Konten dari Pengguna

Efek Buruk Junk Food pada Kesehatan Fisik dan Mental Generasi Muda

Iqlima Afifah
sedang menempuh pendidikan di FK UII angkatan 2024
22 Desember 2024 15:15 WIB
·
waktu baca 3 menit
comment
0
sosmed-whatsapp-white
copy-link-circle
more-vertical
Tulisan dari Iqlima Afifah tidak mewakili pandangan dari redaksi kumparan
ADVERTISEMENT
Di era modern, junk food telah menjadi pilihan makanan utama bagi banyak generasi muda. Makanan cepat saji ini digemari karena praktis, lezat, mudah diakses, dan harganya terjangkau. Namun, di balik kemudahan tersebut, junk food membawa dampak buruk yang serius bagi kesehatan fisik dan mental. Generasi muda yang terlalu sering mengonsumsi junk food berisiko lebih tinggi mengalami obesitas, diabetes tipe 2, penyakit jantung, hingga gangguan mental seperti kecemasan dan depresi. Fenomena ini menunjukkan bahwa konsumsi junk food yang kaya gula, lemak, dan garam bukan hanya masalah individu, tetapi telah menjadi ancaman bagi kesehatan masyarakat global.
ADVERTISEMENT
Peningkatan konsumsi junk food di kalangan remaja memicu berbagai masalah kesehatan. Gula yang berlebihan dari makanan dan minuman cepat saji menyebabkan lonjakan kadar insulin yang mengganggu metabolisme tubuh. Data dari penelitian Sharma dan Shrestha (2021) di Nepal menunjukkan bahwa lebih dari 70% remaja mengonsumsi junk food setidaknya tiga kali seminggu. Dampaknya, sekitar 50% dari mereka mengalami peningkatan berat badan signifikan, dan 30% lainnya melaporkan merasa lesu dan kurang fokus. Kondisi ini diperparah oleh kebiasaan mengonsumsi minuman bersoda yang mengandung gula tinggi, yang diketahui berkaitan erat dengan penurunan performa akademik dan daya konsentrasi.
Foto oleh: Iqlima Afifah
zoom-in-whitePerbesar
Foto oleh: Iqlima Afifah
Lebih jauh, konsumsi gula yang tinggi memengaruhi fungsi otak, menyebabkan fluktuasi suasana hati, dan meningkatkan risiko gangguan kecemasan serta depresi. Menurut laporan WHO, peningkatan konsumsi junk food berkontribusi pada lonjakan angka obesitas global, yang berdampak pada kesehatan mental dan fisik generasi muda. Selain itu, kebiasaan ini turut mendorong fragmentasi sosial akibat penurunan aktivitas fisik dan peningkatan isolasi diri.
ADVERTISEMENT
Tidak hanya berdampak pada kesehatan individu, masalah ini juga menjadi beban bagi sistem kesehatan global. Data dari CDC menunjukkan bahwa jumlah remaja yang terdiagnosis diabetes tipe 2 meningkat drastis dalam dua dekade terakhir, sebagian besar dipicu oleh pola makan yang buruk. Efek jangka panjangnya termasuk penyakit kardiovaskular, gangguan metabolisme kronis, hingga penurunan kualitas hidup secara keseluruhan.
Meskipun dampaknya mengkhawatirkan, masalah ini dapat diatasi melalui upaya kolektif dari berbagai pihak. Orang tua dan pendidik harus berperan aktif dalam mengedukasi remaja tentang bahaya konsumsi junk food. Pemerintah juga perlu membuat regulasi ketat
terhadap iklan junk food yang menyasar anak-anak dan remaja, seperti yang telah dilakukan di beberapa negara maju. Selain itu, promosi pola makan sehat dengan menyediakan akses yang lebih mudah terhadap buah, sayur, dan makanan bernutrisi lainnya harus menjadi prioritas.
ADVERTISEMENT
Kampanye edukasi tentang bahaya konsumsi gula berlebihan juga
perlu digalakkan. Aktivitas fisik, seperti olahraga rutin, yoga, atau senam, dapat menjadi langkah sederhana namun efektif untuk mengurangi risiko obesitas dan gangguan mental. Dengan memahami dampak buruk junk food dan mengambil langkah proaktif, kita dapat melindungi generasi muda dari ancaman kesehatan serius dan mendukung mereka untuk menjalani hidup yang lebih sehat dan berkualitas.