Tentang KamiPedoman Media SiberKetentuan & Kebijakan PrivasiPanduan KomunitasPeringkat PenulisCara Menulis di kumparanInformasi Kerja SamaBantuanIklanKarir
2024 © PT Dynamo Media Network
Version 1.86.0
Konten dari Pengguna
Toni Firmansyah dan Siklus Regenerasi Sepak Bola 20 Tahunan
29 Juni 2023 16:23 WIB
·
waktu baca 4 menitTulisan dari Moch Imron Rosyidi tidak mewakili pandangan dari redaksi kumparan
ADVERTISEMENT
Pertandingan persahabatan antara Persis Solo dengan Persebaya Surabaya pada tanggal 24 Juni 2023 di Stadion Manahan Solo, menyita perhatian publik sepak bola nasional . Pertandingan itu tidak akan pernah dilupakan oleh Toni Firmansyah, sebelum pertandingan tersebut dia bukan siapa-siapa. Sebagai seorang debutan, dia mencetak gol apik penyama kedudukan di menit ke 80, dengan melewati Bek Asing Persis, yang sarat pengalaman, Jaimerson. Bintang muda sepak bola nasional telah lahir, idola baru Bonek dan bonita, begitu banyak cuitan di media sosial dengan kalimat sejenis.
ADVERTISEMENT
Fenomena Toni sangat menarik untuk didiskusikan. Bagi seorang penikmat sepak bola penulis tidak lupa dengan era emas sepak bola nasional era 1990-an hingga 2000-an awal. Kala itu Persebaya menjadi raja nasional dengan mengkoleksi 2 gelar juara (1997 dan 2004), satu-satunya tim yang mampu melakukannya saat itu. Namun krisis dualisme sepak bola nasional membuat hampir 1 dekade sepakbola nasional tanpa tujuan, bahkan peringkat timnas Indonesia di FIFA merosot jauh.
Munculnya Toni sebagai bintang baru, disadari entah kebetulan atau tidak, menjadi penguat adanya suatu siklus sepak bola nasional. Toni, yang “kebetulan” Warga Benowo Surabaya, ternyata adalah generasi ketiga bintang sepakbola nasional yang lahir dari Benowo. Pada tahun 1980-an era Galatama dan Perserikatan Muncul Striker bintang Niac Mitra dan Persebaya Ali Mashuda, Warga Benowo Surabaya yang hingga saat ini aktif menjadi pelatih sekolah sepakbola. Pada tahun 1990-2000-an Muncul Bek Legendaris Tim Nasional dan Persebaya; Mursyid Effendi yang membawa persebaya Juara 2 kali, ternyata Juga Warga asli Benowo Surabaya. Kini, dekade 2020 muncul Toni Firmansyah, yang debutnya menyita perhatian penggemar sepak bola nasional juga arek (Sebutan Untuk Anak dalam Dialek Suroboyoan) Benowo.
ADVERTISEMENT
Memang fakta di atas terkesan seperti sebuah kebetulan. Namun dalam kaidah ilmiah jika kebetulan lebih dari 2 kali maka perlu dibuatkan hipotesa penyelidikan, bahwa ini bukan kebetulan. Maka, diprediksikan kemunculan Toni adalah awal prestasi sepak bola Surabaya dan Nasional. Mungkin statement ini terkesan mentah dan subjektif penulis. Namun ada fakta lain yang mendukung hal ini. Dalam pendekatan Futurologi para akademisi biasa menggunakan data yang ada, kemudian mengkomparasikan dengan teori untuk menciptakan gagasan optimal di masa yang akan datang, berikut faktanya.
Fakta pertama era keemasan sepakbola nasional tahun 1990-an diawali dengan kemenangan medali emas Sea Games 1991 Filipina. Sedangkan tahun ini kita baru memenangkan emas di Sea Games 2023 Kamboja. Fakta lain adalah tahun 1990-an Sepakbola kita mulai memasuki babak baru sepak bola modern dengan menyatukan Perserikatan dan Galatama menjadi Ligina.
ADVERTISEMENT
Sedangkan saat ini dengan perubahan sistematis era kepengurusan PSSI yang baru Liga 1 Lebih jelas dan rapi bahkan jadwal liga sudah muncul 1 Bulan sebelum liga dimulai, hal ini membuat Klub maupun Sub-sistem Liga menjadi lebih well prepare dalam menyiapkan segala kebutuhannya. Dengan fakta di atas jika kita merujuk pada teori dasar manajemen tentang Plan-Do-Chek-Action karya W. Edwards Deming manajemen sepakbola nasional sudah dipersiapkan lebih baik.
Dari berbagai fakta di atas rasa-rasanya kita cukup berharap perbaikan sepakbola nasional menjadi nyata. Fakta-fakta bagus tentang sepakbola nasional. Bukti manajemen yang sudah semakin baik lengkaplah secara furologi kitab isa berharap pada siklus 20 tahun nasional. Semoga sepakbola Indonesia menjadi lebih baik, muncul bintang baru seperti Marselino Ferdinand, Rio Fahmi, Ramadan Sanantha, dan kini Toini Firmansyah yang debutnya masih perlu diuji dan banyak ditunggu.
ADVERTISEMENT
Tragedi kanjuruhan yang memilukan semoga menjadi akhir dan refleksi nasional akan pentingnya sepakbola yang lebih dari nyawa. Hal tersebut dibuktikan dengan banyaknya persatuan dari berbagai kelompok suporter yang selama ini bermusuhan, dimulai dari suporter tanah mataram seperti antara PSIM dengan Persis Solo. terakhir pada 18 Juni 2023 tercipta perdamaian dua poros suporter besar sepakbola nasional antara The Jak (Persija Jakarta ) dan Bonek Mania (Persebaya Surabaya). Lengkaplah semua faktor pendukung, tinggal kita tunggu dan wujudkan bersama sepak bola nasional yang bermartabat di mata dunia.