Tentang KamiPedoman Media SiberKetentuan & Kebijakan PrivasiPanduan KomunitasPeringkat PenulisCara Menulis di kumparanInformasi Kerja SamaBantuanIklanKarir
2024 © PT Dynamo Media Network
Version 1.93.2
Konten dari Pengguna
Kisah Penyintas COVID-19: Raam & Raakhee Punjabi Masih Harus Istirahat di Rumah
3 November 2020 19:14 WIB
Tulisan dari Ilham Bintang tidak mewakili pandangan dari redaksi kumparan
ADVERTISEMENT
Catatan Ilham Bintang
Setelah dirawat 25 hari di RS Medistra dan tiga kali tes swab PCR, pasangan Raja Sinetron Indonesia, Raam dan Raakhee Punjabi dinyatakan sembuh dari COVID-19 dan boleh tinggalkan RS.
ADVERTISEMENT
Namun, untuk mencapai kondisi normal yang total, pasutri ini masih diminta istirahat 3-4 minggu di rumah.
Raam dirawat di RS MMC 2 Oktober lalu, Raakhee sehari kemudian. Rabu 28 Oktober lalu Pasutri ini sudah tinggalkan RS Medistra .
Bagaimana kondisi sekarang? “Sudah ok. Kami sudah diperbolehkan senam dan jogging 30 menit. Saya malah sudah hyper active. Cuma memang kadang cepat capek. Hari ini, kami kontrol lagi ke Prof Herdiman,“ ujar Raakhee yang dihubungi Selasa (3/11) siang. Prof Herdiman adalah dokter ahli RS Medistra yang intens menangani mereka.
Tetapi Raam dan Raakhee sepakat mentaati saran dokter, mereka masih perlu 3 sampai 4 minggu istirahat untuk memulihkan kondisinya. “Dengan anak-menantu sudah sering ketemu, tetapi dengan cucu,belum. Mungkin pada acara Dipawali 16 November nanti bisa ketemu. Kasihan mereka sudah kangen sekali,“ cerita Raakhee. Dipawali adalah acara tahun baru India. Tiap tahun Raam dan Raakhee rutin merayakan Dipawali.
ADVERTISEMENT
“Tapi, tahun ini absen dulu. Paling hanya kumpul dengan anak cucu, itu pun kalau memungkinkan,” kata Raakhee.
Ikuti protkes
Menurut ceritanya selama pandemi, mereka tetap bekerja seperti biasa dengan mematuhi protokol kesehatan. Bahkan, sejak Maret Raam rajin memeriksakan kesehatanya. Sebelum terpapar COVID-19, Raam sudah melakukan rapid test sebanyak 5 kali dan 3 kali swab, dan hasilnya selalu negatif. Baru pada test tanggal 29 September lalu hasil swab-nya positif. Ia pun mengisolasi diri di rumah. Saat merasakan kondisi lemas, karena oksigen menurun, Raam akhirnya dirujuk ke RS Medistra untuk perawatan intensif.
Raakhee juga rajin rapid dan swab test. Ia hanya kerap merasakan gejala seperti masuk angin atau merasa kecapean. Pada tanggal 28 September ia kembali memeriksakan diri ke dokter karena merasa lemas. Test swab ternyata positif. Raakhee pun isolasi mandiri di rumah. Tanggal 3 Oktober dia putuskan masuk RS Medistra supaya penanganan COVID-19-nya bisa tuntas.
ADVERTISEMENT
“Romeo & Juliet kembali bertemu di satu kamar isolasi,” komennya bercanda waktu itu.
Raam lahir di Surabaya 6 Oktober 1943, dan menikah dengan Raakhee di Jakarta pada tahun 1971. Hari ulang tahunnya yang ke-77, pada 6 Oktober lalu dirayakan di kamar RS hanya berdua dengan Raakhee.
“Kami memanjatkan puji syukur, berkat Tuhan dan doa teman semua sehingga kami bisa terbebas dari penyakit ini,” kata wanita yang menangani unsur kreatif produksi Multi Vision Plus, perusahaannya. Raakhee menceritakan, selama dalam perawatan, ia dan Raam mengupayakan berpikir positif. Bercanda-canda. Raam dan dia tetap mengerjakan pekerjaan kantor di RS.
“Tapi, aduh. Jangan sampai tertular COVID-19. Pokoknya, ikuti saran pemerintah untuk mentaati protokol kesehatan secara ketat, “ ujar Raakhee.
ADVERTISEMENT
Dian Islamiati
Penyintas lain, wartawati senior ABC Australia, Dian Islamiati Fatwa. Rabu, 28 Oktober lalu juga diperbolehkan pulang ke rumah setelah dua pekan di dua Rumah Sakit. Pertama, 8 hari di RS Siloam Pasar Minggu, 6 hari berikutnya di RS Adhyaksa, Jakarta Timur.
Dian mengaku sejak keluar dari RS, sudah mulai beraktivitas seperti biasa meski belum full seperti sebelumnya. “Masih suka capek dan ngos-ngosan,” kata Puteri tokoh politik almarhum AM Fatwa ini.
Dian juga mengaku tidak tahu tertular di mana dan oleh siapa.
“Namanya juga pandemi. Semua orang kita temui berpotensi OTG. Yang bisa saya pastikan, tidak tertular di rumah, tapi di luar. Buktinya, orang rumah, Mamah saya dan dua pembantu, semuanya negatif. Untung saja saya tidak menulari mereka,” kata wartawan yang memulai kariernya sebagai wartawan di RCTI.
ADVERTISEMENT
Selama dua minggu dirawat di RS Dian tiap hari menuliskan pengalamannya di laman Facebook-nya. Mulai saat pertama kali divonis negatif, dijemput ambulans, ditangani, dan dirawat di RS. Ada 12 seri tulisan yang dia rencanakan untuk dibukukan. Ia berharap buku itu bisa menjadi panduan bagi masyarakat supaya terhindar penularan dan menularkan virus COVID-19. Juga untuk yang sudah tertular, dan dirawat di RS, bisa dapat panduan untuk menjaga semangatnya, menjaga kebahagiaannya. Ini unsur penting yang dapat menjaga imunitas cukup untuk melawan virus berbahaya itu, cerita Dian.
“Saya juga mau mengucapkan terima kasih pada tim medis, dokter dan perawat di RS yang sangat profesional menangani pasien. Semula, saya sempat under estimate pada mereka. Ternyata, yang saya rasakan kebalikannya. Pelayanan di RS bagus banget,“ kisahnya.
ADVERTISEMENT
Yang menarik pengalaman yang dituangkan Dian dalam tulisannya juga dilengkapi istilah-istilah medis yang arti dan fungsi pengobatan diterangkan dengan baik oleh penulis. Sampai ukuran virus itu pun ditulisnya, sangat kecil, sepermiliar meter. “Perumpaannya, dalam sehelai rambut bisa 400 virus bertengger di situ,“ ulasnya.