Konten dari Pengguna

Gen-Z dan Kebijakan Pendidikan

Irfan Ansori
Pengajar di MAN 2 Tasikmalaya
31 Oktober 2024 11:54 WIB
·
waktu baca 3 menit
comment
0
sosmed-whatsapp-white
copy-link-circle
more-vertical
Tulisan dari Irfan Ansori tidak mewakili pandangan dari redaksi kumparan
Sumber: Pribadi
zoom-in-whitePerbesar
Sumber: Pribadi
ADVERTISEMENT
Oleh: Irfan Ansori*
*Guru MAN 2 Tasikmalaya
Generasi Z (Gen-Z) adalah sebutan kelompok demografis yang lahir pada akhir 1990-an hingga awal 2010-an. Dibesarkan dalam era digital yang serba cepat, mereka memiliki karakteristik yang berbeda dari generasi sebelumnya. Kemampuan adaptasi yang tinggi, kreativitas, dan kecakapan digital menjadi ciri khas. Namun, di balik potensi besar ini, terdapat pula sejumlah tantangan dalam mendidik generasi ini.
ADVERTISEMENT
Salah satu tantangan utama dalam mendidik Generasi Z adalah pendeknya rentang perhatian mereka. Dibombardir oleh informasi dari berbagai perangkat digital, Generasi Z cenderung mudah teralihkan dan membutuhkan stimulasi yang terus-menerus. Metode pembelajaran yang konvensional seperti ceramah panjang dan hafalan akan dirasa kurang efektif. Para pendidik perlu mengembangkan pendekatan yang lebih interaktif dan menarik, seperti penggunaan media sosial, game, dan simulasi.
Preferensi Visual
Gen-Z merupakan generasi yang memiliki preferensi terhadap pembelajaran yang visual dan kolaboratif. Mereka lebih mudah memahami konsep yang abstrak jika disajikan dalam bentuk visual, seperti infografis atau video.
Pada dasarnya, Gen-Z cenderung belajar lebih efektif dalam kelompok, sehingga pendekatan pembelajaran yang berpusat pada siswa (student-centered learning) sangat relevan. Keterampilan abad ke-21 seperti berpikir kritis, pemecahan masalah, dan kreativitas perlu menjadi fokus utama dalam pembelajaran.
ADVERTISEMENT
Saat mendidik Gen Z, Guru tidak hanya sebagai penyampai informasi, tetapi juga sebagai fasilitator dan mentor. Guru harus mampu menciptakan lingkungan belajar yang kondusif, memotivasi siswa, dan memberikan umpan balik yang konstruktif.
Gen-Z tumbuh besar dengan teknologi, sehingga mereka sangat familiar dengan berbagai perangkat digital. Sekolah perlu memanfaatkan teknologi ini untuk meningkatkan kualitas pembelajaran dengan tepat. Penggunaan e-learning, gamifikasi, dan virtual reality adalah beberapa contoh penggunaan teknologi yang dapat membuat pembelajaran lebih menarik.
Tantangan
Selain kecakapan digital, pendidikan karakter juga menjadi hal yang sangat penting. Generasi Z perlu dibekali dengan nilai-nilai seperti integritas, empati, dan tanggung jawab. Generasi Z menghadirkan tantangan dalam pembentukan akhlak dan karakter. Dilingkupi oleh teknologi dan informasi yang melimpah, generasi ini memiliki akses yang tak terbatas pada dunia maya. Namun, di balik kemudahan akses tersebut, tersimpan berbagai tantangan yang perlu diatasi.
ADVERTISEMENT
Orang tua memiliki peran yang sangat penting dalam mendukung pendidikan anak-anak Gen-Z. Mereka perlu menciptakan lingkungan belajar yang kondusif di rumah, memberikan dukungan emosional, dan menjalin komunikasi yang baik dengan sekolah.
Platform-platform digital telah menjadi bagian tak terpisahkan dari kehidupan generasi Z. Sayangnya, paparan konten negatif seperti kekerasan, ujaran kebencian, dan pornografi secara tidak langsung membentuk persepsi dan nilai-nilai mereka. Fenomena FOMO (Fear of Missing Out) mendorong mereka untuk terus terhubung dan mencari validasi dari dunia maya, yang pada akhirnya dapat memicu kecemasan dan depresi.
Ketergantungan pada gadget dapat menghambat perkembangan sosial dan emosional mereka. Kurangnya interaksi sosial langsung membuat mereka kesulitan untuk membangun hubungan yang sehat dengan orang lain. Gen-Z akan cenderung lebih individualistis dan mementingkan diri sendiri.
ADVERTISEMENT
Mereka dihadapkan pada informasi yang begitu banyak dan beragam, sehingga sulit bagi mereka untuk menyaring informasi yang relevan dan akurat. Mereka juga lebih terbuka terhadap berbagai ide dan pandangan, yang terkadang membuat mereka kesulitan untuk menemukan pegangan nilai. Akibatnya, mereka seringkali kesulitan membedakan antara yang benar dan salah.
Kolaborasi
Untuk mengatasi tantangan-tantangan tersebut, diperlukan pendekatan yang komprehensif dan kolaboratif. Pendidikan karakter harus dimulai sejak dini dan dilakukan secara berkelanjutan. Sekolah, keluarga, dan masyarakat harus bekerja sama untuk menciptakan lingkungan yang kondusif bagi tumbuh kembang generasi Z.
Pendidikan Generasi Z merupakan investasi untuk masa depan bangsa. Dengan memahami karakteristik dan kebutuhan generasi ini, kita dapat menciptakan sistem pendidikan yang lebih relevan, efektif, dan inklusif. Tantangan yang dihadapi memang besar, namun dengan kerja sama antara sekolah, orang tua, pemerintah, dan masyarakat, kita dapat mengatasi tantangan tersebut dan mencetak generasi muda yang cerdas, kreatif, dan siap menghadapi masa depan.
ADVERTISEMENT