Tentang KamiPedoman Media SiberKetentuan & Kebijakan PrivasiPanduan KomunitasPeringkat PenulisCara Menulis di kumparanInformasi Kerja SamaBantuanIklanKarir
2024 © PT Dynamo Media Network
Version 1.93.2
Konten dari Pengguna
Paradigma Politik Inklusif Ikatan Mahasiswa Muhammadiyah
26 September 2023 18:21 WIB
·
waktu baca 7 menitTulisan dari Muhamad Ikhwan Abdul Asyir tidak mewakili pandangan dari redaksi kumparan
ADVERTISEMENT
Organisasi yang didirikan oleh KH Ahmad Dahlan pada18November Tahun 1912 Masehi dikenal sebagai organisasi yang bergerak dalam dakwah dan pendidikan. Namun seiring berjalannya waktu serta perkembangan yang ada, muhammadiyah mulai terlibat dinamika dan hiruk pikuk perpolitikan di Indonesia.
ADVERTISEMENT
Sebagai organisasi Islam modernis, keikutsertaan hiruk pikuk ini adalah sarana muhammadiyah dalam membawa tafsir ajaran agama yang memerdekakan dan luas akan kontektualisasi. Terlebih lagi, jargon amar ma’ruf nahi munkar (mengajak kepada kebaikan dan mencegah kemungkaran) sangat melekat dan menjadi ruh gerakan sosial tidak bisa dilepaskan dalam dunia politik. Maka, keberadaan Muhammadiyah sebagai civil society atau organisasi kemasyarakatan tidak dapat dielakkan.
Konsep civil society sebagaimana disampaikan Muhammad AS Hikmah dalam pengelompokan-pengelompokan sosial di luar struktur negara yang terorganisir bercirikan kemandirian, kesukarelaan dan keswadayaan. Ikatan Mahasiswa Muhammadiyah (IMM) sebagai anak kandung muhammadiyah tentu perlu selaras dengan gerakan besar muhammadiyah yang demikian.
Dengan menjunjung tinggi nilai ajaran Islam, kita mungkin sepakat bahwa slogan berlomba-lomba dalam kebaikan adalah nyawa yang melekat pada IMM ini, bahwa apa saja yang mampu IMM lakukan muaranya adalah ada pada terwujudnya tafsir atas kebaikan yang sesuai dengan esensi ajaran Islam. Persoalan semacam redupnya paras IMM sebagai organisasi mahasiswa yang solutif terhadap di isu-isu berskala lokal sampai nasional menjadi kenyataan yang harus diakui keadaannya.
ADVERTISEMENT
IMM seolah hilang dari peradaban organisasi mahasiswa yang harusnya berdiri paling depan bersuara lantang dalam setiap dinamika sosial dan politik yang hangat. Sekalipun IMM bergerak, keriuhan secara internal yang meributkan posisi IMM yang dianggap kurang tepat pun menjadi bahan gorengan yang menjadi ganjal dan menghambat gerak IMM itu sendiri.
Dari sini kita mungkin perlu memberikan pertanyaan besar bagaimana sejatinya posisi IMM dalam arus politik yang ada seharusnya, bagaimana IMM mampu hidup dan menghidupi spirit muhammadiyah yang dibawa oleh kiai Dahlan.
Padahal kalau kita mau lebih melihat lagi IMM yang kelahirannya berasal dari rahim muhammadiyah dan segmentasinya yang berada pada akses gelombang elemen muda mahasiswa tentu merupakan amunisi besar dalam memperkaya setiap gagasan dan gerakannya, tanpa mengurangi rara hormat saya pada IMM sekalipun, persoalan demikian perlu kiranya di jawab secara konkret.
ADVERTISEMENT
Mengamati apa yang terkandung dalam buku Politik Inklusif Muhammadiyah: Narasi Pencerahan Islam untuk Indonesia Berkemajuan, dijelaskan bahwa Muhammadiyah sebagai gerakan Islam berada pada landasan inklusivitas. Di satu sisi, Muhammadiyah adalah gerakan pemurnian (purifikasi), tetapi di sini lain menunjukkan terjadi dinamisasi tanpa meninggalkan jejak asal. Perpaduan antara pemurnian sekaligus dinamisasi itulah yang menunjukkan bahwa gerakan inklusivitas menjadi pondasi Muhammadiyah untuk dapat survive sepanjang zaman, salehli kulli zaman wa al-makaan.
