Konten dari Pengguna

Fatherless vs. Single Parenting: Apa Bedanya?

Innani Hadani
mahasiswa UIN Jakarta
16 Desember 2024 15:23 WIB
·
waktu baca 5 menit
comment
0
sosmed-whatsapp-white
copy-link-circle
more-vertical
Tulisan dari Innani Hadani tidak mewakili pandangan dari redaksi kumparan
https://www.freepik.com/free-photo/angry-family-getting-divorce_3533873.htm#fromView=search&page=1&position=0&uuid=a18cf14a-0c93-4e46-bb70-7726edd08e72
zoom-in-whitePerbesar
https://www.freepik.com/free-photo/angry-family-getting-divorce_3533873.htm#fromView=search&page=1&position=0&uuid=a18cf14a-0c93-4e46-bb70-7726edd08e72
ADVERTISEMENT
Dalam diskusi tentang keluarga dan pengasuhan anak, istilah "fatherless" dan "single parenting" sering kali muncul. Keduanya kerap digunakan secara bergantian, namun sebenarnya memiliki makna yang berbeda. Memahami perbedaan antara kedua istilah ini penting untuk memberikan perspektif yang lebih jelas tentang tantangan dan dinamika dalam keluarga.
ADVERTISEMENT
Apa itu Fatherless?
Bagi sebagian orang, "fatherless" berarti ketidakhadiran figur ayah dalam kehidupan anak. Ini bisa terjadi karena kematian, perceraian, atau bahkan pengabaian. Dampaknya sangat beragam, tergantung pada bagaimana anak dan keluarga mengelola situasi ini. Ada yang berpendapat bahwa ketidakhadiran ayah menciptakan kekosongan emosional yang sulit diisi. Namun, ada juga yang melihat bahwa anak-anak bisa tetap berkembang dengan baik jika mendapatkan dukungan dari figur pengganti atau keluarga besar.
Di sisi lain, ada pandangan bahwa "fatherless" tidak selalu menjadi akhir dari segalanya. Misalnya, komunitas atau mentor dapat mengambil peran sebagai figur ayah, membantu anak menemukan bimbingan dan dukungan yang diperlukan. Penelitian dari Journal of Marriage and Family (2019) menunjukkan bahwa dampak fatherless bisa diminimalkan dengan adanya lingkungan yang suport
ADVERTISEMENT
Selain itu, ketidakhadiran ayah juga dapat memengaruhi kestabilan keluarga secara keseluruhan. Banyak keluarga fatherless harus menghadapi tantangan ekonomi yang lebih besar karena hilangnya sumber pendapatan utama. Hal ini sering kali memaksa ibu atau pengasuh tunggal lainnya untuk bekerja lebih keras, yang pada gilirannya dapat mengurangi waktu yang tersedia untuk pengasuhan anak.
Apa itu Single Parenting?
Single parenting lebih menyoroti bagaimana seorang orang tua menjalankan peran ganda dalam pengasuhan. Dalam situasi ini, tantangan utamanya adalah bagaimana membagi waktu, energi, dan sumber daya untuk memenuhi kebutuhan anak. Sebagian orang menganggap single parenting sebagai situasi yang penuh tekanan, terutama jika tidak ada dukungan dari keluarga besar atau mantan pasangan.
Namun, perspektif positif menunjukkan bahwa single parenting juga dapat menjadi kesempatan bagi orang tua untuk membangun hubungan yang erat dengan anak. Beberapa anak dari keluarga single parent mengungkapkan bahwa mereka merasa lebih dekat dengan orang tua mereka karena komunikasi yang lebih intensif dan fokus pada kebutuhan emosional mereka.
ADVERTISEMENT
Perbedaan Utama
Perbedaan utama antara fatherless dan single parenting terletak pada fokus dan penyebabnya. Berikut adalah beberapa poin pembeda:
Kehadiran Orang Tua: Fatherless menekankan absennya ayah, baik secara fisik maupun emosional. Sebaliknya, single parenting mengacu pada situasi di mana hanya ada satu orang tua yang aktif dalam pengasuhan, tanpa mengesampingkan kemungkinan kehadiran orang tua lainnya secara terbatas.
