Konten dari Pengguna

14 Contoh Peribahasa Jawa tentang Menghargai Orang Lain beserta Maknanya

Inspirasi Kata
Menyajikan artikel berisi kata-kata, kutipan, dan kalimat yang menginspirasi pembaca.
12 Desember 2024 14:45 WIB
·
waktu baca 7 menit
comment
0
sosmed-whatsapp-white
copy-link-circle
more-vertical
Tulisan dari Inspirasi Kata tidak mewakili pandangan dari redaksi kumparan
Contoh peribahasa Jawa tentang menghargai orang lain, foto hanya ilustrasi: Unsplash/Lighten Up
zoom-in-whitePerbesar
Contoh peribahasa Jawa tentang menghargai orang lain, foto hanya ilustrasi: Unsplash/Lighten Up
ADVERTISEMENT
Contoh peribahasa Jawa tentang menghargai orang lain bisa jadi pedoman seseorang dalam menjalani kehidupan. Apalagi peribahasa ini mengajarkan untuk dapat menghargai orang lain agar tercipta hubungan yang harmonis.
ADVERTISEMENT
Dalam kehidupan seseorang membutuhkan pedoman agar tetap bisa menjalani hidup dengan baik. Selain berpedoman dengan agama, menjadikan peribahasa sebagai pengingat dalam hidup juga bisa dilakukan.
Apalagi peribahasa biasanya bersumber dari kehidupan sehari-hari dalam kehidupan bermasyarakat. Ada banyak peribahasa mengenai hidup yang dapat dijadikan sebagai pengingat, agar bisa hidup dengan baik, termasuk dalam menjaga hubungan antar manusia.

Pengertian Peribahasa

Contoh peribahasa Jawa tentang menghargai orang lain, foto hanya ilustrasi: Unsplash/Debby Hudson
Sebelum membahas mengenai contoh peribahasa Jawa, ada baiknya mengetahui pengertian dari peribahasa terlebih dahulu. Hal ini untuk mempermudah pemahaman saat mempelajari peribahasa.
Dikutip dari buku Bahasa Indonesia, Dr. Agus Trianto, (2007:52), peribahasa adalah kelompok kata atau kalimat yang susunannya tetap dan mengiaskan maksud tertentu. Biasanya peribahasa berisi tentang perbandingan, perumpamaan, nasihat, dan lainnya.
ADVERTISEMENT
Sumber peribahasa bisa berasal dari penghayatan masyarakat terhadap kehidupan sehari-hari, ajaran agama, serta karya sastra. Hal ini membuat beberapa daerah di Indonesia memiliki peribahasanya masing-masing, termasuk di Jawa.
Berdasarkan informasi dari buku Antropologi: Mengungkap Keragaman Budaya,Tedi Sutardi, (2007:96), keberagaman suku bangsa di Indonesia menghasilkan peribahasa yang bervariasi. Hal ini menunjukkan betapa kayanya folklor Nusantara.

14 Contoh Peribahasa Jawa tentang Menghargai Orang Lain sebagai Panduan Hidup

ntoh peribahasa Jawa tentang menghargai orang lain, foto hanya ilustrasi: Unsplash/Jepretualang
Jawa jadi daerah dan suku yang memiliki banyak peribahasa. Dikutip dari buku Nasihat-Nasihat Hidup Orang Jawa, Iman Budhi Santosa, (2021:9), inilah contoh peribahasa Jawa tentang menghargai orang lain dan maknanya yang bisa dipelajari untuk menambah wawasan.

1. Aja ngomong waton, nanging ngomonga nganggo waton.

Peribahasa di atas memiliki arti, jangan asal berbicara, tetapi berbicaralah dengan menggunakan patokan atau alasan yang jelas. Hal ini bermakna bahwa ketika berbicara dengan orang lain usahakan melakukan pembicaraan dengan landasan yang jelas.
ADVERTISEMENT
Apabila seseorang hanya asal berbicara tanpa alasan yang jelas, maka diibaratkan dengan orang gila. Biasanya peribahasa ini digunakan untuk mengingatkan orang yang suka menjelekkan orang lain atau menyebarkan kabar bohong.