Upaya Reposisi IMM
Ikatan Mahasiswa Muhammadiyah (IMM) harus mampu menghayati rekam jejak muhammadiyah ini, IMM perlu menggali ulang dimulai dari ideologi, orientasi gerakan, sampai evaluasi karakteristik muhammadiyah pada insan setiap kadernya. Sebab bukan hal yang tidak mungkin bahwa segmentasi IMM yang isinya tidak hanya kader muda muhammadiyah, IMM perlu memulai segala sesuatu termasuk dalam segi pembangunan gerakan politik yang mengaca betul pada muhammadiyah.
ADVERTISEMENT
Bukankah segala hal yang dilakukan organisasi adalah demi mencapai tujuan pendiriannya itu, dan bukankah tujuan IMM itu yang tentang tujuan muhammadiyah itu sendiri?
Pertanyaan ini bukan dalam hal bermaksud untuk membatasi gerakan IMM, tapi ini adalah modal yang berlaku harga mati. Misi besar IMM adalah misi masa depan keberlanjutan muhammadiyah sebagai organisasi yang sehat dan menyehatkan kehidupan baik pikiran maupun gerakan kadernya.
Selanjutnya, setelah memulainya dengan penghayatan ke dalam, IMM sebagai organisasi secara mandiri sudah semestinya menjadi laboratorium kaum muda muhammadiyah. IMM perlu melihat dirinya secara pribadi yang merupakan kelompok civil society yang memiliki peran politik secara strategis. Dengan dipedomani ideologisasi muhammadiyah, IMM sebagai civil society ini perlu menghadirkan dirinya sebagai kelompok masyarakat sipil yang menyeimbangkan keberlangsungan stabilisasi demokrasi negara.
ADVERTISEMENT
Misalnya jika kita mengadopsi apa yang dikemukakan oleh Alexis de Tocqueville bahwa kelompok sipil dan kekuatan politik adalah sinergi yang mendasari kekuatan demokrasi mampu terwujud, IMM harus mampu menjadikan posisinya sejajar dengan dinamika politik. Peran serta IMM dalam penyelenggaraan pendidikan politik bisa memulainya, IMM harus membuka ruang seluas-luasnya bagi kader dalam menjalani pembinaan politik, dengan juga mengedepankan karakter keilmuan yang berbasispada riset, IMM harus membuka pintu-pintu menuju pemahaman politik yang penuh keadaban.
IMM juga harus terbuka bagi siapa pun dalam kolaborasi pembinaan ini, dimulai melalui kadernya, interpretasi pembinaan sosial masyarakat mampu IMM lakukan perlahan tapi pasti. Sebagai tafsir bahwa urusan politik adalah urusan al-umur al- dunyawiyyat yang perlu terus dimotivasi, dijiwai, dan dibingkai olehnilai- nilai luhur agama dan moral yang utama pembinaan atas makna politik yang sedemikan rupa menjadi titik penting yang dilakukan IMM.
IMM perlu menjadi penyeimbang melalui kritik aktif pada setiap kebijakan yang ada, IMM harus mulai melihat bahwa transisi demokrasi dan gerakan keterbaikan politik bermula karena adanya interaksi antara pemangku kebijakan dan objek kebijakan itu sendiri.
ADVERTISEMENT
IMM harus lantang dengan persoalan yang demikian, walau boleh jadi IMM mungkin akan sukar untuk terlibat politik praktis karena tuntutan kemuhammadiyahannya, kader IMM harus jadi dibebaskan seluas-luasnya untuk melakukan interpretasi pemahaman politik nilai yang demikian. Hal ini juga selaras dengan apa yang dikonsepsikan melalui Khittah Muhammadiyah Denpasar 2002 bahwa:
Moralitas Gerakan Politik IMM
Melanjutkan muhammadiyah, IMM harus memulai mewarnai ruang publik dengan gagasan yang menjawab krisis moralitas dan etika bangsa negara kita. Persoalan yang menelurkan berbagai paradoks serta pengingkaran nilai-nilai luhur budaya dalam praktik politik kita menjadi bahan garapan IMM yang memiliki cukup modal intelektual.
