Tentang KamiPedoman Media SiberKetentuan & Kebijakan PrivasiPanduan KomunitasPeringkat PenulisCara Menulis di kumparanInformasi Kerja SamaBantuanIklanKarir
2024 © PT Dynamo Media Network
Version 1.93.2
Konten dari Pengguna
Dengan Bailau Memanggil Harimau: Sastra Lisan Unik dari Pesisir Selatan
10 November 2024 9:52 WIB
·
waktu baca 6 menitTulisan dari Ikka Aprillia tidak mewakili pandangan dari redaksi kumparan
ADVERTISEMENT
Masyarakat Bayang dari Pesisir Selatan mempunyai tradisi unik. Ketika ada harimau yang meresahkan dan memasuki wilayah pedesaan dan memakan ternak warga akan dipikat tanpa dilukai maupun dibunuh. Caranya yaitu dengan menggunakan nyanyian pantun yang disebut dengan ba-ilau. Umumnya juru kunci yang sering mendendangkan pantun adalah wanita yang sudah menikah yang dipanggil tungganai.
Dipercayai pada awalnya, pantun yang dinyanyikan oleh sekelompok wanita yang disebut ber-sisomba, ialah untuk menumbuhkan suburkan padi dengan cara berbalas-balasan pantun.
Tukang ba-ilau adalah seniman yang mengekspresikan perasaannya kepada publik melalui nyanyian, tarian, dan musik. Dalam upacara memanggil harimau, ia mengajak harimau masuk pinjaro untuk menyelesaikan utangnya pada masyarakat. Saat batagak datuk, ia menyanyikan pantun ba-ilau untuk meramaikan acara dan mendoakan datuk baru. Ketika memanggil seseorang, tukang ba-ilau melantunkan sisomba agar orang yang disebut kembali ke kampung. Pada upacara kematian, ia melantunkan sisomba sebagai ungkapan duka untuk yang telah tiada.
Tukang ba-ilau memimpin masyarakat menyiapkan bahan-bahan upacara, termasuk membangun pinjaro harimau, agar upacara dapat berlangsung. Kayu yang digunakan harus khusus, seperti sitinjau lauik, maransi, dan siro, dan batangnya ditanam dua meter ke dalam tanah, terutama untuk tiang utama atau tonggak tuo. Proses ini dipimpin oleh tungganai bersama warga desa. Kayu pinjaro ini tidak boleh digunakan di rumah karena dikhawatirkan akan menarik harimau. Karena kayu biasanya diambil dari hutan di perbukitan sekitar desa yang memerlukan pendakian, masyarakat desa ikut serta dalam pembangunan untuk mempercepat pekerjaan. Pinjaro juga harus diselesaikan membuatnya dalam satu hari.
Pinjaro yang sudah dimantrai biasanya sangat kuat menghadapi harimau. Mereka juga dapat memasukkan orang ke dalamnya. Penduduk setempat percaya bahwa seseorang yang "terlompat mulut" atau sengaja mengolok-olok pinjaro dapat masuk ke dalam pinjaro tanpa izin. Di Dusun Calau, Desa Tarata Baru, Bayang, ada pinjaro yang diolok-olok oleh seorang mantri. Sepulang dari pasar dengan daging belanjaannya, ia masuk ke dalam dan meminta kambing yang terikat di dalamnya untuk memasak dagingnya. Ia salah mengira kambing itu istrinya dan pinjaro itu rumahnya. Ini adalah konsekuensi yang harus dia tanggung karena ulahnya yang telah memperolok-olok pinjaro yang didirikan tersebut.
Ragam Bahasa Minangkabau dan Peran Ba-ilau Dengan Memanggil Harimau
ADVERTISEMENT
Tradisi yang sudah hampir punah atau mungkin punah ini sudah tidak dilakukan lagi sejak menapak pada tahun 1990-an. Salah satu penyebabnya adalah populasi harimau yang sudah menurun. Yang menganggap ba-ilau sudah tidak perlu lagi dilakukan. Selain itu terdapat keminiman pendendang pantun yang umumnya berasal dari kaum wanita yang sudah tua. Berbeda pada era 60 hingga 70-an yang mana saat itu populasi harimau masih mudah ditemukan di Pesisir Selatan. Harimau yang dijuluki sebagai inyiak yang dalam bahasa indonesia dapat disederhanakan dengan nenek moyang, atau pada beberapa orang minang berpikir mereka mewarisi darah harimau.
Mitos yang muncul dengan kaitan inyiak ini adalah cerita mengenai inyiak yang gemar memakan tanda di kepala. Dan dipercayai anak yang tanda di kepalanya diambil, akan menjadi bodoh. Berbagai sesajen akan disajikan pada hari Senin dan Kamis.
Tradisi lisan ini diwariskan dalam Bahasa Minangkabau yang memiliki dialeg Pesisir. Dengan cirinya adalah vokal a yang dirubah bunyikan menjadi e. Contohnya ayam menjadi /ayen/ . Dalam bahasa Indonesia gelap, sedangkan dalam Bahasa Minang disebut kalam yang akan berubah menjadi /kalen/. Hitam menjadi /iten/. Malam menjadi /malen/.