2. Giri lusi, janma tan kena ingina

Peribahasa tersebut memiliki arti giri (gunung), lusi (cacing tanah), janma (manusia), tan kena ingina (tidak boleh dihina). Sehingga dapat diterjemahkan sebagai jangan gampang menghina orang yang berpenampilan sederhana.
Sebab, bisa saja dia memiliki kemampuan setinggi gunung. Hal ini berarti menilai orang dari penampilan luarnya saja belum tentu akan mendapat kesimpulan yang tepat. Jadi jangan pernah berasumsi sembarangan mengenai orang lain sebagai bentuk menghargainya.

3. Ngono ya ngono, ning aja ngono

Arti dari peribahasa tersebut adalah begitu ya, begitu, tetapi jangan begitu. Maksudnya adalah peringatan agar orang tidak berbuat berlebihan yang dapat menimbulkan permasalahan yang tidak terduga dan dapat mengganggu orang lain.
ADVERTISEMENT
Segala tindakan yang dilakukan harus dipikirkan secara matang. Hal ini termasuk dalam menjalin hubungan dengan orang lain. Menjaga perilaku diri berarti bisa menjaga perasaan dan menghargai orang lain dalam hidup bermasyarakat.

4. Ajining dhiri dumunung ing lathi, ajining raga saka busana

Peribahasa ini memiliki arti nilai pribadi terletak di bibir, nilai raga tercermin dari pakaian. Melalui terjemahan tersebut, maka bisa diartikan bahwa nilai pribadi seseorang ditentukan dari ucapan, sementara nilai penampilan diukur dari pakaian yang dikenakan.
Peribahasa ini adalah nasihat agar bisa berhati-hati saat berbicara. Sebab, apa yang kita ucapkan akan diperhatikan oleh orang lain. Hal ini termasuk saat berbicara dengan orang lain. Penting untuk menjaga ucapan sebagai bentuk menghargai dan tidak menyakiti perasaan.

5. Manjing ajur-ajer

Manjing memiliki arti masuk, sementara ajur-ajer berarti hancur-mencair. Kata-kata ini diterjemahkan sebagai masuk menyatukan diri dengan lingkungan. Maksudnya seseorang harus pandai menyesuaikan diri sesuai tempat yang sedang dipijak.
ADVERTISEMENT
Dalam kehidupan bermasyarakat manusia harus bisa menyesuaikan diri sesuai lokasi. Hal ini agar bisa menyatu dengan lingkungan untuk menciptakan masyarakat yang rukun dan saling menghargai satu sama lain.

6. Wong Jawa nggone semu, sinamun ing samudana, sesadone ingadu manis

Arti dari peribahasa tersebut adalah orang Jawa cenderung semu atau terselubung, ditutup kata-kata tersamar, masalah apapun dihadapi dengan muka manis. Makna lebih luasnya adalah orang Jawa tidak selalu terbuka atau cenderung bersifat simbolik.
Banyak hal yang disampaikan secara tidak terang-terangan atau disamarkan. Contohnya jika ada seorang pengemis datang, maka dibanding mengatakan “tidak”, maka akan dijawab “maklume mawon…” yang berarti meminta maaf. Hal ini untuk menghargai pengemis dan tidak menyakiti perasaannya.

7. Anak pola bapa kapradhah, bapa kesulah anak kapolah

Peribahasa ini memiliki arti anak bertingkah, bapak atau orang tua yang bertanggung jawab, orang tua dihukum dengan dihujani tombak, anak ikut merasakannya. Hal ini adalah peringatan bagi orang tua agar bertanggung jawab terhadap kehidupan anak.
ADVERTISEMENT
Selain itu, anak juga perlu menjaga tingkah laku. Sebab, apa yang dilakukan anak akan berpengaruh terhadap orang tua. Jika anak berkelakuan baik, maka orang tua akan dinilai baik juga. Hal ini termasuk ke dalam salah satu cara menghormati orang tua.

