Konten dari Pengguna

6 Cerita Anak Islami tentang Akhlak yang Menginspirasi

Inspirasi Kata
Menyajikan artikel berisi kata-kata, kutipan, dan kalimat yang menginspirasi pembaca.
29 Maret 2024 0:22 WIB
·
waktu baca 7 menit
comment
0
sosmed-whatsapp-white
copy-link-circle
more-vertical
Tulisan dari Inspirasi Kata tidak mewakili pandangan dari redaksi kumparan
Ilustrasi Cerita Anak Islami tentang Akhlak, Unsplash/ Picsea
zoom-in-whitePerbesar
Ilustrasi Cerita Anak Islami tentang Akhlak, Unsplash/ Picsea
ADVERTISEMENT
Pada umumnya, anak-anak suka sekali mendengar atau membaca cerita dongeng. Di bulan Ramadan ini, memberikan cerita anak Islami tentang akhlak bisa menjadi referensi mendongeng kepada si kecil.
ADVERTISEMENT
Mengutip dari fsyariah.uinkhas.ac.id, akhlak merupakan sifat seseorang yang tertanam dalam jiwa yang dapat menimbulkan perbuatan yang mudah dilakukan tanpa perlu pemikiran dan pertimbangan.

Contoh Cerita Anak Islami tentang Akhlak

Ilustrasi Cerita Anak Islami tentang Akhlah. Pexels/MART PRODUCTIONMART PRODUCTION
Berikut adalah contoh cerita anak Islami tentang akhlak yang bisa memberikan inspirasi, mengutip dari eprints2.undip.ac.id, dalam buku 20 Kumpulan Cerita untuk Anak Hebat, Endang Fatmawati (2022: 3-22):

1. Selalu Menjaga Sopan Santun Santun dalam Pergaulan

Hai, namaku Kenzie, usiaku sembilan tahun. Kata teman-teman, aku adalah anak yang santun. Aku juga sangat rajin berkunjung ke perpustakaan sekolah. Aku sering meminjam buku untuk dibawa pulang.
“Hai teman-teman semua, apa kabar? Sedang baca apa kalian?” tanyaku ketika masuk ke ruang perpustakaan sekolah.
Teman-teman sontak melihat ke arahku. Mereka kelihatan bingung dan memikirkan sesuatu. Mungkin karena ada tugas kelompok dari Ibu Guru tadi pagi.
ADVERTISEMENT
“Mohon maaf, saya terlambat datang ya,” ucapku.
Aku selalu mengedepankan etika dalam bergaul dengan teman-teman sekolahku. Sopan santun selalu kujaga dengan mengedepankan perilaku dalam berbahasa maupun perbuatan. Tak heran jika aku memiliki banyak teman. Apabila salah, tak segan aku untuk meminta maaf. Jika dikasih, aku selalu mengucapkan terima kasih. Begitu pula jika aku menyuruh, pasti aku selalu menggunakan kata tolong. Pernah suatu hari aku membawa bekal makanan untuk berbagi dengan teman sekelas.
“Teman-teman, ini saya bawa bekal untuk kita makan bersama, ya,” ucapku dari depan kelas.
“Wah … enak sekali Kenzie, aromanya membuatku lapar,” jawab salah satu temannya.
“Terima kasih Kenzie!” seru teman-temannya bersahut-sahutan.
Kenzie hari itu membawa bekal makanan ke sekolah dalam jumlah porsi besar, lengkap dengan lauk, sayur, dan buah. Ibuku memang hebat dan luar biasa karena selalu mengajarkan sopan santun dalam pergaulan.
ADVERTISEMENT

