Konten dari Pengguna

Pro Kontra Tanggapi Ucapan Eunice Yung, Bagaimana Menyikapinya?

13 Juni 2018 5:36 WIB
clock
Diperbarui 14 Maret 2019 21:08 WIB
comment
0
sosmed-whatsapp-white
copy-link-circle
more-vertical
Tulisan dari Ida Royani tidak mewakili pandangan dari redaksi kumparan
ADVERTISEMENT
Pekan lalu, berita tentang ucapan anggota parlemen Eunice Yung menjadi topik perbincangan kususnya para buruh migran di Hong Kong. Begini kronologisnya, pada Rabu (23/5/2018) anggota parlemen Hong Kong dari partai the New People’s Party (NPP) Eunice Yung, berucap di rapat parlemen,“Selama liburan, sejumlah besar pembantu rumah tangga asing berkumpul di tempat-tempat umum, seperti taman, gang jembatan, dan tempat-tempat di bawah jalan layang. Mereka duduk, makan dan tidur di tanah, sehingga mempengaruhi kehidupan sehari-hari masyarakat, operasi toko-toko dan kebersihan lingkungan di tempat umum. Masalah tersebut telah berlangsung selama bertahun-tahun dan menunjukkan tren yang memburuk. ”
ADVERTISEMENT
Kemudian Eunice Yung menanyakan kepada Menteri Tenaga Kerja dan Kesejahteraan Hukum Chi-kwong, “Berapa banyak keluhan yang diterima Pemerintah tentang masalah ini dan berapa banyak pekerja rumah tangga yang telah dituntut atau diperingatkan atas "perilaku ilegal."
Eunice Yung juga menanyakan kepada pembuat kebijakan UU apakah Pemerintah memiliki rencana untuk mendirikan pusat kegiatan tambahan bagi pekerja rumah tangga.
Kemudian, pembuat kebijakan UU menyampaikan kepada parlemen bahwa terdapat 380.000 buruh migran yang bekerja di Hong Kong. Para buruh migran tersebut memberikan kontribusi yang sangat penting terhadap pembangunan di Hong Kong.
Dikatakannya bahwa Pemerintah Hong Kong tidak mengumpulkan data berapa jumlah buruh migran yang berkumpul di tempat umum pada saat mereka libur. Namun demikian Pemerintah Hong Kong telah berupaya mengambil tindakan bersama dengan aparat penegak hukum dan menghubungi kelompok buruh migran untuk memperbaiki masalah tersebut, serta membagikan selebaran untuk mengingatkan buruh migran untuk tidak memasak di luar rumah atau memblokir trotoar.
ADVERTISEMENT
Ia juga mengatakan bahwa Pemerintah Hong Kong tidak memiliki rencana untuk mendirikan pusat kegiatan tambahan, tetapi buruh migran dan kelompok buruh migran dapat mengajukan permohonan untuk menggunakan fasilitas umum.
Dari percakapan yang terjadi di parlemen Hong Kong tersebut, timbulah beragam reaksi. Tak sedikit yang mengecam dan tidak terima dengan pernyataan Eunice Yung tersebut, dengan argument bahwa jika tidak berkumpul di area public spaces lantas mau tinggal di mana? Pemberian gaji sebesar HKD 4310 juga belum cukup untuk memenuhi kebutuhan, membeli makanan di toko ataupun resto, dan pernyataan Eunice Yung yang menganggap kegiatan berkumpul BMI tersebut sebagai sesuatu yang “tidak higinis” dan meminta Eunice Yung utuk meminta maaf.
Jika ditelaah lebih lanjut, perrnyataan dalam percakapan di parlemen tersebut, sebagian dari buruh migran yang pro tidak menafikan bahwa pernyataan Eunice Yung tersebut adalah fakta yang tak terbantahkan. Sampah yang banyak ditinggalkan oleh pemiliknya sehabis makan dan minum, bahkan penggunaan trotoar yang tidak bertimbang rasa dengan pengguna jalan lainnya.
ADVERTISEMENT
Keduanya yang pro dan yang kontra adalah sama-sama mempunyai kesamaan dan titik temu yang pada akhirnya pada perspektif yang sama dengan Eunice Yung yaitu, menata buruh migran di Hong Kong agar lebih layak dan bermartabat, hal tersebut telah dilakukan oleh Eunice Yung ketika pada Selasa (29/5/2018) ia mengunggah 2 foto di akun facebooknya yang terlihat dirinya sedang mengunjungi buruh migran Indonesia dan buruh migran Piliphina di saat libur.
Harapan kita semua, Eunice Yung, benar-benarr tulus meminta maaf atas ucapannya dan sama-sama kita mengawal janjinya bahwa ia akan memperjuangkan keberadaan buruh migran sebagai pihak yang berkontribusi penting dalam pembangunan Hong Kong. Begitu juga dengan buruh migran, begitu banyak fasilitas dan kemudahan yang diberikan pemerintah Hong Kong, hendaknya kita mempunyai kesadaran untuk saling menghormati dan bertimbang rasa.
ADVERTISEMENT
Penulis: Ida Royani
artikel ini telah dimuat di rubrik opini koran Berita Indonesia di Hong Kong edisi Juni 2018