Tentang KamiPedoman Media SiberKetentuan & Kebijakan PrivasiPanduan KomunitasPeringkat PenulisCara Menulis di kumparanInformasi Kerja SamaBantuanIklanKarir
2024 © PT Dynamo Media Network
Version 1.86.0
Konten dari Pengguna
Pengamen Ondel-Ondel
28 Oktober 2023 9:40 WIB
Tulisan dari Bahtiar Dwi Susanto tidak mewakili pandangan dari redaksi kumparan
ADVERTISEMENT
Nyok kita nonton ondel-ondel, (nyok!)
Nyok kita ngarak ondel-ondel, (nyok!)
ADVERTISEMENT
Ondel-ondel ade anaknye, (woi!)
Anaknya ngigel ter-iteran, (oi!)
Mak, Bapak ondel-ondel ngibing, (ser!)
Ngarak penganten di sunatin, (serr!)
Goyangnye asik ndut-ndutan, (ndut!)
Nyang ngibing igel-igelan, (gel!)
Plak dung plak dung plang, gendang nyaring di tepak
Yang ngiringin mandek, pada surak-surak
Tangan iseng jailin, kepale anak ondel-ondel
Taroin puntungan, rambut kebakaran
Tangan iseng ngejailin
Kepale anak ondel-ondel
Taroin puntungan
Rambut kebakaran
Anak ondel-ondel jejingkrakan, (krak!)
Kepalenye nyale berkobaran, (ngebul!)
Yang ngarak pade kebingungan, (ngung!)
Disiramin air comberan, (byur!)
Ada yang belum pernah dengar lagu Ondel-Ondel yang dibawakan penyanyi legenda Benyamin Sueb? Bagi warga Jakarta tentu sangat mengenal lagu tersebut yang biasanya kerap "muncul" di peringatan ulang tahun Kota Jakarta.
Namun Ondel-Ondel ini ditemukan pada perjalanan kelompok pengamen anak-anak (putus sekolah) di kawasan perbatasan antara Kabupaten Bogor dan Depok, tepatnya Desa Citayam. 3 orang anak-anak usia belasan ini biasa berjalan pulang pergi dalam waktu 2 hari, untuk mengumpulkan uang sewa sebesar 35 ribu/hari dan sisanya dibagi. Derlan (kanan), Dimas (tengah,pembawa ondel-ondel), dan Amel (kiri, pendorong sound system mini) adalah satu kelompok pengamen Ondel-Ondel yang sering berkeliaran disekitar jalan Depok - Bogor. Ondel-Ondel sebagai produk kebudayaan masyarakat Betawi semakin terpinggirkan, setelah ada pelarangan Ondel-Ondel untuk 'ngamen' di kawasan Jakarta.
Lalu apakah nasib Ondel-Ondel ini hanya akan berkisah sebagai teman perjalanan hidup sekaligus alat mencari nafkah anak-anak putus sekolah saja? Setelah sekian ratus tahun lestari dalam imajinasi dan ingatan masyarakat Jakarta? Pertanyaan yang dari tahun ke tahun selalu mencuat dalam benak pemerhati kebudayaan lokal khususnya Jakarta.
ADVERTISEMENT