Konten dari Pengguna

Seni Etika dalam Film

Intan Ayu
Mahasiswa Sastra Indonesia Universitas Padjadjaran
9 Mei 2024 9:33 WIB
·
waktu baca 6 menit
comment
0
sosmed-whatsapp-white
copy-link-circle
more-vertical
Tulisan dari Intan Ayu tidak mewakili pandangan dari redaksi kumparan
Sumber: https://pixabay.com/id/photos/terapi-seni-terapi-disiplin-229312/
zoom-in-whitePerbesar
Sumber: https://pixabay.com/id/photos/terapi-seni-terapi-disiplin-229312/
ADVERTISEMENT
Etika merupakan suatu prinsip moral yang memandu perilaku manusia. Hal ini mencakup pertimbangan benar atau salah, baik atau buruk, serta bagaimana manusia harus bertindak dalam berbagai situasi. Etika merupakan nilai atau norma yang menjadi pegangan umat manusia yang kaitannya dengan perilaku manusia itu sendiri. Etika dapat menjadi pemecah konflik dan perbedaan antara yang satu dengan yang lain. Selain itu, etika juga berperan dalam membentuk budaya dan masyarakat yang adil dan berkelanjutan.
ADVERTISEMENT
Pembelajaran tentang etika tidak hanya dapat dipelajari melalui sekolah atau pengajaran biasa lainnya, namun pembelajaran etika juga dapat dipelajari melalui karya seni, salah satunya adalah film. Film merupakan salah satu seni visual yang menggabungkan beberapa gambar yang mengandung adegan. Film memiliki kemampuan untuk menciptakan narasi yang mendalam dan menggugah perasaan para penontonnya. Tidak hanya bermanfaat sebagai sarana hiburan, film juga dapat menjadi sarana yang kuat untuk menyampaikan pesan-pesan moral kepada penontonnya. Salah satu film yang mengandung pesan moral yang kaitannya dengan etika kehidupan sosial adalah film berjudul Budi Pekerti karya Wregas Bhanuteja.
Pada tahun 2021, film Penyalin Cahaya karya Wregas Bhanuteja berhasil menjadi salah satu film yang mendapat respons positif dari penontonnya. Lalu pada tahun 2023, Wregas kembali dengan film panjang keduanya, yakni film berjudul Budi Pekerti. Film Budi Pekerti rilis pada tanggal 2 November di Bioskop Indonesia. Meskipun baru saja rilis, film ini sudah mendapat 17 nominasi di Festival Film Indonesia atau biasa disingkat FFI.
Sumber: Instagram @wregas_bhanuteja https://www.instagram.com/p/CxxhewzyQoz/?igsh=MXBybmNnZXNueGFsNQ==
Budi Pekerti merupakan film yang diproduksi oleh Rekata Studio dan Kaninga Pictures. Film ini bercerita tentang Bu Prani, seorang guru bimbingan konseling (BK) di sebuah SMP di Yogyakarta yang menjadi korban cyberbullying setelah video dirinya sedang marah-marah pada saat membeli kue putu di sebuah pasar menjadi viral. Film Budi Pekerti menampilkan aktor ternama seperti Prilly Latuconsina, Sha Ine Febriyanti, Dwi Sasono, dan Angga Yunanda.
ADVERTISEMENT
Film ini merupakan film yang diadaptasi dari keadaan nyata ketika Covid-19 menyerang Indonesia, bahkan di dunia. Covid-19 mengharuskan manusia hidup bergandengan dengan dunia digital, salah satunya adalah media sosial. Penggunaan media sosial memang dapat membawa dampak baik bagi manusia, namun juga dapat membawa dampak buruk bagi kehidupan sosial. Film ini juga menggambarkan akibat dari penggunaan media digital yang salah, yakni dapat menyebabkan kesehatan mental bagi korbannya. Meskipun hanya dalam genggaman, media digital dapat berakibat fatal apabila digunakan dengan salah. Tidak hanya mulutmu harimaumu tetapi ketikanmu juga menjadi cengkeramanmu.
Film Budi Pekerti bercerita tentang cyber bullying dari sudut pandang korban. Meskipun bersifat emosional, namun film ini juga mengandung unsur komedi yang menjadikannya terasa lebih ringan. Selain itu, film Budi Pekerti juga menghadirkan konflik yang relevan dengan kehidupan masyarakat sosial zaman modern. Konflik dalam film ini dibawakan dengan cara yang dramatis namun bersifat sangat realistis.
ADVERTISEMENT
Namun di sisi lain, pembawaan konflik dalam film Budi Pekerti sedikit mudah ditebak oleh penonton. Ada dua kemungkinan akan hal ini, yakni pembawaan cerita yang sudah menjadi ciri khas dari sutradara, yakni Wregas Bhanuteja atau karena ceritanya terlalu realistis dengan kehidupan nyata manusia zaman sekarang.
