Tentang KamiPedoman Media SiberKetentuan & Kebijakan PrivasiPanduan KomunitasPeringkat PenulisCara Menulis di kumparanInformasi Kerja SamaBantuanIklanKarir
2024 © PT Dynamo Media Network
Version 1.93.2
Konten dari Pengguna
Menilik Bentuk Feminisme Dalam Film Mariposa
15 Juli 2022 20:36 WIB
Diperbarui 26 Juli 2022 12:31 WIB
Tulisan dari Irmawati tidak mewakili pandangan dari redaksi kumparan
ADVERTISEMENT
Jika berbicara mengenai salah satu sastra feminisme, tentu tidak terlepas dari sifat perempuan yang memperjuangkan hak-haknya, tanpa dibatasi oleh ketidakadilan gender. Salah satunya bisa kita lihat dalam Film Mariposa.
ADVERTISEMENT
Fim Mariposa merupakan film yang diangkat dari sebuah novel yang berjudul Mariposa karya Luluk Hf. Film ini mengangkat tema tentang perjuangan cinta seorang perempuan. Film Mariposa, sebenarnya menjelaskan inti cerita dari filmnya.
Kata Mariposa diambil dari bahasa Spanyol, yang memiliki arti kupu-kupu. Kupu-kupu digambarkan sebagai makhluk yang jika dikejar dia menjauh, namun jika diam dia akan mendekat. Begitulah peran yang dimainkan oleh Iqbal dan Acha.
Kisah mereka bermulai dari pertemuan di kantin sekolah. Pertama kali Acha melihat Iqbal, Acha langsung jatuh cinta. Seperti itulah kata yang diucapkan oleh Acha. Film ini menceritakan tentang kisah cinta anak SMA yang memiliki karakter berlawanan.
Walaupun mereka sama-sama berprestasi di sekolah, namun Iqbal dan Acha mempunyai kehidupan yang berbeda. Acha digambarkan sebagai perempuan cantik, pintar, ambisius, periang dan pantang menyerah.
ADVERTISEMENT
Sedangkan Iqbal digambarkan sebagai laki-laki cuek, dingin, tidak peduli akan cinta dan keras kepala. Walaupun ia memiliki paras yang tampan dan juga pintar, namun tidak ada perempuan yang berani mendekatinya.
Begitu pun Acha, jika kita lihat secara realita tentu laki-laki mana yang bisa menolak perempuan seperti Acha yang hampir sempurna. Namun tidak dengan Iqbal, laki-laki cuek dan dingin. Acha sangat yakin bahwa Iqbal suatu saat bisa suka dengan Acha.
Walau sering kali keyakinan itu dipatahkan oleh sahabatnya sendiri, yang bernama Amanda. Namun, semua itu tidak menghalangi semangat Acha untuk memperjuangkan cintanya. Segala cara Acha lakukan untuk menarik perhatian dari Iqbal.
Hingga pada titik di mana Iqbal merasa muak dengan segala kelakuan Acha yang menurutnya sangat mengganggu. Saat itu pun secara langsung Iqbal mengatakan bahwa Acha itu perempuan murahan yang tidak tahu malu.
ADVERTISEMENT
Sudah ditolak berkali-kali, tetapi masih saja mengejar-ngejar. Mendengar semua pernyataan itu Acha pun terdiam dan menangis. Amanda yang melihat sahabatnya dipermalukan di depan umum, merasa tidak terima.
Menurutnya, tindakan Acha ke Iqbal itu bukan suatu yang rendah atau pun murahan. Tapi Acha hanya memperjuangkan cintanya, Acha hanya mengejar satu laki-laki, bukan mendekati banyak lelaki. Acha itu tulus.
Kesalahan Acha hanya satu, jatuh cinta kepada laki-laki yang tidak memiliki hati. Di saat itu pun Acha mulai pasrah dan mengikuti saran sahabatnya untuk berhenti mengejar Iqbal. Dengan sekuat tenaga Acha terpaksa harus bersikap dingin dan cuek terhadap Iqbal.
Walau hatinya sudah sering kali dipatahkan, namun jauh di lubuk hatinya masih saja dia merasa tidak kuat jika harus menjauhi Iqbal. dan dengan segala perubahan Acha, sontak membuat Iqbal heran beberapa hari ini.
ADVERTISEMENT
Iqbal merasa sepi, dan rupanya diam-diam Iqbal merindukan Acha, hanya saja gengsi dan sikapnya yang dingin terlalu kuat. Tak disangka Iqbal mulai menyimpan rasa yang sebenarnya sudah ada entah kapan, hanya saja Iqbal terlalu pandai membohongi hatinya sendiri.
Dari segi feminisme, sosok Acha dalam Film Mariposa mengajarkan kita untuk memperjuangkan apa yang kita inginkan. Seperti halnya cinta, Perempuan boleh memulai atau mengutarakan persaannya terlebih dahulu.
Tidak hanya laki-laki yang bisa memilih. Perempuan juga memiliki hak yang sama untuk memilih, bukan hanya dipilih. Film ini pun mematahkan statement masyarakat, bahwa tindakan yang dilakukan Acha sama sekali tidak menurunkan harga diri perempuan.
Selain itu film ini juga membuka pikiran masyarakat, bahwa perempuan pintar dan cerdas tidak selalu culun, kurang pergaulan, dan tidak cantik. Hal ini pun tergambar oleh sosok Acha, perempuan yang nyaris sempurna dalam Film Mariposa.
ADVERTISEMENT