Tentang KamiPedoman Media SiberKetentuan & Kebijakan PrivasiPanduan KomunitasPeringkat PenulisCara Menulis di kumparanInformasi Kerja SamaBantuanIklanKarir
2024 © PT Dynamo Media Network
Version 1.93.2
Konten dari Pengguna
Perbedaan Sikap Optimis dan Toxic Positivity yang Penting Diketahui
14 April 2024 23:29 WIB
·
waktu baca 2 menitTulisan dari info psikologi tidak mewakili pandangan dari redaksi kumparan
ADVERTISEMENT
Sikap optimis dan toxic positivity terkadang menjadi dua konsep yang dianggap sama. Padahal, keduanya memiliki perbedaan yang signifikan, terutama dari sudut pandang dan dampak yang diberikan.
ADVERTISEMENT
Lantas, apa saja perbedaan optimis dan toxic positivity tersebut? Simak pembahasannya di sini.
Perbedaan Sikap Optimis dan Toxic Positivity
Di era yang serba digital seperti saat ini, penggunaan media sosial juga semakin marak terjadi. Ada kalanya terlihat berbagai postingan yang mengajak audiens untuk selalu bersikap optimis.
Sikap optimis sendiri memang sangat bermanfaat untuk kesuksesan seseorang. Namun, jika dilakukan secara berlebihan, sikap ini justru bisa menimbulkan perasaan tanpa empati, seperti toxic positivity.
Perbedaan sikap optimis dan toxic positivity sendiri sangat signifikan, di mana keduanya memberikan dampak yang berbeda.
Dikutip dari laman Kyan Health, perbedaannya sendiri terletak pada cara individu mengakui dan mengekspresikan emosi negatif yang ada.
Untuk mengetahui lebih lanjut mengenai perbedaan keduanya, berikut penjelasan lengkapnya.
ADVERTISEMENT
1. Optimis
Optimis merupakan salah satu sifat yang membuat individu menanggapi segala masalah dengan pemikiran positif. Biasanya, sikap ini muncul ketika seseorang yakin bahwa masalah yang dialami olehnya dapat berakhir dengan baik.
Selain itu, mereka juga selalu percaya bahwa setiap peristiwa yang terjadi di dalam hidupnya disebabkan oleh hal baik. Meskipun tidak, mereka tetap yakin jika kegagalan dan pengalaman buruk yang menimpanya hanya terjadi untuk sementara waktu.
Karena itu, mereka tidak pernah menyalahkan keadaan ataupun seseorang atas terjadinya pengalaman buruk teersebut. Bagi mereka, perubahan adalah cara terbaik untuk mengatasi masalah yang ada.
2. Toxic Positivity
Sementara itu, toxic positivity merupakan sikap terlalu optimis dan positif yang bisa menjadi racun. Biasanya, sikap ini muncul ketika individu benar-benar percaya bahwa salah satu cara menjalani hidup adalah selalu bersikap positif .
ADVERTISEMENT
Akibatnya, ia akan selalu fokus pada hal-hal positif saja dan menolak segala emosi negatif. Sikap inilah yangg akhirnya memupuk emosi negatif dalam diri mereka dan akhirnya menimbulkan kekacauan.
Toxic positivity juga membuat seseorang untuk selalu mengabaikan perasaan sedih, kecewa, marah, dan lelah. Hal inilah yang membuat mereka juga lebih sering menyalahkan orang lain.
Demikian pembahasan mengenai perbedaan sikap optimis dan toxic positivity yang perlu diketahui. (RN)