Penyebab: Fatherless sering kali disebabkan oleh faktor di luar kendali keluarga, seperti kematian atau pengabaian. Di sisi lain, single parenting lebih sering mencerminkan keadaan keluarga yang dipengaruhi oleh pilihan hidup atau keputusan hukum, seperti perceraian.
Dampak pada Anak: Anak-anak yang tumbuh dalam kondisi fatherless mungkin menghadapi perasaan kehilangan atau keterputusan yang lebih dalam dibandingkan dengan anak-anak dalam keluarga single parenting, terutama jika hubungan dengan orang tua lainnya masih terjaga.
ADVERTISEMENT
Dampak pada Anak dan Keluarga
Baik kondisi fatherless maupun single parenting memiliki dampak yang signifikan pada anak-anak dan keluarga secara keseluruhan. Anak-anak dalam keluarga fatherless sering kali menghadapi tantangan emosional, seperti perasaan tidak cukup dicintai atau kurangnya panutan. Mereka juga mungkin menghadapi stigma sosial yang terkait dengan ketidakhadiran ayah dalam keluarga.
Sementara itu, anak-anak dari keluarga single parenting sering kali harus belajar mandiri lebih awal, mengingat orang tua mereka memiliki tanggung jawab yang lebih besar dalam memenuhi kebutuhan keluarga. Namun, jika pengasuhan dilakukan dengan efektif, anak-anak ini juga dapat berkembang menjadi individu yang resilien dan mandiri.
Tantangan dan Solusi
Untuk mengatasi tantangan yang dihadapi oleh keluarga fatherless dan single parenting, beberapa langkah dapat diambil:
ADVERTISEMENT
Mencari Dukungan Sosial: Bergabung dengan kelompok pendukung atau menghadiri konseling keluarga dapat membantu orang tua dan anak untuk menghadapi tantangan mereka. Dukungan dari keluarga besar, teman, atau komunitas juga sangat penting.
Meningkatkan Kesadaran Pendidikan: Memberikan edukasi tentang pentingnya peran orang tua dalam perkembangan anak dapat membantu keluarga memahami bagaimana cara memberikan dukungan terbaik bagi anak-anak mereka.
Figur Pengganti: Kehadiran figur pengganti, seperti kakek, paman, bibi, atau mentor, dapat memberikan pengaruh positif dalam hidup anak-anak yang tidak memiliki akses penuh ke salah satu orang tua.
Keseimbangan Kehidupan Kerja dan Keluarga: Bagi orang tua tunggal, menjaga keseimbangan antara pekerjaan dan pengasuhan adalah hal yang penting. Fleksibilitas kerja dan dukungan dari lingkungan kerja dapat menjadi faktor pendukung yang signifikan.
https://www.freepik.com/free-vector/family-enjoying-time-together-inside_7773046.htm#fromView=search&page=1&position=8&uuid=a18cf14a-0c93-4e46-bb70-7726edd08e72
Kesimpulan
ADVERTISEMENT
Meskipun "fatherless" dan "single parenting" sering kali dikaitkan, keduanya memiliki perbedaan yang signifikan dalam penyebab, dampak, dan dinamika yang terkait. Memahami perbedaan ini memungkinkan kita untuk lebih empati terhadap tantangan yang dihadapi oleh anak-anak dan orang tua dalam situasi ini. Dengan dukungan yang tepat, keluarga dalam kondisi apa pun dapat menciptakan lingkungan yang sehat dan mendukung untuk pertumbuhan anak.
Upaya kolektif dari masyarakat, lembaga pendidikan, dan pemerintah diperlukan untuk memastikan bahwa semua anak, terlepas dari struktur keluarga mereka, memiliki peluang yang sama untuk berkembang dan meraih kesuksesan.
Referensi:
"The Effects of Father Absence on Children’s Development," Journal of Marriage and Family, 2019.
Lamb, M. E. (Ed.). (2010). The Role of the Father in Child Development. Wiley.
ADVERTISEMENT
"Single Parenting and Child Outcomes," American Psychological Association, 2021.
UNICEF. (2021). The State of the World's Children: Promoting Resilience in Families.