Dalam film-film yang mengutamakan nilai etika atau budi pekerti, karakter utamanya seringkali menghadapi konflik moral yang mengharuskan mereka untuk memilih suatu pilihan yang sulit. Meskipun nantinya hanya ada salah satu yang menjadi pilihan, manusia juga harus mampu mengorbankan pilihan lainnya. Sehingga melalui proses ini, penonton diajak untuk merenung tentang pilihan moral yang dihadapi dalam kehidupan sehari-hari. Film-film semacam ini dapat menjadi cermin bagi penonton untuk mengevaluasi dan memperbaiki sikap dalam menjalani hidup bersosial. Film Budi Pekerti mengajarkan penonton untuk berhati-hati dalam bersikap di ruang publik baik media sosial atau yang lainnya.
ADVERTISEMENT
Film Budi Pekerti karya Wregas ini merupakan film yang mengambil sudut pandang menarik yakni sudut pandang korban cyberbullying. Hal ini menyoroti bagaimana orang dapat menilai kehidupan seseorang berdasarkan klip video dan bagaimana hal ini dapat menjadi dampak yang buruk pada kehidupan korban. Tidak hanya berdampak buruk pada korban, hal ini juga dapat berdampak buruk bagi orang terdekat korban, seperti keluarga, teman, saudara, dan lain–lain. Film Budi Pekerti merupakan suatu film yang sangat emosional, namun juga memiliki unsur komedi yang membuat film tersebut terasa lebih ringan meski menyampaikan pesan – pesan yang memiliki makna sedih. Terdapat beberapa adegan yang seharusnya dilakukan dengan ringan dan santai, namun beberapa adegan tersebut dilakukan dengan sangat dramatis atau dilebih-lebihkan. Hal ini menyebabkan berkurangnya nilai kesempurnaan pada suatu film. Tidak hanya pada dunia nyata, dalam dunia perfilman sesuatu yang berlebihan juga dapat menyebabkan berkurangnya nilai keestetikan dari film itu sendiri.
ADVERTISEMENT
Tokoh Bu Prani yang diperankan oleh Sha Ine Febriyanti menjadi salah satu tokoh yang menonjol dalam film Budi Pekerti ini. Beliau yang memiliki peran sebagai guru BK, seorang istri, dan seorang ibu mampu menghipnotis penonton dengan adegan-adegannya yang sangat smooth namun tetap elegan. Penjiwaan setiap tokoh dalam film ini juga patut diapresiasi karena sangat baik dan dapat menambahkan improvisasi – improvisasi dengan sangat sempurna. Setiap tokoh saling melengkapi dalam menjalankan perannya masing-masing dan dengan adanya kelengkapan tersebut dapat menciptakan keseluruhan adegan yang pantas untuk mendapat 17 nominasi di Festival Film Indonesia.
Sumber: https://pixabay.com/id/photos/kamera-film-demonstrasi-proyektor-2801675/
Secara keseluruhan, film memiliki potensi yang sangat besar dalam membentuk etika masyarakat dengan kehidupan sosialnya. Dengan menyampaikan pesan-pesan moral melalui kisah-kisah yang memukau, film dapat menjadi agen perubahan yang positif dalam membentuk karakter dan nilai dalam masyarakat. Di sisi lain, film juga dapat memberikan dampak yang kurang baik atau bahkan dampak buruk bagi penontonnya jika film yang ditonton tidak sesuai dengan aturan – aturan yang berlaku, seperti aturan usia, adegan, sensor, dan hal – hal lain yang dapat menyebabkan menurunnya nilai etika pada penontonnya. Namun dari segi positif film, film juga dapat membantu memperluas pemahaman masyarakat tentang nilai-nilai universal seperti toleransi, kejujuran, dan empati. Film yang menceritakan kehidupan di berbagai budaya atau menggambarkan konflik antarbudaya dapat membuka mata penonton terhadap keragaman manusia dan membangun pemahaman yang lebih mendalam tentang etika berkehidupan sosial.
ADVERTISEMENT
Tidak hanya dapat membangun pemahaman tentang etika kehidupan sosial, film juga dapat menjadi ruang untuk penyebaran budaya–budaya khususnya budaya Indonesia. Dengan adanya film yang mengandung unsur kebudayaan, budaya–budaya Indonesia dapat dipasarkan ke kancah dunia melalui dunia perfilman. Selain itu, budaya Indonesia juga dapat memiliki kesempatan untuk dapat menjadi budaya tradisional yang mendunia dan dikenal oleh orang–orang di luar tanah Indonesia.