Tentang KamiPedoman Media SiberKetentuan & Kebijakan PrivasiPanduan KomunitasPeringkat PenulisCara Menulis di kumparanInformasi Kerja SamaBantuanIklanKarir
2024 © PT Dynamo Media Network
Version 1.86.0
Konten dari Pengguna
Pesan Sulap Pak Tarno untuk Diplomasi Digital Indonesia
19 Mei 2022 14:02 WIB
Tulisan dari Iqbal Mohammad Amrullah tidak mewakili pandangan dari redaksi kumparan
ADVERTISEMENT
Penyelenggaraan Met Gala di New York tahun 2022 menyisakan cerita yang berbeda dari biasanya. Jika di tahun-tahun sebelumnya media banyak menyoroti gaya penampilan para pesohor yang menghadiri ajang tahunan tersebut, di tahun ini pemberitaan diramaikan juga oleh kemunculan Pak Tarno, seorang pesulap senior Indonesia, meski ia bahkan tidak hadir di acara itu.
ADVERTISEMENT
Pria kelahiran Brebes tersebut menjadi perhatian publik setelah Anderson Paak, musisi pemenang beberapa penghargaan Grammy, memajang foto Pak Tarno di salah satu akun media sosialnya. Terlebih, Paak juga sempat menanggapi komunikasi dari Pak Tarno di platform interaksi digital miliknya tersebut.
Dampaknya, popularitas sang pesulap meningkat. Pak Tarno menerima berbagai tawaran untuk menjadi bintang tamu di beragam acara serta jumlah pengikutnya di media sosial bertambah dengan signifikan. Selain itu, Pak Tarno juga berpotensi untuk mendapatkan tambahan keuntungan ekonomi atas tawaran endorsement berbagai produk kepada dirinya.
Kekuatan Warganet Indonesia
Kejadian yang dialami oleh Pak Tarno tersebut bukan merupakan bagian dari pertunjukan sulap yang mahir dia lakukan. Semuanya bermula dari riuh warganet Indonesia yang mengomentari figur Paak di Met Gala 2022 yang disebut mirip dengan Pak Tarno. Bahkan, nama sang pesulap sempat merajai media sosial Twitter dengan menjadi trending topic selama beberapa saat. Hal ini yang kemudian mendapat perhatian dari Paak dan diikuti dengan unggahan foto senyum Pak Tarno sebagai profil identitas di laman pribadinya.
ADVERTISEMENT
Bagi saya, fenomena yang dialami Pak Tarno membuktikan kembali tentang potensi kekuatan warganet Indonesia yang tidak dapat dipandang remeh. Tingginya aktivitas penduduk digital asal Indonesia, secara tidak langsung (dan mungkin secara tidak sengaja) menjadi sarana promosi yang efektif hingga mendorong sosok Pak Tarno lebih dikenal luas dan go international.
Walaupun terdapat faktor lain yang mempengaruhi, seperti misalnya kekhasan gaya Pak Tarno, namun dukungan dari kekuatan sosial ini-lah yang menjadi faktor utama meningkatnya popularitas Beliau.
Berdasarkan informasi DataIndonesia.id yang mengutip laporan We Are Social, jumlah penduduk Indonesia yang menggunakan media sosial terus meningkat dalam beberapa tahun terakhir. Peningkatan signifikan terjadi di tahun 2017 dan kemudian di masa pandemi pada periode 2021-2022 dengan penambahan jumlah pengguna dari semula 170 juta orang menjadi 191 juta pengguna. Jumlah tersebut bahkan lebih tinggi dari penduduk sebagian besar negara-negara di dunia.
ADVERTISEMENT
Di samping itu, We Are Social juga melaporkan bahwa waktu yang digunakan oleh pengguna Indonesia untuk mengakses media sosial dalam sehari, yaitu sekitar 3 jam 17 menit, lebih tinggi di atas rata-rata global (2 jam 27 menit). Hanya sedikit kalah dibandingkan penduduk Meksiko dan Arab Saudi yang mengakses media sosial sekitar 3 jam 20 menit-an per-harinya.