8. Kencana katon wingka

Arti kencana katon wingka adalah emas berlian tampak bagai pecahan gerabah. Kalimat tersebut dapat diterjemahkan sebagai sindiran untuk orang yang menganggap baik anak sendiri, namun sering menjelek-jelekkan anak orang lain.
Dalam hidup bermasyarakat, sebaiknya menghindari menjelek-jelekkan orang lain, termasuk anak-anak. Sebab, salah satu cara menghargai orang lain adalah dengan tidak berkomentar buruk dan menjaga omongan untuk tidak menyakiti perasaan.

9. Kebo nyusu gudel

Peribahasa tersebut berarti kerbau menyusu kepada anaknya. Maknanya adalah gambaran dari orang tua yang mau tidak mau harus belajar atau meminta bantuan kepada anak-anaknya, atau bisa juga diartikan kepada orang yang lebih muda.
ADVERTISEMENT
Contohnya adalah apabila orang tua kesulitan dan membutuhkan bantuan anak, maka jangan segan untuk meminta pertolongan. Hal ini adalah bentuk menghargai keberadaan anak dan juga tidak menyulitkan orang lain.

10. Lambe satumang kari samerang

Arti dari lambe satumang adalah bibir setebal tumang atau bibir tungku dapur, sementara kari samerang berarti tinggal sebatang padi. Biasanya peribahasa ini dijadikan ungkapan oleh orang tua yang nasihatnya tidak didengar oleh anak-anak.
Padahal, sebagai anak mendengarkan nasihat orang tua adalah hal yang wajib untuk dilakukan. Sebab, mendengarkan dan mengikuti nasihat orang tua merupakan cara menghargai orang tua yang telah merawat dan mengasihi.

11. Mikul dhuwur mendhem jero

Mikul dhuwur berarti memikul tinggi, lalu mendhem jero adalah mengubur dalam-dalam. Berbanding terbalik dari sebelumnya, peribahasa ini adalah nasihat untuk anak agar bisa menghormati orang tua dengan cara menghargai jasa orang tua setinggi-tingginya.
ADVERTISEMENT
Tidak hanya menghargai jasa orang tua, anak juga bisa menyimpan jasa tersebut di dalam sanubari. Penghargaan dan penghormatan anak kepada orang tua merupakan bentuk kasih sayang dan saling menghargai satu sama lain.

12. Curiga manjing warangka, warangka manjing curiga

Peribahasa ini memiliki arti keris masuk sarungnya, sarung keris masuk kerisnya. Hal ini adalah gambaran dari cita-cita ideal tentang hubungan pemimpin dengan rakyatnya. Sebagai pemimpin, ia harus bisa memahami aspirasi rakyat dan memimpin dengan baik.
Pemimpin yang bersikap baik terhadap rakyatnya adalah bentuk saling menghormati. Konsep pemimpin di sini berarti seseorang yang berkuasa di suatu wilayah, bisa presiden, bupati, hingga ketua RT RW terhadap masyarakat di sekitarnya.

13. Dagang tuna andum bathi

Arti dari peribahasa tersebut adalah berdagang rugi, membagi laba. Maknanya untuk menggambarkan orang yang melakukan kebaikan secara tidak langsung, tetapi melalui orang lain.
ADVERTISEMENT
Tidak semua kebaikan dilakukan secara terang-terangan. Ada juga yang dilakukan secara tersembunyi karena tidak ingin diketahui oleh orang lain, bahwa ia telah memberikan kebaikan atau bantuan kepada yang lainnya.

14. Dulu sanak dudu kadang, yen mati melu kelangan

Peribahasa ini berarti bukan saudara, bukan kerabat, kalau meninggal ikut kehilangan. Hal ini menggambarkan betapa eratnya sistem kekerabatan di Jawa yang menghargai setiap orang tanpa membeda-bedakan.
Walau tidak ada hubungan keluarga, jika orang lain mau saling bersatu dan membaur di masyarakat, maka setiap orang akan menghargai dan menganggapnya seperti keluarga sendiri. Hal ini dikarenakan orang Jawa memiliki semangat persaudaraan yang tinggi.
Itu dia contoh peribahasa Jawa tentang menghargai orang lain, lengkap dengan arti dan maknanya. Dengan mengetahui peribahasa tersebut, tidak hanya menambah wawasan, tetapi juga jadi pengingat dalam hidup untuk selalu bersikap baik terhadap orang lain. (PRI)
ADVERTISEMENT