Konten dari Pengguna

Regeneratif Sumber Daya Laut Menjadi Hakikat Hilirisasi

Ilham Marasabessy
Dosen Fakultas Perikanan Universitas Muhammadiyah Sorong Magister Pengelolaan Sumberdaya Pesisir dan Lautan Berusaha belajar dan menjalin relasi yang produktif bersama alam untuk mendekatkan diri dengan sang pencipta Alam Raya.
21 Februari 2024 5:58 WIB
·
waktu baca 5 menit
comment
0
sosmed-whatsapp-white
copy-link-circle
more-vertical
Tulisan dari Ilham Marasabessy tidak mewakili pandangan dari redaksi kumparan
Perahu Nelayan Tradisional Pulau Kecil di Papua Barat Daya. Sumber foto: Koleksi pribadi, 2021
zoom-in-whitePerbesar
Perahu Nelayan Tradisional Pulau Kecil di Papua Barat Daya. Sumber foto: Koleksi pribadi, 2021
ADVERTISEMENT
Tidak mungkin mengamati pembangunan ekonomi secara parsial di wilayah kepulauan sebaliknya, hal ini memerlukan integrasi seluruh sumber daya manusia dan sumber daya alam yang tersedia. Industri yang mempunyai potensi besar yang mampu mendongkrak ekonomi wilayah kepulauan di Indonesia adalah perikanan, perkebunan, pertambangan migas, dan wisata bahari. Hilirisasi sumber daya alam merupakan salah satu instrumen yang dapat digunakan untuk mendorong optimalisasi sumber daya alam itu.
ADVERTISEMENT
Namun disisi lain dinamika eksploitasi bahan baku dari sumber daya alam berjalan sangat cepat dan terus bertambah dari hari ke hari, sedangkan upaya memelihara, menjaga dan mengembalikan sumber daya alam yang telah terpakai membutuhkan waktu yang lama. Hal lain yang cukup meresahkan ialah dampak eksploitasi itu dirasakan pada empat aspek fundamental yaitu; ekologi, ekonomi, sosial dan budaya, ketimpangan ini telah menjadi diskursus pada kalangan intelektual global dalam beberapa tahun terakhir.
Motor penggerak konsep regeneratif sumber daya alam merupakan organisasi nirlaba (dunia usaha), menjadi produser besar hasil olahan sumber daya alam di beberapa negera seperti; Perusahan ladang jagung di Chiapas Mexico, IEKA perusahan furniture asal Swedia, INTUIT perusahan lunak bisnis, GreenWave perusahan budidaya pertanian dan perikanan bertempat di Amerika, juga terdapat beberapa organisasi nirlaba dunia lain ikut terlibat dan terakhir adalah Bill Gates boss Microsoft berjanji membuat kesepakatan keberlanjutan lingkungan hidup melalui prinsip regeneratif sumber daya alam. Sejauh ini pemahaman dalam upaya pengelolaan dan pemanfaatan sumber daya alam untuk menjamin keberlanjutan hanya berhenti pada diskusi pembatasan kuota, batas maksimum eksploitasi, kesesuaian lokasi dan daya dukung, namun bagaimana upaya menumbuhkan sumber daya sejak awal, memelihara, melindungi, mengelola dan memanfaatkan secara berkelanjutan sejak dari hulu sampai ke hilir dan kembali lagi ke hulu masih belum menjadi perhatian serius, khususnya pada dimensi sumber daya kelautan dan perikanan yang merupakan sektor dengan peluang pengembangan yang besar di Indonesia.
ADVERTISEMENT
Mungkin di antara kita pernah mendengar istilah Back to Nature, menjadi selogan lama ketika berbicara terkait pentingnya menjaga lingkungan alami. Selogan yang mulai usang di era peradaban milenial saat ini, sepertinya telah berganti warna dengan istilah Regeneratif, walaupun kata ini pun bukan istilah yang baru.
Integrasi antara nilai produksi untuk mendukung ekonomi dan pemanfaatan sumbe rdaya alam berkaitan erat dengan usaha meningkatkan kesejahteraan masyarakat. Untuk itu pendekatan ekonomi sirkular dapat menjadi harapan untuk memberikan ruang yang lebih besar pada alam untuk mengembalikan fungsinya sebagai fundametal life of the world.
Proses ini dianalogikan seperti “Dari Laut Harus Kembali Ke Laut”, artinya pemakaian sumber daya hasil laut tidak berhenti pada keberlanjutan stok dan habitat dari jenis sumber daya tertentu yang dieksploitasi tetapi mampu memberikan dampak positif ke laut secara menyeluruh pada setiap komponen makhluk hidup dalam ekosistem tersebut. Konsep ini kemudian dikenal dengan nama Regeneratif sumber daya alam.