2. Ikhlas Membawa Berkah

Farzana adalah anak yang pintar menggambar dan mewarnai. Sejak mulai sekolah di PAUD, Farzana sudah menekuni hobi ini. Pernah suatu ketika ia kehilangan pensil warnanya sepulang sekolah. Farzana merasa sedih sekali.
“Farzana, mengapa kamu terlihat sedih?” tanya Ibu.
“Iya, Ibu. Pensil warnanya tidak ada di tas. Sepertinya tadi jatuh di jalan,” jawabnya sambil tertunduk.
“Oh… tidak apa-apa, Nak. Kamu yang ikhlas, ya!” bujuk ibunya sambil membelai kepala Farzana.
Waktu itu Farzana mengangguk tanpa suara. Ia berusaha untuk ikhlas. Bersikap ikhlas akan membawa keberkahan. Ikhlas menjadikan totalitas dalam melakukan ibadah. Begitu juga Farzana yang telah ikhlas kehilangan pensil warnanya.
Paginya, Farzana berangkat ke sekolah seperti biasa. Namun, di luar dugaan, Farzana ditetapkan menjadi pemenang lomba mewarnai pada perayaan Hari Pendidikan Nasional tanggal 2 Mei kemarin.
ADVERTISEMENT
Farzana mendapatkan trofi dan hadiah dari sponsor berupa pensil warna. Ia sangat senang dan bersyukur sekali.
“Ibu, alhamdulillah, aku dapat hadiah pensil warna banyak sekali,” ucap Farzana ketika sampai di rumah.
“Wah, kamu hebat lho, Sayang. Selamat ya,” kata Ibu sambil mengecup kening Farzana.
Farzana tersenyum dan terlihat kegirangan. Rona kebahagiaan muncul dari wajah mungilnya. Farzana lalu memeluk ibunya dan tidak berhenti mengucap syukur atas karunia Allah.

3. Menjaga Silaturahmi dengan Kerabat

Silaturahmi bisa dilakukan kapan saja. Kata silaturahmi mengandung arti hubungan kasih sayang. Manfaatnya banyak sekali.
Salah satunya dapat menjaga persaudaraan dan menambah keberkahan. Menyambung tali persaudaraan dengan kerabat menjadi salah satu amalan bagi umat muslim.
Silaturahmi dapat mendekatkan diri kepada Allah. Artinya, sebagai wujud kecintaan dan ketakwaan seorang hamba. Keutamaan silaturahmi adalah diluaskan rezekinya dan dipanjangkan umurnya.
ADVERTISEMENT
Menyambung tali silaturahmi dengan manusia bisa menjadi cara untuk kembali terhubung dengan Sang Pencipta.
Orang tuaku memiliki banyak kerabat atau teman. Sebagai anak, aku harus tetap menjaga silaturahmi dengan mereka. Hal ini sebagai salah satu cara untuk berbakti kepada orang tua yang sudah meninggal dunia.
Silaturahmi yang dilakukan dengan kerabat atau teman orang tua dapat menjadi kunci masuk surga.
Sudah menjadi kewajiban bagiku menjalankan perintah untuk selalu menjaga silaturahmi. Dalam H.R. Muslim dijelaskan, “Sesungguhnya termasuk kategori berbakti yang paling baik adalah seseorang menyambung tali silaturahmi dengan keluarga teman bapaknya setelah dia meninggal dunia.”
Selanjutnya Rasulullah bersabda, “Tidak akan masuk surga orang yang memutus (silaturahmi).” (H.R. Bukhari dan Muslim).
Pada dasarnya, setiap manusia adalah makhluk sosial. Jadi, praktiknya pasti akan selalu hidup secara berdampingan dan selalu membutuhkan orang lain.
ADVERTISEMENT

4. Memberikan Bantuan kepada Teman Difabel

Anak difabel berarti menggambarkan kondisi keterbatasan dalam melakukan aktivitas. Hal ini karena ketidakmampuan yang mereka miliki.
Artinya, anak difabel memiliki kemampuan yang berbeda jika dibandingkan dengan anak yang sehat. Dampaknya, kesulitan untuk memenuhi peran normal di rumah, sekolah, dan lingkungan masyarakat.
Nina, tetanggaku, termasuk penyandang difabel. Ia mengalami disabilitas fisik, yaitu lumpuh otak (Cerebral palsy). Perkembangan otaknya tidak normal sebelum lahir.
Aku dan teman-teman selalu membantunya ketika kami bersama. Etika berinteraksi selalu kami utamakan.
Kami menghargai perbedaan. Sekalipun Nina termasuk difabel, aku yakin ia juga ingin setara dengan kami yang terlahir dalam kondisi normal. Aku memperlakukannya dengan setara.
Aku yakin bahwa Nina pasti juga ingin bahagia dan memiliki teman. Jadi, kami tidak malu mendekati dan mengajaknya bermain.
ADVERTISEMENT
Ternyata memang Nina itu anak yang tangguh, mandiri, dan kuat. Meskipun dengan keterbatasan yang dimiliki, ia tetap berjuang dalam melakukan aktivitas.
Aku dan teman-teman selalu berprinsip kalau Nina itu tidak berbeda dengan kami. Justru kami selalu menunjukkan sikap untuk saling menghargai dan tidak pernah menyinggung kekurangannya.
Aku selalu merangkul Nina, berusaha memahami ketika berinteraksi dengannya. Aku sadar bahwa Nina juga layak mendapatkan hak yang sama seperti kami yang tumbuh normal.

