troya maka kemarahan dewa Athena akan berbalik kepada Troya.
ADVERTISEMENT
Mendengar hal itu, orang-orang Troya tidak menghancurkan atau membakarnya, melainkan mengangkut kuda kayu raksasa tersebut ke dalam kota.
Dikala semua penduduk sudah terlelap pada malam hari, pasukan Yunani yang bersembunyi di dalam patung kuda keluar dan membuka pintu gerbang kota, hingga balatentara Yunani yang ternyata hanya bersembunyi di sebuah pulau, mengalir masuk ke dalam kota.
Malam itu, saat penduduk Troya tertidur, kapal Yunani yang ternyata bersembunyi di sebuah pulau diam-diam kembali. Kemudian para prajurit dalam kuda menyelinap keluar dan membuka gerbang kota hingga tentara Yunani tadi bisa memasuki kota Troya. Mereka mulai memantik kebakaran di seluruh kota. Penduduk Troya terbangun dan menemukan bahwa kota mereka telah terbakar. Ketika mereka mencoba untuk melarikan diri, mereka dibantai oleh tentara Yunani. Raja Priam dan hampir semua dari kepala suku Troya lainnya tewas. Hanya Aeneas - putra Aphrodite dan seorang Troya bernama Anchises – yang berhasil melarikan diri. Hal ini disebutkan oleh Virgil dalam karyanya Virgil's Aeneid.
"Blick auf das brennende Troja" karya seorang pelukis Jerman, Johann Georg (Georges) Trautmann (1713–1769). Kredit foto: www.zeller.de
Kisah tersebut, walaupun banyak dianggap sebatas sebuah karya seni, namun strategi perang "Kuda Troya" ini dalam kenyataannya menjadi semacam cerita yang akan senantiasa hidup dan dikenal oleh masyarakat dunia. Kisah Kuda Troya memilki makna filosofis yang kuat, bahwa apa yang dilakukan oleh tentara Yunani dalam memenangkan pertempuran itu merupakan hal yang tidak pernah terbayangkan oleh orang-orang dari kota Troya.
ADVERTISEMENT
Selain itu, pihak tentara Yunani tidak hanya mengandalkan ketangguhan yang mereka miliki, namun juga siasat perang tinggi dan memanfaatkan kerja sama tim. Sedangkan prajurit Troya dikelabui oleh sebuah cerita dusta dan terlena oleh kemenangan semu tanpa memikirkan rencana lebih jauh.