Tentang KamiPedoman Media SiberKetentuan & Kebijakan PrivasiPanduan KomunitasPeringkat PenulisCara Menulis di kumparanInformasi Kerja SamaBantuanIklanKarir
2024 © PT Dynamo Media Network
Version 1.93.2
Konten dari Pengguna
13 Contoh Puisi tentang Ibu yang Penuh Kasih Sayang
15 Desember 2024 23:29 WIB
·
waktu baca 7 menitTulisan dari Inspirasi Kata tidak mewakili pandangan dari redaksi kumparan
ADVERTISEMENT
Pada 22 Desember diperingati sebagai Hari Ibu Nasional. Ada banyak cara untuk memperingati dan mengungkapkan kasih sayang kepada ibu. Contoh puisi tentang ibu ini bisa menjadi salah satunya.
ADVERTISEMENT
Dikutip dari buku Menulis Puisi: Panduan Memikirkan Kata karya Sabiq Carebesth (2024: 87), puisi adalah ragam sastra yang bahasanya terikat oleh ritme, matra, rima, dan penyusunan larik dan bait.
Contoh Puisi tentang Ibu
Mendekati Hari Ibu Nasional yang jatuh pada tanggal 22 Desember, banyak anak yang mulai mempersiapkan hadiah atau ucapan. Salah satunya adalah memberikan kata-kata melalui puisi.
Meski terlihat sederhana, jika diberikan dengan hati yang ikhlas maka bisa menjadi kado yang mewah. Puisi ini juga bisa menjadi cara mengungkapkan rasa sayang, rasa cinta, dan perhatian kepada Ibu.
Inilah contoh puisi tentang Ibu yang penuh kasih sayang untuk merayakan Hari Ibu.
1. Cinta Tak Berujung
Ibu, kau mentari di pagi hari,
Menghangatkan hati yang sunyi,
ADVERTISEMENT
Dengan pelukanmu yang abadi,
Aku temukan cinta sejati.
Keringatmu, bukti perjuangan,
Doamu, tameng dalam perjalanan,
Tak ada kata cukup tuk membalas,
Kasihmu tulus, tak pernah lepas.
Di wajahmu, tergurat lelah,
Namun senyummu tetap merekah,
Mengajarkan arti sabar dan tabah,
Hingga hidupku tak lagi gundah.
Ibu, kau pelita sepanjang masa,
Pemberi cahaya dalam gulita,
Aku berjanji menjaga cinta,
Hingga akhir waktu tiba.
2. Ibu (Chairil Anwar)
Pernah aku ditegur
Katanya untuk kebaikan
Pernah aku dimarah
Katanya membaiki kelemahan
Pernah aku diminta membantu
Katanya supaya aku pandai
Ibu....
Pernah aku merajuk
Katanya aku manja
Pernah aku melawan
Katanya aku degil
Pernah aku menangis
Katanya aku lemah
Ibu....
Setiap kali aku tersilap
Dia hukum aku dengan nasihat
ADVERTISEMENT
Setiap kali aku kecewa
Dia bangun di malam sepi lalu bermunajat
Setiap kali aku bangun dalam kesakitan
Dia ubati dengan penawar dan semangat
Dan bila aku mencapai kejayaan
Dia kata bersyukurlah pada Tuhan
Namun....
Tidak pernah aku lihat air mata dukamu
Mengalir di pipimu
Begitu kuatnya dirimu....
Ibu....
Aku sayang padamu....
Tuhanku....
Aku bermohon padaMu
Sejahterakanlah dia
Selamanya....
3. Bunda Air Mata (Emha Ainun Najib)
Kalau engkau menangis
Ibundamu yang meneteskan air mata
Dan Tuhan yang akan mengusapnya
Kalau engkau bersedih
Ibundamu yang kesakitan
Dan Tuhan yang menyiapkan hiburan-hiburan
Menangislah banyak-banyak untuk Ibundamu
Dan jangan bikin satu kalipun untuk membuat Tuhan naik pitam kepada hidupmu
Kalau Ibundamu menangis,
para malaikat menjelma butiran-butiran air matanya
Dan cahaya yang memancar dari airmata ibunda
ADVERTISEMENT
membuat para malaikat itu silau dan marah kepadamu
Dan kemarahan para malaikat adalah kemarahan suci
sehingga Allah tidak melarang mereka tatkala menutup pintu sorga bagimu
4. Surga di Telapak Kaki Ibu
Ibu, di telapak kakimu,
Tersimpan surga penuh restu,
Tak henti kau doakan diriku,
Agar hidupku tak jatuh dan pilu.
