Tentang KamiPedoman Media SiberKetentuan & Kebijakan PrivasiPanduan KomunitasPeringkat PenulisCara Menulis di kumparanInformasi Kerja SamaBantuanIklanKarir
2024 © PT Dynamo Media Network
Version 1.86.0
Konten dari Pengguna
8 Contoh Toxic Masculinity dan Pengertiannya
12 Desember 2023 19:07 WIB
·
waktu baca 2 menitTulisan dari info psikologi tidak mewakili pandangan dari redaksi kumparan
ADVERTISEMENT
Toxic masculinity adalah istilah yang sering digunakan dalam psikologi dan juga kehidupan masyarakat. Ada beberapa contoh dari toxic masculinity yang terjadi di dalam masyarakat saat ini.
ADVERTISEMENT
Untuk memahami itu istilah toxic masculinity maka harus dimulai dari pengertiannya lebih dulu. Untuk lebih jelasnya simak pembahasan berikut ini.
Pengertian dan Contoh Toxic Masculinity
Dikutip dari buku Kata Dochi karya Dochi Sadega, (2021) toxic masculinity adalah istilah yang sudah berkembang menjadi norma sosial tentang bagaimana laki-laki seharusnya berperilaku.
Istilah ini juga digunakan untuk menggambarkan perilaku dan sikap yang dianggap merugikan bagi diri sendiri maupun orang lain, yang dikaitkan dengan laki-laki.
Toxic masculinity lahir dari konstruksi sosial masyarakat patriarkis, yang menekankan bahwa laki-laki harus memiliki sifat-sifat tertentu, seperti kuat, tangguh, agresif, dominan, dan tidak boleh menunjukkan emosi .
Beberapa contoh perilaku yang termasuk toxic masculinity adalah:
ADVERTISEMENT
Cara Mencegah Toxic Masculinity
Untuk mencegah toxic masculinity, diperlukan perubahan paradigma dan budaya yang lebih inklusif dan egaliter. Beberapa langkah yang dapat dilakukan adalah:
Jadi toxic masculinity adalah perilaku dan sikap yang merugikan bagi diri sendiri maupun orang lain, yang dikaitkan dengan laki-laki.
Istilah ini lahir dari konstruksi sosial masyarakat patriarkis, yang menekankan bahwa laki-laki harus memiliki sifat-sifat tertentu, seperti kuat, tangguh, agresif, dominan, dan tidak boleh menunjukkan emosi.
ADVERTISEMENT
Saat ini ada banyak contoh toxic masculinity yang ada di dalam masyarakat dan terkadang hal tersebut sangat merugikan seseorang. Jadi sudah menjadi kewajiban untuk mengubah paradigma tersebut. (WWN)