Konten dari Pengguna

Qin Shi Huang: Kaisar Kejam yang Paling Berjasa

Ichtiar Adzani
Mahasiswa STIABI Riyadlul 'Ulum
26 April 2021 9:40 WIB
comment
1
sosmed-whatsapp-white
copy-link-circle
more-vertical
Tulisan dari Ichtiar Adzani tidak mewakili pandangan dari redaksi kumparan
ADVERTISEMENT
Jika ditanya, siapakah orang yang paling berjasa bagi Tiongkok? Kebanyakan orang mungkin akan menjawab bahwa orang itu adalah Mao Zedong atau malah Tsa’i Lun. Ya, tidak salah juga, tetapi sehebat apapun kedua tokoh tersebut, mereka masih belum sebanding dengan sosok Qin Shi Huang. Mengapa? Karena tanpa dirinya, Tiongkok yang kita kenal saat ini takkan pernah ada.
Lukisan potret Qin Shi Huang, kaisar pertama Dinasti Qin, dari album potret kaisar Tiongkok abad ke-18. Kredit foto: www.ibiblio.org
zoom-in-whitePerbesar
Lukisan potret Qin Shi Huang, kaisar pertama Dinasti Qin, dari album potret kaisar Tiongkok abad ke-18. Kredit foto: www.ibiblio.org
Qin Shi Huang adalah orang yang berhasil menyatukan Tiongkok yang sangat luas di bawah bendera yang sama. Tak hanya itu, silakan sebut apa saja warisan sejarah dari Tiongkok yang terkenal sejak zaman kuno, seperti mata uang, Tembok Besar China, patung pasukan terakota di Xi’an, standarisasi ukuran dan alat ukur, penyeragaman tulisan, atau bahkan sistem kekaisaran China yang terpusat, itu semua adalah warisan dari Qin Shi Huang. Bisa dibayangkan, jika saja Qin tidak melakukan semua hal tersebut, mungkin saja China akan jatuh ke tangan para pemimpin feodal yang membagi kekuasaan kepada keturunannya.
ADVERTISEMENT
Sumber penulisan sejarah Qin utamanya adalah Kitab Sejarah atau Catatan Sejarah Agung yang ditulis oleh Sima Qian (135 – 87 SM), yang hidup pada masa pemerintahan kaisar Wu dari dinasti Han barat. Dalam catatan inilah dijelaskan secara lengkap asal mula negeri Qin dan Zhao, termasuk perseteruan antar negara bagian pada zaman Negara-negara Berperang sampai kepada penyatuan China oleh Qin Shi Huang. Sumber sejarah lainnya adalah Intrik Negara-negara Berperang yang ditulis oleh Liu Xiang (77 – 8 SM). Buku ini menggambarkan perjalanan sejarah secara detail, jelas dan hidup, sehingga dapat membawa pembacanya seolah-olah kembali pada zaman yang penuh gejolak itu.
Namun dibalik semua pencapaiannya, Qin Shi Huang juga dikenal sebagai sosok yang sangat kejam. Ia takkan segan menghabisi nyawa orang-orang yang tak sejalan dengannya. Salah satu peristiwa mengenai hal ini pernah ia lakukan saat ia membunuh para cendekiawan yang tak sepaham dengannya.
ADVERTISEMENT
Hal ini berawal jauh sebelum penyatuan dataran China, di mana Konfusianisme dan sejumlah filosofi lainnya berkembang pesat. Qin melihat pemikiran-pemikiran tersebut sebagai ancaman bagi kepemerintahannya, maka dari itu pada 213 SM ia memerintahkan semua karya tulis yang tidak berhubungan dengannya agar dibakar. Tak hanya itu, Qin juga mengubur hidup-hidup sekitar 400 orang cendekiawan, dan 700 lainnya dilempari batu hingga mati karena berani menentang dirinya.
Sejak saat itu, satu-satunya pemikiran yang diperbolehkan adalah legalisme. Ikuti hukum kaisar atau terima akibatnya.
Tak hanya menyatukan dataran China, Qin Shi Huang juga yang memerintahkan pembangunan tembok pertahanan yang sangat besar, yang kini disebut Tembok Besar China. Qin begitu aktif dalam rencananya ini. Alasannya adalah untuk mempertahankan diri dari pemberontak dari suku liar. Pekerjaan itu dilakukan oleh ratusan ribu orang yang diperbudak dan penjahat antara 220 dan 206 SM. Dalam hal ini, ribuan dari mereka tewas selama peristiwa tersebut.
ADVERTISEMENT
Selain kejam, Qin juga sangat terobsesi dengan keabadian. Ketika umurnya semakin menua, ia semakin takut dengan kematian. Hingga akhirnya ia terobsesi untuk menciptakan ramuan keabadian, yang akan membuatnya bisa hidup selamanya.
Qin memerintahkan para ahli kimia untuk menciptakan ramuan abadi. Meski tidak mungkin, perintah kaisar adalah mutlak dan tak bisa ditolak. Tak banyak ahli yang berani mengantarkan ramuan hidup abadi, karena selain tidak mungkin, mereka akan dijebloskan ke penjara atau bahkan dijatuhi hukuman mati jikalau ramuannya gagal. Bahkan Qin juga ikut menghukum sekitar 400 alkemis yang tak terlibat.
Hingga akhirnya, pada tahun ke-5 kepemerintahannya, seorang ahli nujum bernama Xu Fu datang menghadap ke hadapan Qin. “Untuk bisa mendapatkan obat keabadian, seseorang harus membawa perjaka dan perawan untuk meminta obat itu. Maka Qin Shi Huang kemudian mengutus Xu Fu untuk memilih perjaka dan perawan terbaik sejumlah beberapa ribu orang, dan pergi ke samudera untuk mencari sang dewa,” demikian yang Sima Qian tulis dalam Catatan Sejarah Agung. Sayangnya, obat tersebut tak pernah ditemukan, dan Xu Fu tak pernah kembali dari perjalanannya yang kedua.
ADVERTISEMENT
Qin Shi Huang wafat pada 10 September 210 SM saat berkeliling Tiongkok. Penyebab kematiannya kemungkinan besar karena keracunan merkuri yang merupakan isi dari banyak percobaan dalam pembuatan ramuan abadinya.
Di makamnya, Qin dijaga oleh pasukan terakota yang setidaknya berjumlah 8.000 patung tentara seukuran manusia yang setiap patungnya adalah individu karena memiliki ciri yang berbeda antara satu dengan yang lainnya. Pasukan terakota ini juga dilengkapi dengan kereta kuda dan senjata. Qin membangun ini untuk menjaganya di alam baka nanti, dan mungkin juga untuk menaklukkan surga seperti apa yang ia lakukan di bumi.
Pasukan Terakota. Kredit foto: unsplash.com/@onevibe
Jasa Qin Shi Huang memang sangatlah besar bagi peradaban China, namun sebagai manusia, ia adalah orang yang sangat kejam. Haruskah Qin dikenal dengan pencapaian monumentalnya atau tirani kejamnya adalah masalah perspektif. Terlepas dari semua kejahatannya, sosok Kaisar Pertama China Qin Shi Huang tetap dianggap mulia bagi rakyat Tiongkok.
ADVERTISEMENT