Diplomasi Digital Indonesia
Dalam konteks diplomasi yang diantaranya memiliki tujuan untuk mempromosikan keunggulan dan citra positif Indonesia, besarnya jumlah warganet tersebut memang perlu dilihat sebagai sebuah kekuatan. Pengguna media sosial sebanyak itu dapat menjadi suara lantang untuk menyampaikan berbagai kemajuan yang dicapai oleh Indonesia.
Mulai dari tren positif pertumbuhan ekonomi nasional sebesar 3,69% di tahun 2021, keberhasilan berbagai produk UMKM yang menembus pasar luar negeri, peran penting Indonesia selaku pemegang Presidensi G20 tahun 2022, hingga perolehan tambahan 2 medali emas dari cabang olah raga menembak pada perhelatan SEA Games 2021 di Hanoi baru-baru ini.
Pemanfaatan media sosial untuk meningkatkan jangkauan diplomasi Indonesia sebenarnya bukan merupakan sesuatu yang baru. Sejak awal terjadinya peningkatan tren penggunaan internet dan media sosial yang menyertainya, Kementerian Luar Negeri (Kemlu) sebagai pengampu utama diplomasi Indonesia telah memberikan perhatian yang besar terhadap ranah digital. Untuk semakin memperkuat ekosistem diplomasi digital tersebut, di tahun 2019 Indonesia berinisiatif menyelenggarakan Regional Conference on Digital Diplomacy (RCDD) dan di tahun 2021, menyelenggarakan International Conference on Digital Diplomacy (ICDD).
ADVERTISEMENT
Inisiatif Indonesia tersebut terbukti semakin relevan di masa pandemi. Keperluan untuk memanfaatkan semesta maya, khususnya media sosial, dalam diplomasi menjadi lebih tinggi lagi dalam dua tahun terakhir. Berbagai kegiatan promosi dan interaksi yang lazimnya dilakukan secara langsung, tiba-tiba menjadi sesuatu yang haram dilakukan. Di sisi lain, aktivitas diplomasi tidak dapat menunggu badai pandemi mereda. Justru sebaliknya, diplomasi semakin dinanti untuk menghasilkan penawar yang konkret bagi publik yang tengah berjuang melawan Covid-19 serta tekanan ekonomi.
Diplomasi digital kemudian menjadi jalan tengah yang diandalkan oleh banyak negara, termasuk Indonesia. Di titik ini kita harus berbangga diri karena bahkan sebelum kemunculan pandemi, Indonesia telah berbenah diri untuk memperkuat diplomasi digitalnya. Selain inisiatif penyelenggaraan konferensi tersebut di atas, di tahun 2018 Kemlu secara khusus mengeluarkan kebijakan mengenai Pengelolaan Media Digital untuk mendukung upaya diplomasi konvensional selama ini.
Peran Warganet Indonesia dalam Diplomasi Digital
ADVERTISEMENT
Kisah yang dialami Pak Tarno pasca penyelenggaraan Met Gala 2022 menjadi pengingat berharga bagi pengembangan diplomasi digital Indonesia. Bahwa warganet Indonesia justru merupakan salah satu aktor penting dalam keberhasilan upaya promosi berskala global. Warganet perlu dipandang sebagai para pelaku diplomasi yang sangat mampu untuk menampilkan ragam keunggulan dan keunikan Indonesia.
Peran mereka tidak hanya sekedar meresonansikan apa yang menjadi kepentingan Indonesia, tetapi bahkan sangat menentukan subjek atau objek apa yang akan dipromosikan. Pada akhirnya diplomasi digital bukan hanya milik Pemerintah, tetapi merupakan ruang terbuka bagi partisipasi publik di dalamnya.
Jika dalam beberapa kesempatan lalu warganet ‘memilih’ untuk menggaungkan sosok Pak Tarno, mudah-mudahan dalam banyak kesempatan di depan netizen Indonesia bisa juga memilih keistimewaan lain negeri ini untuk disulap menjadi lebih terkenal. Cerita tentang indahnya bentang alam dan budaya kita, potret mengenai unggulnya hasil bumi dan hasil karya kita, atau kisah soal ragam prestasi manusia Indonesia. Saya yakin itu semua tidak jauh dari sekitar kita, hanya menunggu untuk dipilih oleh warganet Indonesia yang budiman.
ADVERTISEMENT
Rasanya setiap menemukan berbagai hal positif dari Indonesia, kita kemudian perlu ingat ungkapan khas Pak Tarno.