Tentang KamiPedoman Media SiberKetentuan & Kebijakan PrivasiPanduan KomunitasPeringkat PenulisCara Menulis di kumparanInformasi Kerja SamaBantuanIklanKarir
2024 © PT Dynamo Media Network
Version 1.86.0
Konten dari Pengguna
Misteri D.B. Cooper, Pria Pembajak Pesawat yang Kabur dengan Terjun Payung
1 Februari 2021 14:40 WIB
Tulisan dari Informasi tidak mewakili pandangan dari redaksi kumparan
ADVERTISEMENT
Dan Cooper, alias D.B. Cooper, melakukan salah satu perampokan paling mencengangkan di abad ke-20. Selama beberapa jam, dia membajak pesawat, mengumpulkan uang tebusan, dan melarikan diri dengan parasut. Dilansir dari laman allthatinteresting.com, kejahatan itu terjadi pada tahun 1971 dalam sebuah penerbangan dari Postland ke Seattle.
ADVERTISEMENT
Penyidik masih bingung sampai hari ini tentang kejadian misterius setengah abad lalu. Meskipun mereka memiliki gambaran fisik yang jelas tentang pria tersebut dan sampel DNA, banyak pertanyaan penting yang masih belum terjawab. Pertama, dimana D.B. Cooper? Kedua, siapa D.B. Cooper? Ketiga, apakah D.B. Cooper bahkan selamat dari percobaan terjun payungnya?
Dan Cooper membeli sebuah tiket pesawat sekali jalan dan naik Northwest Orient Airlines Flight 305. Berdasarkan catatan, dia duduk di kursi 18C. Perjalanan ini biasanya memakan waktu sekitar 30 menit, tetapi kehadiran Cooper membuat penerbangan menjadi kacau dan menegangkan.
Penumpang lain yang melihat Cooper dengan jelas, mengatakan pria itu memakai dasi hitam dan kemeja putih. Dia berlagak seperti pembisnis pada umumnya yang melakukan perjalanan. Cooper diketahui menyalakan rokok dan memesan minuman sesaat setelah pesawat lepas landas.
ADVERTISEMENT
Kemudian Cooper memanggil pramugari bernama Florence Schaffner sambil menyerahkan selembar kertas. Schaffner sudah terbiasa dengan pengusaha yang menggodanya. Jadi, dia berasumsi bahwa catatan itu hanyalah nomor telepon dan segera menyelipkan kertas ke sakunya. Tak disangka, Cooper mencondongkan tubuh ke depan dan berkata "Nona, sebaiknya Anda melihat catatan itu. Saya punya bom. "
Schaffner membuka catatan yang diberikan Cooper. Sebuah pernyataan mengerikan ditulis menggunakan pulpen dengan huruf kapital: “Saya memiliki bom di tas saya. Saya ingin Anda duduk di samping saya."
Schaffner duduk di kursi di sebelah Cooper dan meminta untuk melihat bom yang dimaksud. Dengan tenang, Cooper membuka kopernya. Sang pramugari bisa melihat kabel yang kusut, baterai, dan tongkat berwarna merah yang tampak seperti dinamit.
ADVERTISEMENT
“Saya ingin US$ 200.000 dollar (setara dengan Rp 2,8 miliar) pada pukul 17.00," kata Cooper dengan tenang. Dia juga meminta uang itu dimasukkan ke dalam ransel serta memohon dua parasut depan dan dua parasut belakang.
Schaffner pergi memberi tahu pilotnya. Sementara itu, penumpang lainnya tetap tidak menyadari bahaya yang melanda di kursi 18C. Bill Mitchell, seorang mahasiswa University of Oregon duduk di seberang Cooper. Dia ingat bahwa pilot mengumumkan tentang masalah mesin, sehingga mereka harus berputar sebentar memeriksa bahan bakar.
Pilot meminta penumpang untuk bergerak ke depan pesawat, tetapi Mitchell tetap di kursinya. Dia sama sekali tidak menyadari situasi yang sedang terjadi. Alih-alih, dia kemudian mengaku bahwa dia benar-benar merasa cemburu karena pramugari itu sangat memperhatikan Cooper.
ADVERTISEMENT
Mitchell mungkin tidak menyadari rencana jahat pria itu, tapi dia bisa menggambarkan penampilannya setelah penerbangan. Begitu FBI melakukan penyelidikan, Mitchell dan pramugari membantu membuat sketsa tersangka. Tidak ada penumpang lain yang melihat Cooper dengan jelas selain mereka berdua.
Sementara itu, para petugas di udara dan di darat sibuk mengabulkan permintaan Cooper sebelumnya, yaitu beberapa parasut saat mendarat di Seattle. Kemudian, D.B. Cooper memberi tahu pilot bahwa dia ingin terbang ke Mexico City dengan beberapa persyaratan: pesawat harus terbang di bawah 10.000 kaki dengan sayap pada 15 derajat, dan menjaga kecepatan lebih lambat dari 200 knot. Anehnya lagi, pintu belakang harus tetap terbuka.
Setelah lepas landas dari Seattle, D.B. Cooper menghilang begitu saja. Kendati demikian, FBI merasa yakin mereka bisa melacak Cooper dengan modal nama, deskripsi fisik, dan beberapa detail spesifik tentang pria itu. Tetapi, FBI akhirnya ditipu ketika mengetahui Dan Cooper bukanlah nama sebenarnya.
ADVERTISEMENT
Sementara itu, kisah D.B. Cooper menyebar seperti api dalam budaya populer. Dia menjadi inspirasi pembuatan lagu, film, buku, bahkan karakter Dale Cooper di acara televisi Twin Peaks. Bahkan, seorang pria bernama Richard McCoy mengikuti jejak Cooper. McCoy melompat dari pesawat di atas Utah dengan uang tebusan US$ 500.000 dollar (Rp 7 miliar). Untungnya, dia dapat ditangkap dan didakwa selama 45 tahun penjara.
Pada tahun 1980, seorang anak laki-laki berusia 8 tahun dalam perjalanan berkemah menemukan buntalan uang kertas compang-camping senilai total US$ 5.880 (Rp 82 juta). Nomor seri uang yang ditemukan diduga cocok dengan uang tebusan yang diberikan kepada D.B. Cooper sembilan tahun sebelumnya. Hingga hari ini, penemuan bocah itu tetap menjadi satu-satunya bukti yang dapat diverifikasi terkait dengan kasus Cooper.
ADVERTISEMENT
Lelah dengan pencarian yang tidak kunjung menemukan hasil, FBI mengumumkan akan berhenti menelusuri kasus tersebut pada tahun 2016. Badan penyelidik itu lebih mengalokasikan sumber dayanya untuk fokus pada investigasi lainnya yang terbaru dan sama pentingnya. Meskipun kasus secara resmi dihentikan, FBI tetap membuka siapapun yang mampu menemukan bukti fisik tertentu untuk melapor.
Sementara itu, detektif amatir dan penyelidik independen masih penasaran tentang kasus ini. Tentu saja, ada kemungkinan besar bahwa D.B. Cooper sama sekali tidak selamat dari lompatannya dan membawa semua rahasia ke kuburannya.