Konten dari Pengguna

Kebudayaan Bangsa : Menjaga dan Menghadapi Ancaman Teknologi Digital

Imanuel Juan L
SWCU Communication Student (Mahasiswa Ilmu Komunikasi - Universitas Kristen Satya Wacana
1 Desember 2024 16:43 WIB
·
waktu baca 5 menit
comment
0
sosmed-whatsapp-white
copy-link-circle
more-vertical
Tulisan dari Imanuel Juan L tidak mewakili pandangan dari redaksi kumparan
ADVERTISEMENT
Proses Manusia membentuk Budaya
Aristoteles mengatakan bahwa manusia adalah mahkluk sosial yang diciptakan untuk saling terhubung antara satu sama lain. Dalam arti lain sebagai mahkluk sosial, manusia saling membutuhkan sesamanya untuk bisa bertahan hidup. Dikarenakan tidak semua manusia dapat melakukan jenis pekerjaan yang sama, dan akal budi membantu manusia untuk mengembangkan kepiawaiannya masing-masing.
ADVERTISEMENT
Cara manusia untuk dapat bekerja sama dengan manusia lainnya adalah dengan menggunakan Komunikasi. Berarti komunikasi dan interaksi sudah kita terapkan sedari zaman nenek moyang kita, terkhusus homo sapien. Pada zaman itu, manusia menggunakan gambar sebagai alat komunikasi mereka untuk berinteraksi. Gambar yang mereka gunakan disebut sebagai seni cadas atau rock arts yang biasa mereka aktualisasikan di dinding gua.
Seiring berjalannya waktu, alat komunikasi berupa gambar itu kian berkembang, manusia mulai mengenal dan menciptakan bahasa sebagai alat berinteraksi mereka. Dengan adanya bahasa yang kemudian diikuti dengan seni, nilai moral, ilmu, pola hidup atau kebiasaan, dapat dirangkum menjadi suatu kesatuan yaitu kebudayaan.
Kebudayaan sendiri menurut Malinowski adalah penyelesaian manusia terhadap lingkungan hidupnya, serta usaha untuk mempertahankan kelangsungan hidupnya sesuai dengan keadaan yang terbaik. Sehingga sebenarnya kebudayaan itu ada agar manusia dapat bertumbuh dan bertahan hidup dengan apa yang diajarkan oleh sekitarnya, dengan kata lain juga sebagai identitas.
ADVERTISEMENT
Faktor Faktor yang mempengaruhi dan mengancam Budaya
Di Indonesia, kita mempunyai banyak sekali kebudayaan disetiap daerahnya. Namun pada zaman ini, banyak kebudayaan yang terancam punah karena beberapa faktor:
1. Letak Geografis
Letak Geografis suatu daerah akan mempengaruhi cara masyarakat didaerah itu untuk berperilaku, karena rangsangan sekitar yang muncul dan ditangkap oleh masyarakat disuatu daerahlah yang akan menjadi patokan mereka untuk menentukan pola dan cara hidupnya. Contoh dalam konteks seni, alat musik masyarakat di daerah pesisir, mereka menggunakan cangkang kerang dalam bermain musik sedangkan di daerah dataran tinggi, justru menggunakan alat seperti bambu untuk membuat alat musik.
2. Perkembangan Teknologi
Di era digital ini, informasi sangatlah mudah untuk kita dapatkan. Kita yang berada di Indonesia dapat mengetahui kabar atau berita yang ada jauh di belahan dunia. Begitu juga dengan kebudayaan asing, Perkembangan teknologi digital membuat kebudayaan asing masuk dengan mudah ke Indonesia dan mempengaruhi kebudayaan yang sudah ada dari dulu. Contoh dari cara bepakaian, masyarakat sekarang lebih suka menggunakan baju dengan tema Korean Style bahkan ada juga yang dengan bangga mempromosikan hanbok yaitu baju adat Korea daripada Batik, baju adat Indonesia itu sendiri. Mereka beranggapan batik itu terkesan kuno dan jadul serta pakaian yang lebih pantas dipakai orang orang tua daripada hanbok. Padahal batik sendiri mempunyai nilai estetika yang juga sangatlah mewah dan elegan.
ADVERTISEMENT
Tanggapan-tanggapan masyarakat itu muncul karena mereka merasa malu dan gengsi akan kebudayaan mereka sendiri.
3. Akulturasi
Akulturasi sendiri adalah penggabungan dua kelompok atau lebih yang akan melahirkan kelompok baru atau kebudayaan baru. Di sisi lain, akulturasi justru malah membuat suatu kelompok melupakan adat tradisinya yang asli. Sehingga memungkinkan suatu kebudayaan untuk punah.