ADVERTISEMENT
Situasi masyarakat yang hari ini mulai cenderung kehilangan makna kehidupan utamanya dalam hal politik harus IMM jawab dengan lantang berbasis karya. IMM harus tampil dengan pikiran yang muncul di berbagai kesempatan yang ada. Bisa dimulai di ruang digital opini di media massa, aksi bersama terjun ke lapangan, rekomendasi kebijakan sampai terjun langsung dalam kepemiluan adalah rupa-rupa jalan yang tidak boleh dipisahkan dan disekatkan satu sama lain.
Secara internal IMM jangan sampai ada lagi sentimen sesama kader, dengan menganggap sektor ini lebih mulia dari pada sektor lainnya, IMM harus berdewasa pada soal perbedaan jalan yang di pilih. Yang paling utama adalah moraliras yang dibawa dan memperkaya variabel gerakan.
IMM mampu memahami keragaman sebagai sebuah keniscayaan dalam segala lini kehidupan, keragaman dalam mengekspresikan gerakan politik dan mengemukakannya melalui semua ruang yang tersedia adalah satu padu kesatuan IMM dalam menyongsong keadaban yang semakin hidup. Sudah bukan lagi saatnya IMM terlampau membuang energi dengan saling cemburu dan sentimen sesamanya karena perbedaan pandangan, cara kerja ataupun metode mengekspresikannya.
ADVERTISEMENT
Dalam lingkup yang lebih luas lagi, IMM harus menjadi penyambung yang menyatukan semua elemen kekuatan sosial masyarakat dalam menciptakan iklim demokrasi yang adil serta menjaga titik kesetaraan. IMM harus mampu berdiri pada kepekaan atas kebajikan dan kebijakan yang maujud di sela-sela kehidupan. Tidak hanya berlaku pasif, IMM justru aktif melenggangkan dirinya ada di setiap arena baik pertarungan maupun monumental.
Jika betarung pada kelas-kelas elektoral, irisan IMM mampu dengan gamblang mengejawantahkan kebutuhan keummatan yang maslahat dan menuju keberdayaan masyarakat. Mengharamkan diri IMM pada praktik menyimpang yang hanya berorientasi pada kejumudan mandiri adalah laku pasti yang IMM bisa tunjukkan di muka-muka publik.
Dari diri IMM, perlu disepakati bahwa kenyataan masuk dalam panggung anarki politik adalah jalan jihad fil siyasah dalam rangka mewujudkan tujuan maslahat ummat. IMM jangan antipati pada terjun praksis, tapi sekali lagi menjadikan sarana ini demi mengupayakan iklim yang sehat dan menyehatkan ruang demokrasi adalah hal yang patut. Dari dalam diri IMM, kita perlu mengapresiasi dan saling sokong betul pada praksis gerakan yang ada.
ADVERTISEMENT
Penutup
Pada akhirnya, penulis hendak menekankan kembali bahwa narasi dan gerakan yang dilakukan IMM perlulah kiranya dimulai dengan perenungan atas ideologisasi muhammadiyah sebagai modal utama, dari sini IMM bakal dimungkinkan mampu merepresentasikan gerakan dakwah dalam sektor politiknya dengan memegang teguh prinsip fundamental yang mendasari diri pada segmentasi positif IMM.
IMM perlu memulainya dengan membuka ruang terbuka edukasi politik yang lekat atas kontekstualisasi nilai ajaran agama yang relevan menjawab zaman, ruang pembinaan ini adalah ruang eksplorasi seluas-luasnya makna dan kedudukan IMM dari segi gerakan politik.
Selanjutnya, dengan memanfaatkan berbagai sarana dan prasana yang barang tentu memadai, IMM perlu terlibat aktif dalam penyuaraan dan pendampingan iklim keterbaikan politik yang hari ini mulai menyuntukan karena realitas praktik kotor.
ADVERTISEMENT
IMM adalah agen yang menstabilkan dinamisasi antara kebajikan dan kebijakan politik. Dalam aspek yang lebih praksis, irisan IMM perlu mengaharuskan diri pada cara pandang dan cara kerja yang berorientasi penuh pada kemaslahatan umat. Menghilangkan sentimen dan saling sokong antar sesama irisan IMM maupun muhammadiyah adalah kunci yang perlu disinergikan.