Konten dari Pengguna

Ikonografi dan Giorgio Jan

Irvan Sidik
Peneliti Fauna Reptil & Amfibi Pusat Riset Biosistematika dan Evolusi-BRIN
5 Juli 2024 19:07 WIB
·
waktu baca 4 menit
comment
4
sosmed-whatsapp-white
copy-link-circle
more-vertical
Tulisan dari Irvan Sidik tidak mewakili pandangan dari redaksi kumparan
ADVERTISEMENT
Ikonografi
Pada Zaman Mesir Kuno sekitar tahun 3150 Sebelum Masehi suatu dokumentasi berbentuk relief yang menyiratkan peradaban saat itu terukir di dinding batu piramida dan kuil-kuil. Representasi dalam pengerjaan materi bergambar ini lebih terpengaruh elemen dengan gaya artistik seni. Interpretasi subjek yang digambarkan, komposisi dan detailnya dilukiskan sebagai suatu ilustrasi perwakilan dari penyampaian dimensi spiritual yang kental saat itu.
ADVERTISEMENT
Orang Mesir kuno biasanya menggambarkan objek binatang dalam bentuk dan gaya yang menunjukkan kesan fiktif dalam menyampaikan makna simbolis untuk menghormati dewa mereka. Sebagai contoh lukisan binatang yang diasosiasikan dengan dewi Bastet mengambil gambar kucing atau wanita berkepala kucing.
Menurut mitologi Mesir, dewi Bastet sebagai dewi perlindungan zaman itu. Sebaliknya, Apophis adalah dewa jahat, sering digambarkan sebagai ular raksasa yang berukuran besar. Dewa ini dianggap sebagai perwujudan kekacauan, kehancuran, dan kegelapan.
Kemungkinan besar lukisan-lukisan tersebut digunakan dalam menyampaikan suatu dimensi dari apa yang digambarkan dengan menggabungkan antara alam dan simbol binatang sebagai makna spiritual. Dalam penggunaan visual yang memanfaatkan simbol-simbol untuk mewakili objek tertentu ini disebut sebagai Ikonografi (Iconography).
ADVERTISEMENT
Arti harfiah dari ikonografi itu sendiri adalah materi bergambar (ikon), berkaitan dengan makna yang mengilustrasikan terhadap gambaran sesuatu subjek. Penggunaan ikonografi binatang ini berlanjut terus sepanjang peradaban manusia dengan berbagai pengaruh budayanya.
Namun demikian, ikonografi dengan lukisan dalam seni cadas yang menyiratkan simbolis bertorehkan figuratif binatang, sebenarnya telah terpatri seiring sejarah panjang kebudayaan manusia. Dan, siapa sangka ternyata lukisan gua paling tua berasal dari Indonesia yaitu di gua Leang Tedongnge, kawasan karst Maros-Pangkep, Sulawesi Selatan.
Menurut para Arkeolog sketsa dinding gua yang membentuk gambaran binatang babi (Gambar 1), dilukis dengan pigmen oker merah tua dan diyakini dibuat sekitar 45.500 tahun yang lalu (Pleistosen Akhir).
Padahal pada zaman itu, yang dikenal juga dengan nama Zaman Batu Tua, manusia masih menggunakan perkakas yang sederhana terbuat dari batu kasar dan belum diasah. Tetapi keindahan lukisan dinding bersahaja (primitif) itu bisa mencerminkan representasi morfologis binatang yang dilukisnya.
ADVERTISEMENT
Gambar 1. Figuratif babi pada dinding gua Leang Tedongnge (sumber foto: A.A. Oktaviana, ARKENAS/Griffith University)
Sekilas Riwayat Giorgio Jan
Pada dekade tahun 1860an, ilustrasi pada artikel maupun buku bidang biologi masih kental menggunakan ikonografi untuk melengkapi dokumentasi tulisan ilmiah dengan sketsa gambar. Walaupun penggunaan citra tersebut tidak sebaik dan sedetil saat ini dengan teknik fotografi, akan tetapi sudah dapat menjelaskan perbedaan spesies satu dengan yang lainnya.
Sebagai contoh, pada tahun 1864 monograf ilmiah yang berkaitan dengan keragaman spesies ular dari berbagai belahan bumi dan telah dilengkapi dengan ilustrasi dengan gambar yang bagus pernah diterbitkan. Monograf yang berbahasa perancis dengan judul “Iconographie Générale Des Ophidien” (Ikonografi Umum Ophidia) tersebut disusun oleh Giorgio Jan dan dibantu penggambaran ilustrasinya oleh Ferdinando Sordelli seorang naturalis sekaligus artis.
ADVERTISEMENT
Giorgio Jan (21 Desember 1791 - 8 Mei 1866) adalah seorang profesor berkebangsaan Italia yang ahli dalam bidang taksonomi hewan, tumbuhan dan direktur pertama dari Museo Civico di Storia Naturale (museum sejarah alam) di Milan, Italia. Jan memiliki peranan penting sebagai pendiri dan pengembangan museum tersebut yang juga merupakan museum sejarah alam tertua di Italia.
Minat utama Jan sesungguhnya dibidang botani akan tetapi karena dia juga menyukai pengetahuan mengenai alam dan ilmu hayati (natural history), bersama Giuseppe de Cristoforis menerbitkan banyak katalog spesimen dan mendeskripsi spesies baru hewan invertebrata.
Tidak hanya penemuan spesies baru serangga dan moluska saja dalam bidang Herpetologi, Jan telah mendeskripsikan lebih 85 spesies baru ular, dan mendapat kehormatan dari para taksonomis dengan menyematkan namanya pada beberapa spesies ular seperti halnya, Hypsiglena jani, Prosymna janii, dan subspesies Pituophis deppei jani. Sayangnya, sebelum buku monograf tersebut terselesaikan, pada tahun 1866 Jan meninggal akan tetapi Sordelli berhasil merampungkan dan menerbitkan dalam beberapa bagian buku.
ADVERTISEMENT
Kontribusi Giorgio Jan terhadap ilmu pengetahuan di bidang herpetologi yaitu menghasilkan monograf yang komprehensif dan hingga saat ini menjadi salah satu karya ilustrasi paling berguna dan masih dipakai para herpetologis tentang spesies ular. Iconographie ini mencakup 300 halaman ilustrasi yang digambar oleh Sordelli dengan lebih dari 8.500 figur individu yang menggambarkan 953 spesies ular secara keseluruhan, dan 22 publikasi tambahan.
Selain itu, Jan juga menuangkan deskripsi Calamaria linnaei menjadi beberapa subspesies (Gambar 2) yang diyakininya memiliki karakter-karakter yang berbeda satu individu spesies dengan lainnya. Sampai saat ini, banyak herpetologis khususnya para ahli ular terus melakukan penelitian sistematika untuk terus berlanjut membuat karakterisasi subspesies-subspesies tersebut berdasarkan ikonografi figur yang digambar oleh Sordelli.
ADVERTISEMENT
Cakupan global dari buah karya Jan diperindah ilustrasi gambar tangan Sordelli menjadikan Iconographie Générale Des Ophidien merupakan panduan lengkap dan menyeluruh yang sangat berharga serta layak untuk dipelajari oleh setiap ahli herpetologi.
Gambar 2. Ikonografi beberapa subspesies dari marga Calamaria (sumber: Iconographie Générale Des Ophidien)