Ekosistem Terumbu Karang Sebagai Penyedia Habitat Alami Bagi Oerganisme Perairan Laut. Sumber foto; Koleksi pribadi, 2022
Produksi hasil pangan laut secara regeneratif, mengandung makna bahwa fokus pemanfaatan sumber daya alam di lautan harus dapat mensupport peningkatan kesehatan laut, secara signifikan mengurangi emisi gas rumah kaca, menstabilkan suhu global, menjaga siklus alami berjalan antara pemangsa (predator) dan dimangsa (pray), menyerap carbon lebih banyak dan di saat bersamaan dapat memulihkan siklus karbon, oksigen dan nutrien alami di laut sehingga dapat menjadi hunian yang layak bagi banyak organisme pada setiap kolom lautan.
ADVERTISEMENT
Kesehatan laut yang baik berkontribusi terhadap kelimpahan dan keanekaragaman hayati laut. Hal ini akan berjalan sinergi dengan upaya menumbuhkan ekonomi masyarakat nelayan yang notabenenya merupakan masyarakat ekonomi lemah. Salah satu cara meningkatkan daya saing nilai jual produk perikanan dan laut di pasar global melalui inovasi dalam sistem produksi yang komprehensif dari hulu ke hilir.
Upaya mendorong konversi bahan mentah menjadi barang jadi yang siap pakai dapat diartikan secara sederhana sebagai hilirisasi sumber daya perikanan (SDI). Proses ini terjadi secara bertahap, dimulai dengan ekstraksi sumber daya alam dan berlanjut hingga produksi dan pengolahan. Sehingga produk perikanan yang dihasilkan akan diekspor sebagai barang jadi atau produk turunannya.
Strategi hilirisasi perikanan tumbuh dari background pemikiran bahwa lingkungan sebagai penyedia jasa dan sumber daya alam yang dibutuhkan oleh manusia, tersebar luas di lautan dan pesisir Indonesia adalah modal ekonomi dalam bentuk mentah yang signifikan untuk meningkatkan kesejahteraan masyarakat jika di pengelolaannya dilakukan secara teratur dari tahap awal sampai akhir. Hilirisasi ini diharapkan dapat meningkatkan nilai tambah produk perikanan, memperkuat struktur industri perikanan dari hulu ke hilir, memperluas prospek usaha dalam negeri, dan membuka lapangan kerja.
Ekosistem Pesisir dan Laut Penopang Ekonomi Masyarakat Pulau Kecil. Sumber foto; Koleksi pribadi, 2022
Regenaratif sebagai hakikat hilirasi komprehensif di bidang perikanan dan kelautan telah dikembangkan saat ini melalui metode budidaya laut 3D yaitu fokus pada mengembangkan praktik polikultur untuk budidaya kerang, padang lamun, dan rumput laut. Praktik ini mencakup penggunaan banyak lapisan kolom air, meniru ekosistem air dengan aktivitas tinggi seperti terumbu karang, untuk meningkatkan produktivitas dan biomassa.
ADVERTISEMENT
Metode ini akan menghasilkan campuran kerang dan rumput laut dengan cara yang positif terhadap alam. Ini terdiri dari jaring sederhana dari tali dan keranjang yang digantung tepat di bawah permukaan, dengan spesies yang tumbuh di kedalaman berbeda. Teknik ini pertama kali dikembangkan di Thimble Island Ocean Farm 75 mil dari New York City.
Pendekatan hilirisasi sumber daya perikanan yang presisi harus dilakukan melalui tindakan menyeluruh dan komprehensif tidak hanya menyentuh pada aspek sumber daya alam saja, melainkan harus menyeimbangkan aspek sosial, ekonomi dan tata kelola kelembagaan melalui penguatan pada sisi hulu, seperti; memahami karakteristik masyarakat nelayan sebagai owner sumber daya alam, pelaku usaha yang menjadi jembatan pertumbuhan ekonomi lokal, ketimpangan pengelolaan, keterbatasan sumber daya manusia dan infrastruktur.
ADVERTISEMENT
Harus diakui bahwa struktur perekonomian perikanan di negara kita yang mayoritas merupakan nelayan kecil menjelaskan bahwa semangat hilirisasi tidak dapat diwujudkan tanpa adanya perbaikan ekosistem hulu yang kuat. Selain itu untuk menjamin keberlanjutan setiap ekosistem mulai dari hulu sampai ke hilir maka konsep regeneratif sumber daya alam ditempatkan sebagai panglima tertinggi dalam Hilirisasi sumber daya alam di Indonesia (imfb).