Upaya dan Peran Generasi Muda
Generasi pendahulu sering kali menyalahkan generasi muda karena ketidakpedulian mereka terhadap budaya sendiri. Padahal tidak selalu generasi muda yang menjadi sasaran kambing hitam dari minimnya minat terhadap kebudayaan bangsa. Ada kalanya justru bangsa kitalah yang belum dapat mengembangkan kebudayaan bersamaan dengan teknologi yang semakin pesat. Hal ini justru perlu menjadi perhatian kita untuk perlu mencari cara dalam menjaga eksistensi kebudayaan bangsa kita sendiri.
ADVERTISEMENT
Tidak selalu peminat yang disalahkan atas ketidakpeduliannya terhadap suatu karya. Mungkin memang pengemasan karya itu yang terbilang kurang menarik. Oleh karena itu, hal ini akan menjadi tugas untuk masyarakat terkhusus generasi muda dalam menjaga dan melestarikan budaya bangsa. Perlu diperhatikan bahwa munculnya teknologi, bukanlah sebagai ancaman. Tapi sebagai alat untuk mempermudah bangsa kita dalam melestarikan dan menaikan value atau kualitas dari kebudayaan kita.
Contoh anak muda yang mempromosikan kebudayaan dengan memanfaatkan teknologi yaitu
1. Dara Sarasvati
Seorang public figure muda yang menggunakan media sosial untuk menciptakan konten public reaction. Dalam konten yang ia suguhkan, Ia mengenakan pakaian batik atau pakaian khas suatu daerah dengan penampilan yang cantik dan elegan sehingga saat Ia berjalan, semua mata tertuju padanya. Secara tidak langsung hal ini justru membuat nilai pakaian yang dikenakan menjadi lebih tinggi dimata masyarakat dalam negeri juga luar negeri.
ADVERTISEMENT
2. Eva Alicia
Seorang pelukis muda yang juga menggunakan media sosial sebagai alat untuk mempromosikan karya lukisannya. Isi dari lukisan yang sering ia lukiskan adalah tentang keunikan budaya dari bangsa Indonesia. Contoh proyek yang pernah dibuatnya adalah lukisan lukisan 30 meter yang berisi kebudayaan Indonesia dari Sabang sampai Merauke. Karyanya mendapat banyak perhatian dan apresiasi dari publik.
3. Alffy Rev
Alffy Rev adalah seorang komposer dan produser musik asal Indonesia. Ia dikenal melalui karya musiknya “Wonderland Indonesia” yang berkolaborasi dengan penyanyi muda Novia Bachmid. Dalam karya musiknya ini, menonjolkan musik-musik daerah yang di kemas dan di mash up dengan musik EDM atau musik modern sehingga memberikan kesan yang segar dan sangat magical. Selain menggabungkan musik daerah, Ia juga memberikan musik video yang tak kalah memanjakan mata, dalam video tersebut Novia sang penyanyi dikenakan pakaian-pakaian adat khas Indonesia yang membuat penonton kagum akan kecantikannya saat mengenakan pakaian tersebut. Musik video itu per 30 November 2024 ini telah meraih 62 juta penonton. Banyak pujian, apresiasi dan dukungan yang masuk kepada Alffy Rev atas upayanya untuk mempromosikan kebudayaan bangsa.
ADVERTISEMENT
Dari ketiga tokoh pemuda di era kita, kita dapat belajar bahwa anak mudapun juga bisa untuk melestarikan budaya dengan cara-cara yang berbeda. Kita harus mencari cara untuk melestarikan budaya dengan menggunakan teknologi. Kita perlu menjadi penggerak yang mengontrol teknologi, bukan kita yang dikontrol oleh teknologi terkhusus kebudayaan asing. Teknologi ada bukan untuk membuat kita diam didalamnya, tapi teknologi ada untuk bisa kita gerakan sebagai alat untuk mempermudah kita.
Ilustrasi Teknologi ada di tangan kita untuk kita kendalikan bukan dikendalikan. Foto : Shutterstock
KATA KUNCI
Kebudayaan, Budaya, Teknologi, TeknologiDigital, Teknologi Informasi, Akulturasi, Generasi Muda, Gen Z, Alffy Rev, Eva Alicia, Dara Sarasvati, Wonderland Indonesia, Digitalisasi, Pelukis, Kebaya, Hanbok, Indonesia, Antropologi, Komunikasi, Seni, Lukisan, Lukisan 30 Meter, Tiktokers, Anak Bangsa, Kaum Muda, Pemuda, Upaya Pencegahan, Perkembangan Teknologi, Letak Geografis, Suku, Adat, Manusia, Perilaku
ADVERTISEMENT
SUMBER :
https://ejournal.undip.ac.id/index.php/sabda/article/viewFile/13266/10051#:~:text=Identitas%20budaya%20merupakan%20kesadaran%20dasar,nilai%20(Dorais%2C%201988)
https://scholarhub.ui.ac.id/cgi/viewcontent.cgi?article=1080&context=paradigma