Tentang KamiPedoman Media SiberKetentuan & Kebijakan PrivasiPanduan KomunitasPeringkat PenulisCara Menulis di kumparanInformasi Kerja SamaBantuanIklanKarir
2024 © PT Dynamo Media Network
Version 1.93.2
ADVERTISEMENT
Info Dompu - Ikatan Keluarga Pelajar dan Mahasiswa Dompu (IKPMD) Malang menggelar seminar sejarah dan budaya Dompu, Nusa Tenggara Barat (NTB), di Gedung Pemuda, Sabtu (25/7).
ADVERTISEMENT
Seminar bertema “Revitalisasi Sejarah Budaya Ndai Dompu dalam Membangun Karakter dan Jati Diri Suku Dompu” itu dihadiri hampir 60 peserta dari kalangan mahasiswa, pelajar, dan komunitas di Kabupaten Dompu.
Turut hadir adalah Kepala Dinas Kebudayaan dan Pariwisata Dompu, Khaerul Insan; Ketua Komisi 1 DPRD Dompu, Muttakun; Ketua KNPI, Syafifuddin; Wakapolres Dompu dan Ketua IKPMD Malang, Sulaiman. Seminar menghadirkan 3 pembicara yakni pemerhati sejarah dan budaya Dompu Nurhaidah, Ketua Majelis Adat Sakaka Dana Dompu, Muhammad Iradat dan ahli tata, ruang Syafruddin.
Mewakili Bupati Dompu acara dibuka secara resmi oleh Kadis Budpar Khaerul Insan. Dia menyampaikan apresiasi atas upaya pengurus IKPMD yang telah menyelenggarakan kegiatan seminar tersebut.
“Sebagai alumni Malang, saya merasa kegiatan ini seperti reuni saat menjadi mahasiswa lebih 30 tahun lalu,” ujarnya saat memberikan sambutan.
ADVERTISEMENT
Dia mengingatkan, ketika kebudayaan tidak terpelihara secara baik maka jangan harap peradaban akan tumbuh dengan sempurna. Dikatakan, pemerintah daerah mustahil menjadi single fighter (bekerja sendirian, red) dalam memajukan sektor pariwisata, sehingga partisipasi dan dukungan masyarakat dalam menjaga warisan sejarah tetap penting.
Ketua Panitia Apriliani Rahmalila menyatakan, seminar sejarah budaya tersebut merupakan rangkaian dari kegiatan lainnya yakni study tour yang telah dilakukan sebelumnya. Kegiatan tersebut, kata dia, dimaksudkan untuk menanamkan kecintaan kepada nilai-nilai sejarah dan budaya Dompu khususnya kepada generasi muda.
Sementara Ketua IKPMD Sulaiman, dalam sambutannya menyatakan, seminar tersebut adalah momentum untuk mempelajari keberadaan suku Dompu.
“Kita harapkan daerah dan negara kita maju tapi dengan tetap mencintai tradisinya sendiri,” harapnya.
Ketua KNPI Kabupaten Dompu, Syarifuddin menegaskan, Dompu di masa lalu pernah mencapai kejayaan dengan nilai-nilai tradisi dan budaya yang dimilikinya, sehingga ke depan harusnya hal yang sama dapat tercapai. Dia menyatakan prihatin atas kurangnya perhatian pemerintah daerah untuk menjaga warisan tradisi dan budaya tersebut. Salah satunya adalah kain tenunan tradisional sarung nggoli.
ADVERTISEMENT
“Saya berharap Pemda mau mewajibkan busana nggoli ini sebagai pakaian kerja bagi ASN maupun anak sekolah sehingga dapat membantu UMKM yang ada,” ujarnya.
Apalagi selama ini, katanya, tiap kali ada event budaya banyak warga Dompu yang mencari kain tradisional tersebut hingga ke Bima, padahal dapat diproduksi sendiri baik melalui BLK (Balai Latihan Kerja), SMK maupun industri tenunan gedogan. Nurhaidah menegaskan pentingnya belajar sejarah.
“Sejarah itu seperti kaca spion yang sesekali harus kita tengok ke belakang untuk menghindari kecelakaan,” ujarnya memberikan tamsil.
Nurhaidah mengingatkan bahwa peradaban Dompu merupakan yang tertua di wilayah timur Pulau Sumbawa, bahkan menjadi kekuatan yang diperhitungkan oleh Kerajaan Majapahit.
“Kerjaan Dompo (Dompu) secara jelas disebutkan dalam naskah kuno Pararaton maupun Negarakartagama, merupakan satu dari 10 kerajaan yang hendak ditaklukkan oleh Gajah Mada. Begitu pula dua kali ekspedisi yang dilakukan pasukan Gajah Mada yang datang ke Dompo. Itu membuktikan bahwa Kerajaan Dompu diperhitungkan,” ujar Nurhaidah.
ADVERTISEMENT
Sedangkan Muhammad Iradat, banyak mengingatkan agar kalangan generasi muda agar memiliki kebanggaan terhadap warisan nilai, budaya dan tradisi dari para leluhur terdahulu.
“Pengakuan bahwa Kerajaan Dompu paling tua di timur Pulau Sumbawa itu bukan kata kita tapi kata Pararaton dan Negarakertagama, naskah klasik yang sudah diakui UNESCO,” ujarnya.
Sementara itu Syarifuddin, secara khusus membahas warisan leluhur tentang masalah pola tata ruang dalam kehidupan masyarakat Kecamatan Hu’u di masa lalu. Berdasarkan fakta-fakta sejarah maupun studi arkeologis di daerah selatan Dompu tersebut banyak ditemukan artefak dan benda-benda sejarah sejak zaman megalitikum seperti berupa kursi batu, lesung batu, maupun peralatan dapur lainnya.
“Di masa lalu masyarakat Hu’u juga memiliki banyak kearifan lokal berkaitan dengan cara bercocok tanam, berladang maupun membangun rumah dan pemukiman dengan tetap menjaga kelestarian dan keseimbangan alam. Misalnya mereka memperhatikan aspek topografis, geologis dan hidrologis, sehingga mewariskan beragam kearifan lokal yang berharga bagi masyarakat kita sekarang,” ujarnya.
ADVERTISEMENT
Seminar dipandu oleh Miftahul Anam, salah satu pengurus IKPMD Malang. Di sela-sela kegiatan panitia juga menampillkan tarian “Rimpu” yang dibawakan pengurus perempuan IKPMD Malang.
-
Ilyas Yasin