Ragam daerah pesisir berbeda dengan daerah Minangkabau yang disebut darek, misalnya dialek Payakumbuh yang secara keseluruhan banyak menggunakan o pada kata.
Bailau berperan sebagai koneksi yang memayungi kestabilan antara manusia dan kekuatan alam, serta mengokoh tinggi nilai dinamis dalam lingkungan hidup masyarakatnya.
Keterkaitan Ba-ilau dengan Ragam Sastra Lisan Minangkabau
Ba-ilau termasuk dalam sastra lisan Minangkabau, yang memiliki struktur teks yang didalamnya terdapat delapan atau sepuluh baris dalam sebait. Dalam setiap barisnya terdapat rima yang memperindah irama nyanyian. Dinyanyikan cenderung dengan khas ratapan dengan irama yang sedih. Tungganai mencurahkan kerinduan dan mengutarakan penderitaan untuk melupakan segala emosi yang bersumber dari batin mereka.
Selain itu, ba-ilau dipergunakan dalam beberapa upacara seperti upacara menangkap harimau dengan cara “memanggilnya”, merenungkan orang yang telah meninggal, pengangkatan datuk dan pencarian orang yang hilang. Terdapat sejumlah aturan ketika hendak melakukan penangkapan harimau. Harimau tidak boleh ditembak ataupun dibunuh, cukup dipanggil dengan pantun yang dinyanyikan. Setelah ditangkap, harimau akan dikembalikan ke hutan atau diletakkan di kebun binatang. Selain memakai air kembang, ritual ba-ilau menangkap harimau juga menggunakan parasapan, yang dipakai oleh tukang ba-ilau dan pinjaro. Tukang asok melakukannya setelah dimantrai oleh tungganai.
ADVERTISEMENT
Dalam ba-ilau dapat dikaji dengan pendekatan formula Lord, dengan menemukan susunan bahasa yang telah disederhanakan secara antropologis untuk menyampaikan faktor-faktor eksternal sastra seperti tukang ba-Ilau dan masyarakat yang terlibat.
Pemakaian kosakata hewan pada bagian sampiran pantun merupakan bentuk tulisan yang sering digunakan dan memiliki kaitan dengan masyarakat Minangkabau yang memiliki gaya tutur tersirat. Karakteristik khas Minangkabau untuk menggunakan kiasan untuk menyampaikan ide secara tidak langsung adalah penggunaan kosakata binatang dalam sampiran sisomba. Menurut pepatah Minangkabau, "Manusia tahan kias binatang tahan pukul", kiasan adalah cara terbaik untuk mendidik orang daripada kekerasan. Menurut Daillié (1988), dua baris pertama pantun berfungsi sebagai fondasi untuk pesan atau perasaan yang akan disampaikan di baris berikutnya. Sebagai contoh, baris "burung pipit bertali benang/hinggap di ranting dalu-dalu" menggambarkan rasa kesepian seorang pemuda yang sakit di perantauan, seperti yang digambarkan dalam baris kedua, "sakit pemuda di rantau orang/penawar diembus angin lalu.".
Perkembangan Sastra Tulis dan Pengaruh Ba-ilau Dengan Memanggil Harimau
ADVERTISEMENT
Selain itu, tradisi ba-ilau berkurang seiring dengan perkembangan sastra tulis, yang semakin menggantikan peran sastra lisan seperti pantun. Sastra tulis membuka cara baru untuk mencatat dan menyebarkan kisah dan kepercayaan masyarakat, tetapi sayangnya, hal ini mengakibatkan penurunan tradisi lisan seperti ba-ilau. Tradisi yang berakar kuat dalam sastra lisan kini mulai hilang bersamaan dengan hilangnya harimau yang dahulu dianggap sebagai leluhur dan pelindung.
Tradisi ba-ilau menghasilkan pandangan masyarakat Bayang terhadap alam yang sakral dan harmoninya yang harus dijaga. Mereka percaya bahwa harimau, meskipun terkadang menimbulkan ketakutan dan kewaspadaan, sejatinya adalah makhluk ciptaan Tuhan yang sama pentingnya dengan manusia. Dengan menghormati harimau, masyarakat meyakini bahwa mereka juga akan mendapatkan perlindungan dari ancaman alam.
Ba-ilau tidak hanya sebatas pantun untuk memanggil harimau, namum juga sebagai simbol keharmonisan, penghormatan terhadap alam, dan kearifan lokal yang telah terjaga selama berabad-abad. Tradisi ini mengajarkan bahwa manusia dan alam dapat hidup berdampingan tanpa harus saling merugikan. Di tengah dunia yang semakin modern dan pragmatis, tradisi ba-ilau menjadi penjag bagi kita semua bahwa kerap kali, keharmonisan hanya dapat tercapai bila manusia mampu memandang alam dengan penuh rasa hormat dengan ketulusan.
ADVERTISEMENT