Tentang KamiPedoman Media SiberKetentuan & Kebijakan PrivasiPanduan KomunitasPeringkat PenulisCara Menulis di kumparanInformasi Kerja SamaBantuanIklanKarir
2024 © PT Dynamo Media Network
Version 1.93.2
Konten dari Pengguna
Generasi FOMO: Mengenal dan Cara Mengatasi Fenomena Takut Tertinggal
17 Desember 2023 16:18 WIB
Tulisan dari Imelda Dwi Rahman tidak mewakili pandangan dari redaksi kumparan
ADVERTISEMENT
Selamat datang di era di mana satu ketukan jari di layar ponsel kita dapat membuka pintu menuju dunia yang penuh dengan informasi, kesempatan, dan koneksi. Era di mana tidak sulit untuk terjerumus dalam perangkap Fear of Missing Out (FoMO). Istilah yang belakangan ini sering dibicarakan. Dalam artikel ini, kita akan menyelami lebih dalam tentang FoMO ini, mengidentifikasi dampaknya dan mengeksplorasi cara-cara untuk mengatasinya guna menciptakan keseimbangan dalam kehidupan digital kita.
ADVERTISEMENT
Apasih FoMO itu?
FoMO atau Fear of Missing Out menurut Forbes Health ternyata sudah popular pada tahun 2004, bertepatan dengan Facebook didirikan. Sedangkan, istilah FoMO pertama muncul pada tahun 2000. FoMO adalah perasaan cemas yang muncul sebagai akibat melihat sesuatu yang menarik dan menyenangkan sedang terjadi, terutama yang berasal dari unggahan di media sosial. FoMO menyebabkan timbulnya perasaan takut karena tertinggal atau tidak mengetahui informasi, peristiwa, atau pengalaman yang orang lain sedang alami. Hal tersebut ditandai dengan kekhawatiran yang tinggi terhadap orang lain yang mungkin mendapatkan pengalaman berharga dan mengarahkan pada keinginan untuk terus terhubung dengan apa yang dilakukan orang lain.
Sisi Buruk FoMO
FoMO memiliki dampak negatif terhadap fisik maupun mental. Dilansir dari PsychCentral, remaja dianggap rentan terhadap FoMO karena remaja mungkin merasakan tekanan teman sebayanya untuk tidak ketinggalan. Pada beberapa remaja, FoMO dapat memengaruhi pengambilan keputusan yang tidak aman dan tanpa mempertimbangkan konsekuensinya. FoMO yang berlebih akan menyebabkan beberapa gangguan psikologis, seperti yang dilansir dari PsychCentral, seperti low self esteem, anxiety, depresi, bahkan memicu perilaku berisiko dan berbahaya.
ADVERTISEMENT
Beberapa Cara untuk Menangani FoMO
Menurut jurnal yang berjudul Dealing with FoMO through Emotional Design terdapat beberapa cara yang bisa kita lakukan untuk menghadapi FoMO, diantaranya :
1. Menerima jika kamu FoMO
Setiap orang pasti mengalami FoMO sesuai porsinya masing-masing. FoMO tidak selalu menjadi hal buruk untuk diakui. Terkadang, FoMO bisa memacu motivasi seseorang untuk mencapai hal yang baik, seperti FoMO terhadap pencapaian orang lain. Sebagian orang yang mengambil sisi positif terhadap pencapaian orang lain, akan me njadikan hal tersebut sebagai inspirasi untuk mengembangkan potensi yang ada di dirinya.
2. Menerima bahwa hidup itu ups and downs
Dalam menjalani hidup, kita akan mengalami berbagai situasi dan peristiwa yang akan menyebabkan kesedihan, kebahagiaan, kegagalan, keberhasilan, dan sebagainya. Hal ini merupakan bagian alami dari kehidupan kita. Tidak masalah jika kita ketinggalan sesuatu, tidak bisa mencapai apa yang kita inginkan, atau tidak selalu bisa mengikuti atau berpartisipasi dalam setiap kegiatan atau pengalaman yang ada. Kita dapat belajar untuk menjaga keseimbangan dalam hidup dan fokus pada pengalaman yang benar-benar bermakna dan penting bagi hidup kita.
ADVERTISEMENT
3. Berhenti membandingkan diri kamu dengan orang lain, seperti teman atau orang-orang di media sosial dan orang-orang dalam kehidupan nyata
Membanding-bandingkan pencapaian diri kita dengan orang lain merupakan hal yang mudah dilakukan. Akan tetapi, dampak yang diberikan bisa sangat berbahaya jika terus dilakukan tanpa tahu batasannya. Belajarlah untuk menerima apa pun yang terjadi dalam hidup. Syukuri segala hal baik dan buruk tanpa harus takut tertinggal dari orang lain.
4. Fokus dengan dirimu dan nikmati waktu yang kamu punya
Hidup di dunia ini tidaklah panjang, seharusnya kita bisa memanfaatkan waktu yang kita miliki dengan melakukan hal-hal yang bermanfaat. Jangan habiskan waktu kalian untuk memikirkan hal-hal yang tidak memberikan nilai tambah pada diri sendiri. Setiap detik yang berlalu adalah kesempatan untuk berkembang dan memberikan kontribusi positif.
ADVERTISEMENT
5. Jangan lupa bersyukur
Sebagai umat beragama, bersyukur merupakan aspek penting dalam hidup. Bersyukur atas apa yang sedang kita alami, baik itu kesedihan ataupun kebahagiaan, bersyukur masih diberikan rezeki berupa makan, minum, tempat tinggal, dan lainnya. Bersyukur atas nikmat Tuhan merupakan bentuk penerimaan terhadap diri sendiri.
6. Menerima JoMO
JoMO atau Joy of Missing Out menurut Psychology Today, dianggap sebagai penangkal FoMO. JoMO pada dasarnya adalah cerdas secara emosional, tahu dan merasa puas terhadap posisi yang sedang dimiliki. Kita tidak perlu membandingkan hidup kita dengan orang lain, mengurangi keinginan-keinginan yang membuat diri kita tertekan dan belajar untuk melepaskan segala kekhawatiran yang berlebih. JoMO mengajarkan kita untuk percaya diri dan mengajarkan kita bahwa menjalani hidup di jalur yang lambat itu tidak apa-apa.
ADVERTISEMENT