Langkahmu, saksi pengorbanan,
Kata-katamu, penuh kebijaksanaan,
Setiap tangis yang kau sembunyikan,
Adalah bukti cinta yang tak terhentikan.
Biar waktu terus berlalu,
Rambutmu memutih, tubuhmu rapuh,
Namun kasihmu tetap menyatu,
Mengalir dalam nadiku yang utuh.
Ibu, pahlawan tanpa medali,
Cintamu abadi dan suci,
Ku berdoa setiap pagi,
Agar bahagiamu selalu menyinari.
5. Pelukan Ibu
Dalam pelukanmu, kutemukan damai,
Seolah dunia berhenti sejenak,
Tak ada beban yang terasa berat,
Hanya kasih yang lembut dan hangat.
ADVERTISEMENT
Tanganmu selalu siaga menolong,
Menyeka air mata yang berlinang,
Kau tak pernah mengenal lelah,
Demi bahagiaku, kau bertaruh darah.
Ibu, kaulah penjaga mimpiku,
Penuntun di setiap jalanku,
Dengan senyummu yang menenangkan,
Hidupku terasa penuh keberkahan.
Semoga ku bisa membalas cintamu,
Meski kecil dibanding jasamu,
Ibu, namamu selalu di doaku,
Hingga akhir hayat, aku mencintaimu.
6. Ibu (Sapardi Djoko Damono)
Ibu masih tinggal di kampung itu, ia sudah tua.
Ia adalah perempuan yang menjadi korban mimpi-mimpi ayahku
Ayah sudah meninggal,
ia dikuburkan di sebuah makam tua di kampung itu juga,
beberapa langkah saja dari rumah kami.
Dulu Ibu sering pergi sendirian ke makam,
menyapu sampah, dan kadang-kadang, menebarkan beberapa kuntum bunga.
"Ayahmu bukan pemimpi," katanya yakin meskipun tidak berapi-api,
ADVERTISEMENT
"ia tahu benar apa yang terjadi."
Kini di makam itu sudah berdiri sebuah sekolah,
Ayah digusur ke sebuah makam agak jauh di sebelah utara kota.
Kalau aku kebetulan pulang, Ibu suka mengingatkanku untuk menengok makam ayah, mengirim doa.
Ibu sudah tua, tentu lebih mudah mengirim doa dari rumah saja.
"Ayahmu dulu sangat sayang padamu, meskipun kau mungkin tak pernah mempercayai segala yang dikatakannya."
Dalam perjalanan kembali ke Jakarta, sambil menengok ke luar jendela pesawat udara, sering kubayangkan Ibu berada di antara mega-mega.
Aku berpikir, Ibu sebenarnya lebih pantas tinggal di sana, di antara bidadari-bidadari kecil yang dengan ringan terbang dari mega ke mega
dan tidak mondar-mandir dari dapur ke tempat tidur,
ADVERTISEMENT
memberi makan dan menyusui anak-anaknya.
"Sungguh, dulu ayahmu sangat sayang padamu," kata Ibu selalu,
"meskipun sering dikatakannya bahwa ia tak pernah bisa memahami igauan-igauanmu."
7. Ibu, Sang Malaikat
Ibu, kau malaikat tanpa sayap,
Membawaku terbang dalam harap,
Setiap langkahmu adalah doa,
Mengiringiku melawan dunia.
Kau tak pernah meminta balas,
Hanya senyumku yang kau harap,
Cintamu tulus, tanpa batas,
Menyelimuti hati yang penat.
Meski waktu terus berjalan,
Kasihmu takkan pernah pudar,
Dalam pelukanmu, kutemukan,
Rindu yang selalu bersandar.
Ibu, kaulah segalanya bagiku,
Mentari di pagi dan malamku,
Terima kasih atas semua cintamu,
Aku mencintaimu selalu.
8. Bayangan di Balik Pintu
Ibu, kau sering sembunyi di balik pintu,
Menatapku dari kejauhan,
Dalam hatimu, kau menyebut namaku,
Berharap aku terus bertahan.
Aku ingat tanganmu yang lembut,
ADVERTISEMENT
Menyeka keringat di wajahku,
Kini tanganku ingin menggenggam,
Menguatkanmu di hari yang kelam.
