Konten dari Pengguna

IKIGAI Sebagai Solusi Meningkatkan Percaya Diri Tunadaksa

Iqbal Rohim Al Farisi
Mahasiswa Prodi Studi Kejepangan Fakultas Ilmu Budaya Universitas Airlangga
18 September 2022 11:34 WIB
comment
0
sosmed-whatsapp-white
copy-link-circle
more-vertical
Tulisan dari Iqbal Rohim Al Farisi tidak mewakili pandangan dari redaksi kumparan
Never give up rear view of young handicapped woman relaxing (freepik.com)
zoom-in-whitePerbesar
Never give up rear view of young handicapped woman relaxing (freepik.com)
ADVERTISEMENT
Anak disabilitas khususnya turnadaksa bukanlah anak yang berat kepala hanya saja ia membutuhkan perhatian yang lebih karena keterbatasan fisik dan kemampuan otak untuk berfikir. Sebagai individu yang memiliki kekurangan mereka cenderung merasa malu, tidak percaya diri dan sensitif, memisahkan diri dari lingkungan, tertutup dan mengalami kekecewaan hidup. Ditambah dengan pandangan masyarakat yang kurang positif juga justru menambah beban permasalahan bagi anak penyandang tunadaksa. Masyarakat beranggapan bahwa anak berkelainan fisik tidak dapat berperan, bersosialisasi, dan tidak dapat melakukan aktivitas seperti anak-anak normal lainnya.
ADVERTISEMENT
Data anak berkebutuhan khusus di Indonesia
Anak berkebutuhan khusus adalah anak yang memerlukan penanganan khusus karena adanya gangguan perkembangan dan kelainan yang dialami anak. Jumlah anak berkebutuhan khusus yang memiliki rasa kurang percaya diri di Indonesia dari tahun ke tahun terus meningkat. PBB memperkirakan bahwa paling sedikit ada 10 persen anak usia sekolah yang memiliki kebutuhan khusus. Di Indonesia, jumlah anak usia sekolah, yaitu 5-18 tahun, ada sebanyak 42.8 juta jiwa. Jika mengikuti perkiraan tersebut, maka diperkirakan ada kurang lebih 4.2 juta anak Indonesia yang berkebutuhan khusus yang mempunyai rasa percaya diri yang kurang.
Permasalahan terhadap anak berkebutuhan khusus
Hambatan utama yang seringkali dialami penyandang disabilitas biasanya terletak pada komunikasi dan kurangnya rasa percaya diri. Tujuan dari komunikasi dapat menambah relasi, mengubah pandangan orang lain, serta membantu mengatasi masalah sesama manusia. Akan tetapi, pasti ada manusia yang memiliki hambatan dalam melakukan kegiatan komunikasi, baik secara internal maupun eksternal sehingga komunikasi tidak dapat berjalan sebagaimana mestinya dan sering terjadi salah komunikasi dalam interaksi sehari-hari. Selain itu, tidak semua orang memiliki kemampuan mengolah kata-kata dan memiliki keberanian dalam menyuarakan isi pikiran ide, hati dan pendapat di muka umum karena kurang percaya diri untuk melakukan hal tersebut.
ADVERTISEMENT
Apa itu tunadaksa?
Tunadaksa adalah suatu keadaan rusak atau terganggu sebagai akibat gangguan bentuk atau hambatan pada tulang, otot, dan sendi dalam fungsinya yang normal, kondisi ini dapat disebabkan oleh penyakit, kecelakaan atau dapat juga disebabkan oleh pembawaan sejak lahir. Sedangkan menurut Sujarwanto tunadaksa juga merupakan satu kelainan yang sifatnya gangguan dari fungsi otot dan urat syaraf yang disebabkan adaya kerusakan otak atau bagian anggota tubuh lainnya. Hal itu menjadikan para tunadaksa tidak percaya diri apalagi dalam ranah public speaking . Public speaking tersebut merupakan salah satu bentuk aktivitas komunikasi dalam memberikan informasi perorangan kepada khalayak. Memiliki rasa percaya diri untuk berbicara didepan umum juga sangat penting bagi penyandang disabilitas khususnya tunadaksa. Kesadaran tentang memperbaiki cara berbicara di muka umum yang baik dan menambah kepercayaan diri membuat dorongan seseorang untuk mempelajari Ilmu Public Speaking melalui metode Ikigai akan mempersiapkan generasi milenial menjadi Public Speaker terutama untuk para disabilitas khususnya tunadaksa.
ADVERTISEMENT
Mengenal Konsep IKIGAI
Ikigai sendiri merupakan sebuah konsep mengenai tujuan hidup yang banyak diterapkan di Jepang. Seorang Psikolog bernama Mieko Kamiya menjelaskan dalam bukunya Ikigai-ni-tsuite bahwa ikigai sebagai sebuah kata artinya mirip dengan "kebahagiaan" namun, memiliki perbedaan yang cukup signifikan terhadap nuansanya. Ikigai dapat dikatakan sebagai suatu semangat yang membuat kita tetap berusaha untuk terus maju ke masa depan, meskipun kita saat ini sedang menderita. Ikigai juga dapat diartikan sebagai alasan seseorang untuk hidup dan menjalani hidupnya yang diawali dari bangun di pagi hari. Prinsip ikigai membuat orang memiliki hidup yang lebih bermakna, berharga, dan menambah kepercayaan diri.
Masyarakat Jepang telah menjalani konsep ikigai tersebut sejak lama. Menurut Akihiro Hasegawa yang juga adalah seorang psikolog dan profesor di Universitas Toyo Eiwa, konsep Ikigai sudah muncul sejak jaman Heian. Sehingga kata ikigai tersebut seperti sudah menjadi istilah yang sudah biasa digunakan sehari-hari. Kemudian menurut riset yang dilakukan Hasegawa tersebut juga ditemukan bahwa orang Jepang lebih percaya bahwa mengumpulkan kebahagiaan yang kecil dalam kehidupan sehari-harinya akan berdampak pada keseluruhan kehidupannya yang menjadi lebih berarti. Dengan demikian dapat diketahui alasan yang membuat masyarakat Jepang memiliki angka harapan hidup yang tinggi dibandingkan dengan angka harapan hidup negara lainnya.
ADVERTISEMENT
Implementasi
Solusi melalui program pelatihan public speaking dengan metode ikigai, pelatihan ini menekankan pada proses self devolepment dengan rancangan program Tanoshī Nichijō Seikatsu (kehidupan sehari-hari yang menyenangkan) yang dimana proses pelatihan bertujuan untuk mengembangkan pola pikir sesuai dengan konsep ikigai para tunadaksa akan diajak untuk aktif menyuarakan suara mereka dengan nuansa yang menyenangkan menggunakan metode ikigai guna mencapai goals penyandang disabilitas sebagai pribadi yang mampu menyandang konsep independent living.
Konsep ikigai yang berasal dari Negara Jepang memiliki keunikan tersendiri dalam hal pengolahan pola pikir, mengadaptasi konsep tersebut dengan menggunakan sistem workshop meliputi story telling dan creative teaching, guna memberikan kreatifitas dalam skill komunikasi serta meningkatkan percaya diri para tunadaksa di Indonesia.
ADVERTISEMENT
Referensi
Aqila Smart, Anak Cacat Bukan Kiamat; Metode Pembelajaran & Terapi untuk Anak Berkebutuhan Khusus (Yogyakarta: Kata Hati, 2010), 25.
Mieko, Kamiya. 1966. On the Meaning of Life (ikigai ni tsuite) Misuzu Shobo, Japan