Tentang KamiPedoman Media SiberKetentuan & Kebijakan PrivasiPanduan KomunitasPeringkat PenulisCara Menulis di kumparanInformasi Kerja SamaBantuanIklanKarir
2024 © PT Dynamo Media Network
Version 1.93.2
Konten dari Pengguna
Green Zone dan Sebuah Optimisme Menuju Perdamaian di Irak
24 Februari 2019 23:51 WIB
Diperbarui 21 Maret 2019 0:03 WIB
Tulisan dari Ilham Effendy tidak mewakili pandangan dari redaksi kumparan
ADVERTISEMENT
Masih ingatkah anda dengan film berjudul green zone yang dirilis sekitar tahun 2010? Ya, sebuah film yang menggambarkan dahsyatnya konflik dan teror yang tengah melanda Irak, khususnya di ibukota Baghdad. Film yang dibintangi oleh Matt Damon tersebut merefleksikan betapa kompleksnya isu politik dan keamanan di Irak akibat intrik-intrik yang dimainkan oleh pihak-pihak yang berkepentingan saat itu.
ADVERTISEMENT
Sudah lebih dari tiga dekade masyarakat Irak menjalani masa-masa sulitnya, bahkan beberapa diantaranya sudah pasrah dan tidak pernah membayangkan kapan Irak bisa keluar dari krisis yang selama ini mereka jalani. “Saya belum bisa membayangkan kapan situasi ini akan berakhir,”ungkap Hammoudeh, salah satu WN Irak yang bekerja di instansi Pemerintah Irak. Sungguh, kondisi kehidupan sosial kemasyarakatan yang ada begitu sulit untuk dibayangkan. Banyak warga yang kehilangan orang-orang yang dicintainya, begitu pula tidak sedikit yang menjadi korban cacat permanen sebagai dampak dari beberapa kejadian perang dan teror yang pernah berkecamuk.
Kini, benang merah menuju kehidupan yang lebih baik tampaknya bukan sekedar isapan jempol. Beberapa waktu lalu, ketika menyaksikan sebuah tayangan televisi mengenai antusiasme masyarakat Irak menyambut kebijakan baru Pemerintah Irak atas kawasan green zone seketika alam bawah sadarku langsung tergiring seakan ikut merasakan suasana kebahagiaan yang sedang dirasakan masyarakat Baghdad saat ini.
ADVERTISEMENT
Bagaimana tidak, pengalaman bertugas di Baghdad selama lebih kurang dua tahun (2013-2015) telah memberikan kenangan tersendiri. Dapat dipahami, gegap gempita yang ditunjukkan warga Baghdad saat itu tidak lain merupakan ungkapan kebahagian karena berhasil melalui masa-masa sulit selama ini. Sebagai penduduk asli kota Baghdad, sebagian besar masyarakat selama ini hanya dapat membayangkan namun tidak pernah mengetahui bagaimana situasi di dalam kawasan green zone. Tidak sekedar penasaran, tentunya ada persoalan ‘pendudukan’ juga yang selama ini turut menimbulkan kebencian dan amarah bagi masyarakat Irak.
Kini, kawasan yang hampir 15 tahun di tutup untuk umum akhirnya akan dibuka secara luas kepada khalayak. Meski baru bersifat ujicoba dan akan diberlakukan terbatas mulai pukul 17.00 sore hingga pukul 01.00 dini hari namun informasi akan dibukanya kawasan yang selama ini dikesankan sangat eksklusif tentunya telah memunculkan pertanyaan sekaligus harapan-harapan besar. Sudah kondusifkah situasi politik, keamanan, serta isu sektarian yang akhir-akhir ini sangat mengganggu keheningan dan kedamaian di Irak, khususnya kota Baghdad.
ADVERTISEMENT
Ada apa dengan Green Zone?