5. Menghormati Orang yang Lebih Tua

Saat ini banyak orang yang belum sadar akan pentingnya tata krama dalam kehidupan bermasyarakat. Contohnya adalah sikap kepada orang yang lebih tua.
“Ibu, mengapa kita wajib menghormati orang yang lebih tua?” tanya Farza.
“Iya, Nak, karena orang yang lebih tua adalah orang yang hidupnya lebih lama. Mereka memiliki keutamaan. Jadi, hendaknya hormati dan muliakan orang yang lebih tua!” jawab Ibu.
ADVERTISEMENT
“Oh, begitu ya, Bu,” ucap Farza.
“Orang yang lebih tua itu lebih berpengalaman dalam menjalani kehidupan. Kita yang lebih muda disyariatkan menghormatinya. Sebagaimana Rasulullah bersabda, ‘Bukanlah dari golongan kami mereka yang tidak menyayangi yang lebih muda, dan mereka yang tidak menghormati yang lebih tua.’ (H.R. Tirmidzi). Bukan golongan kami artinya orang tersebut tidak mengikuti sunah Rasulullah dan para sahabatnya,” jelas Ibu.
Memuliakan orang yang lebih tua merupakan akhlak terpuji. Adabnya didasari suatu bentuk sikap untuk menghormatinya.
Dalam praktiknya, seperti mendahulukan dalam berbicara, menjaga kehormatan dan kharismanya, mengucapkan salam terlebih dahulu, memberikan tempat duduk, mendahulukan memberi makan, merawatnya, menumbuhkan rasa empati, serta mengangkatnya sebagai pemimpin.
Bahkan, ketika berbeda pendapat, yang lebih muda harus bisa menyampaikannya dengan cara yang sopan dan tetap mengedepankan tata krama. Etika sopan santun kepada orang yang lebih tua harus senantiasa ditegakkan.
ADVERTISEMENT

6. Saling Menasihati dalam Kebenaran

Azkadina saat ini kelas dua SD. Teman-temannya biasa memanggilnya dengan sebutan Dina. Ia dijemput Bapaknya setiap pulang sekolah.
Sepanjang perjalanan, Dina yang salihah terus bertanya kepada bapaknya. Terlebih jika mobil berhenti saat tanda lampu merah menyala di traffic light.
“Mengapa kita hidup harus saling menasihati?” tanya Dina sambil menolehkan kepala ke wajah bapaknya yang sedang menyetir mobil.
“Ya, karena manusia tempatnya salah, Nak. Jadi membutuhkan nasihat agar kita tidak merugi. Surat Al-Ashr menjadi pedoman kebajikan. Di dalamnya berisi pesan saling menasihati dalam kebenaran,” jawab Bapak.
“Oh, begitu ya, Pak?” ucap Dina.
“Iya betul, Nak. Hidup harus saling menasihati. Memperbaiki yang salah dan mengingatkan yang lupa. Orang-orang yang tidak merugi itu adalah orang beriman. Cirinya adalah beramal saleh dan saling menasihati untuk kebenaran dan kesabaran.
ADVERTISEMENT
Kewajiban bagi setiap muslim, yaitu bersungguh-sungguh dalam memberikan nasihat. Allah memberikan petunjuk kepada hamba-Nya di dalam AlQur’an surah Al-Ashr ayat 2 sampai 3,” jawab Bapak.
Sesampainya di rumah, Dina masih saja mengajukan pertanyaan. Rasa ingin tahunya tinggi sekali. Percakapan pun dilanjut di ruang tamu. Hingga tak terasa azan dzuhur telah berkumandang.
“Ayo, Nak! Segera ambil wudu. Kita salat berjamaah, ya!” ajak Bapak sambil menggandeng Dina menuju musala.
“Iya, Bapak,” jawab Dina dengan semangat.
Memberikan dongeng anak islami atau cerita anak Islami tentang akhlak sama halnya mengajarkan pendidikan akhlak kepada buah hati, serta membantunya dalam memahami nilai-nilai kebaikan sejak dini.
ADVERTISEMENT