Konten dari Pengguna

Peran Platform Media Sosial dalam Membangun Mentalitas

Indah Eka Priyanto
Mahasiswa semester 3 di Ilmu Politik, Universitas Muhammadiyah Jakarta.
29 Oktober 2024 12:57 WIB
·
waktu baca 3 menit
comment
0
sosmed-whatsapp-white
copy-link-circle
more-vertical
Tulisan dari Indah Eka Priyanto tidak mewakili pandangan dari redaksi kumparan
Contoh media sosial dalam kehidupan sehari-hari (28/10/24), sumber : pribadi
zoom-in-whitePerbesar
Contoh media sosial dalam kehidupan sehari-hari (28/10/24), sumber : pribadi
ADVERTISEMENT
Facebook, Instagram, X (Twitter), dan berbagai aplikasi yang mejadi tren saat ini merupakan bentuk dari platform media sosial. Standarnya, media sosial diartikan sebagai perangkat yang meghubungkan dua pihak berjauhan menjadi dekat dengan kecepatan arus informasi. Tujuan dari media sosial sendiri ialah memperkenalkan hal baru kepada orang lain sehingga orang yang diperkenalkan merasa tergugah dan mengikuti.
ADVERTISEMENT
Cepatnya penyebaran platform media sosial diikuti arus globalisasi yang kuat, membuat daya tarik perangkat tersebut digunakan secara luas oleh individu di seluruh penjuru dunia. Dan, abad 21 memegang peran kunci bagaimana perangkat tersebut menyebar secara intensif. Hampir semua orang dari masing-masing belahan dunia jika ditanya apa itu Instagram, Facebook, dan sejenisnya, mereka akan serempak menjawab ‘media sosial’.
Hadirnya media sosial dalam kehidupan individu juga membawa peran dan dampaknya tersendiri layaknya hal baru yang ditemukan pasti dipertanyakan oleh manfaat dan kekurangannya. Salah satu peran yang menarik perhatian sekaligus mendemonstrasikan bagaimana informasi diterima dari media sosial adalah komentar.
Fitur komentar dalam media sosial merupakan bentuk reaksi dari pihak lain terhadap informasi yang disampaikan. Komentar memungkinkan terjadinya interaksi baru berupa dialog atau diskusi maya sebagai umpan balik. Meski tidak berinteraksi secara langsung, komentar yang disampaikan bersifat serupa dengan tanggapan langsung secara tatap mata. Namun, satu hal yang perlu digarisbawahi, bahwa orang lain cenderung blak-blakan dalam mencurahkan pikiran yang dirasakannya tanpa adanya penghalang. Berbeda jika seseorang tersebut bertemu secara langsung, dan terkesan memiliki benteng kesabaran.
ADVERTISEMENT
Kesan blak-blakan yang umumnya bersifat kritik atau pujian dalam komentar berpengaruh pada mentalitas si penerima. Apabila berupa sanjungan, penerima merasa bahwa hal yang disebarkannya disukai juga oleh orang lain, dan dalam dirinya terbentuk rasa lega. Sedangkan, jika kritik yang didapat, maka penerima merasa gelisah mengapa orang lain tidak menyukai hal yang dia sebar. Kirtik yang diberikan juga dapat berupa kritik yang membangun maupun menjatuhkan. Dalam beberapa kasus, kritik yang disampaikan bahkan dapat membuat nyawa melayang.
Tanpa disadari, ketika seseorang menggunakan media sosial, sebenarnya dia sedang keluar dari zona nyamannya. Rasa tidak aman ketika menggunakan media sosial akibat komentar, membentuk karakter seseorang dalam menyikapi permasalahan. Orang yang pertama kali mendapatkan kritik cenderung merasa patah semangat, sedih, dan frustasi seolah memaksa orang lain untuk jangan menyampaikan kekurangannya. Ketika kritik semakin lama semakin diberikan, justru mulai timbul pertahanan yang biasa disebut sikap cuek. Jika orang yang sudah cuek dengan kritik, dengan sendirinya dia akan terbiasa menghadapi gojlokan bilamana bersosial secara langsung di masyarakat. Hal itu berlaku juga untuk pujian. Ketika yang didapat pujian terus-menerus, maka dikhawatirkan timbul perasaan sombong, semena-mena, dan perlahan-lahan merubah pola pikir bahwa apapun yang dilakukannya akan disukai juga oleh orang lain.
ADVERTISEMENT
Mentalitas yang baik ialah sikap yang mampu bertahan di saat-saat krisis, dan tidak merasa tinggi ketika sedang disanjung. Disadari atau tidak, platform media sosial sebenarnya bagus dalam membentuk dan menggali karakter seseorang karena sifatnya dibelakang kehidupan nyata. Namun, jika tidak disikapi dengan baik dengan batasan kritik dan pujian yang sehat, maka dapat berdampak pada jatuhnya mentalitas yang berujung depresi atau tindakan semena-mena.