Informasi mengenai dibukanya green zone bagi masyarakat umum memang cukup mengagetkan, sebab kawasan tersebut selama ini dilambangkan sebagai tempat yang paling aman di Baghdad, sementara lainnya dianggap sebagai kawasan yang berbahaya. Artinya, dibukanya kawasan tersebut untuk umum secara tidak langsung menunjukkan kondisi keamanan yang lebih baik di Baghdad.
Kawasan yang luasnya hanya sekitar 10 Km2 merupakan kawasan eksklusif karena hanya dapat dilintasi oleh orang yang memiliki badge khusus (ijin masuk), umumnya adalah para Pejabat Pemerintah Irak, seperti: Kantor Presiden, Kantor Perdana Menteri dan Kementerian, serta perangkat Kantor Perwakilan Negara Asing dan Kantor Organisasi Internasional.
Istilah green zone yang dalam bahasa arab disebut mantiqah al-hadra’ semula diasosiasikan untuk kawasan Internasional yang saat itu menjadi Pusat Pemerintahan bagi Pemerintah Transisi Irak pasca invasi Amerika tahun 2003. Namun demikian, sebagai akibat dari semakin meluasnya konflik dan ancaman teror yang setiap hari terjadi di hampir seluruh sudut kota Baghdad, maka kawasan tersebut kemudian menjadi rujukan sebagai tempat yang ‘paling aman’ di kota Baghdad.
ADVERTISEMENT
Selama periode 2003-2018, teror bom bunuh diri, bom mobil, dan penculikan seakan menjadi informasi rutin yang mengisi halaman utama media setempat, internasional, maupun informasi berkala yang diterima pada saat briefing setiap bulannya di Kantor Sekretariat United Nations Assistance Mission for Iraq (UNAMI). Bahkan, berdasarkan data yang dirilis oleh Iraq Body Count (www.iraqbodycount.org), sebuah lembaga nirlaba yang mencatat jumlah korban dapat diketahui bahwa jumlah korban yang tewas sejak tahun 2003 hingga Februari 2019 tercatat sebanyak 205.514 orang. Angka yang cukup fantastis!
Makanya tidak heran, Kantor-kantor Perwakilan Asing, khususnya Perwakilan negara-negara Eropa dan Amerika, tidak memperkenankan seluruh personilnya untuk keluar green zone kecuali melalui persetujuan yang sangat ketat dan harus disertai pengawalan. Singkatnya, selama dalam penugasan di Irak para personil Kedubes Asing akan menghabiskan waktunya di dalam green zone. “Sebelum Amerika menarik mundur pasukannya dari Irak, green zone ibarat kota terpadu yang dilengkapi dengan berbagai fasilitas, seperti kafe, hotel, sarana olahraga, mini market, restoran dan tempat hiburan,” jelas Muayyad, pegawai setempat KBRI Baghdad.
ADVERTISEMENT
Green zone adalah tempat 'paling aman' untuk berlindung saat itu. Guna mempertahankan predikat tersebut, dapat diilustrasikan bahwa green zone dilengkapi dengan tembok beton setinggi lebih kurang 3 meter serta memiliki pos-pos pemeriksaan keamanan yang berlapis dan sangat ketat. Selain harus memiliki badge, setiap orang yang melintas akan melalui beberapa pemeriksaan, dimulai dari pemeriksaan fisik secara manual oleh pihak keamanan yang sedang bertugas, hingga diakhiri dengan pemeriksaan oleh anjing dengan kualifikasi K-9 (Baca: Anjing Pelacak).
Dibukanya kawasan green zone bagi khalayak luas tentunya memunculkan sebuah optimisme akan masa depan Irak yang lebih baik. Semoga momentum ini dapat menjadi stimulus bagi Pemerintah Irak dan masyarakatnya untuk terus berkomitmen membangun saling percaya menuju sebuah perdamaian dan kedamaian yang lebih baik di masa mendatang. (MIE)
ADVERTISEMENT