Waktu telah mengubah segalanya,
Namun cintamu tetap sama,
Ibu, bayanganmu adalah kenangan,
Yang akan selalu ku genggam dalam ingatan.
Terima kasih, ibu tercinta,
Untuk kasih yang tak pernah sirna,
Aku akan menjaga setiap doa,
Demi bahagiamu selamanya.
9. Hati Ibu yang Lembut
Hati ibu, selembut sutra,
Menyimpan kasih yang tak terhingga,
Menghapus duka di setiap luka,
Menjadi pelipur di kala nestapa.
Bibirnya melantunkan doa,
Menguatkan langkahku di dunia,
Di setiap tetes air matanya,
Ada cinta yang tak tergantikan selamanya.
Ibu, maafkan jika aku alpa,
Tak selalu hadir saat kau butuh,
Namun dalam hatiku, kau takkan hilang,
Kau adalah alasan aku berjuang.
Di bawah langit yang luas ini,
ADVERTISEMENT
Namamu kusebut di setiap sujud,
Semoga surga menjadi hadiahmu,
Atas segala cinta yang kau labuhkan padaku.
10. Saat Aku Menutup Mata (Mosdalifah)
Saat ku menutup mata bunda
Aku tak ingin mata itu melihat ku dengan penuh air
Saat ku menutup mata bunda
Aku tak ingin hati itu seakan tergores
Saat ku menutup mata bunda
Aku ingin bibir itu tersenyum
Aku tidak ingin engkau terluka
Bunda,
Mungkin ini adalah lihatan yang sangat bagimu
Tapi aku tak ingin melihat dengan seakan tak sanggup melepaskanku
Bunda,
Aku hanya ingin engkau merelakanku
Dan mengantarkan aku pulang ke rumahku dengan senyum
Saat ku menutup mata bunda
Aku ingin kau tahu
Bahwa aku menyayangimu
Bahwa aku mencintaimu
Aku bahagia bisa jadi anakmu
ADVERTISEMENT
11. Ibu, Embun Pagi
Ibu, kau adalah embun pagi,
Menyegarkan hati di kala sunyi,
Setiap langkahmu penuh arti,
Membimbingku ke jalan yang suci.
Dalam suaramu, kutemukan tenang,
Dalam tatapmu, terang menerang,
Kau tak pernah lelah memberi,
Kasih tulus yang tak terganti.
Meski waktu mengikis usia,
Cintamu tetap hangat membara,
Aku berjanji untuk menjaga,
Segala doa dan harap yang kau jaga.
Ibu, kau cinta sepanjang masa,
Mentari dalam segala cuaca,
Namamu akan selalu ku bawa,
Hingga akhir perjalanan jiwa.
12. Pengorbanan Tanpa Kata
Ibu, kau tak butuh kata,
Untuk tunjukkan betapa kau cinta,
Keringat dan air mata jadi cerita,
Demi hidupku yang kau jaga.
Saat ku kecil, kau peluk erat,
Kini dewasa, kau tetap dekat,
Memberiku cinta tanpa syarat,
ADVERTISEMENT
Meski hidup sering membuat penat.
Kau adalah bukti kekuatan sejati,
Dengan senyum di tengah sunyi,
Pengorbananmu, ibu, takkan terganti,
Menginspirasi setiap langkahku ini.
Aku bersyukur dalam doaku,
Diberi ibu sepertimu,
Cintamu adalah anugerah,
Yang menjadikanku tak pernah lelah.
13. Hujan dan Doa Ibu
Ibu, hujan di luar terasa damai,
Mengingatkanku pada doa-doa panjangmu,
Setiap tetesnya membawa kasih,
Membasahi hidupku dengan berkah.
Dalam sunyi, kau menyebut namaku,
Di setiap malam tanpa lelah,
Hingga aku melangkah lebih kuat,
Menggapai mimpi yang pernah kau titipkan.
Kau tak pernah meminta pujian,
Hanya senyumku yang kau harapkan,
Ibu, doamu adalah sayap,
Yang membawaku terbang ke puncak harapan.
Aku ingin menjadi hujan bagimu,
Membasuh lelah dalam jiwamu,
Ibu, cintamu adalah keajaiban,
ADVERTISEMENT
Yang takkan pernah pudar oleh zaman.
Itulah contoh puisi tentang Ibu yang bisa diberikan pada Hari Ibu nanti. Melalui puisi ini bisa menjadi sarana menunjukkan kasih sayang, cinta, perhatian, dan rasa syukur kepada ibu. (Umi)