Konten dari Pengguna

Mengalahkan Musuh Terbesar Berkendara Jauh dengan All New Toyota Rush

Irvanuddin Rahman
I write therefore I am
14 Februari 2018 1:29 WIB
clock
Diperbarui 14 Maret 2019 21:11 WIB
comment
0
sosmed-whatsapp-white
copy-link-circle
more-vertical
Tulisan dari Irvanuddin Rahman tidak mewakili pandangan dari redaksi kumparan
ADVERTISEMENT
Masih di hari pertama, Road Trip Kumparan with All New Toyota Rush dimulai dalam beberapa menit ke depan. Sebelum 5 unit All New Toyota Rush dijajal oleh 20 peserta dari Jakarta dan Surabaya, kami dibagi dalam 5 kelompok (sesuai jumlah mobil) satu kelompok diisi peserta dari Jakarta dan Surabaya dengan komposisi 50:50. Saya kebagian di kelompok Rush 2 bersama Aris (@absalbachtiar), Fitra (@debumalam) dan Fahmi (@fahmiadimara) Alhasil, kosa kata bahasa Surabaya saya pun bertambah, sayangnya saya gak bisa tulis di sini.
Mengalahkan Musuh Terbesar Berkendara Jauh dengan All New Toyota Rush
zoom-in-whitePerbesar
Lagi-lagi sensasi anak Sultan, kami dibagikan 2 goodie bag kece dari kumparan dan Toyota yang isinya 3 kaos, 1 jaket, 1 Sony headphone, dan 1 boneka (mungkin untuk temen ngobrol kalo dapet temen 1 tim yang menganut paham don't talk with strangers.) Tidak sampai situ saja, kemunculan tim kumparan kesayangan kami semua, Sakinah (@saqeey), di tiap-tiap jendela mobil kami terasa bak angin surga. Karena kemunculannya sembari membagikan amplop putih yang berisi 'tujuan hidup" bagi sebagian besar umat manusia. Pantengin terus ya kalo mau tau sensasi anak sultan lainnya yang saya rasakan selama kegiatan ini.
ADVERTISEMENT
Pukul 14.00 kami cuss ke arah Pasuruan dengan tujuan akhir Banyuwangi. 5 mobil peserta, 2 mobil crew, 1 mobil Road Captain, 1 mobil tim dokumentasi, dan 1 mobil Patroli Pengawal siap melaju dan menyita pandangan para pengguna jalan siang itu. Ini adalah pengalaman kedua buat saya konvoi dengan bantuan Patwal, sebelumnya waktu jaman putih abu-abu, iya SOTR, iya gaya-gayaan. Tapi waktu itu gak begitu berasa karena saya milih ngendarain roda dua dan beraksi sebagai stopper. Pertimbangan saya waktu itu rasanya lebih menantang nyetopin kendaraan lain di persimpangan-persimpangan jalan (iya, saya tahu, mohon dimaafin ya namanya juga anak muda). Tapi di road trip ini mau gak mau saya harus ngerasain nyetir dengan pengawalan Patwal, karena ya kasihan aja sama yang nyetir kalo 293 KM mesti disikat sendiri. Berlindung dengan tameng menghormati warga lokal, akhirnya Fahmi yang ambil giliran pertama nyetir, padahal mah emang karena mata ini udah gak bisa aja kalo gak segera pejam dengan durasi yang agak lebih lama (tuh, udah make kacamata item aja padahal masih di dalem ruangan)
Mengalahkan Musuh Terbesar Berkendara Jauh dengan All New Toyota Rush (1)
zoom-in-whitePerbesar
Full Team (Foto: Aditia Noviansyah / Kumparan)
ADVERTISEMENT
Sirine Patwal dinyalakan, iring-iringan pun dimulai. Melalui handheld transceiver yang dimiliki masing-masing mobil, semua dikomandoi untuk terus menyalakan Advanced Tech LED Headlamp yang dimiliki All New Toyota Rush selama konvoi. Perjalanan 293 KM siang itu memakan waktu sekitar 9 jam. Saya langsung menggunakan kesempatan ini untuk memejamkan mata agar ketika saatnya gantian nyetir setidaknya sudah gak beler-beler amat, tentu saja setelah mengambil beberapa stock shot video untuk keperluan dokumentasi.
Saya terbangun ketika akan menepi untuk beristirahat dan mengisi perut, Handayani Golf and Restaurant di daerah Wisata Paiton dipilih untuk menunaikan hal tersebut. Sembari menunggu hidangan makan malam yang sudah disiapkan untuk rombongan kami, ada games dari tim Kumparan yang berhadiah voucher belanja. Gamesnya simple, jauh-jauhan mukul bola golf. Dari semua yang menjajal, terlihat tidak ada yang beneran pemain golf, kebayang kan keseruan yang muncul dari kekonyolan-kekonyolan yang terjadi. Dari sini saya jadi paham, bahwa rombongan kami ini memiliki tingkat kerecehan yang kurang lebih sama. Sungguh modal yang sangat baik buat dua hari ke depan.
ADVERTISEMENT
Makan malam datang, lauknya bukan kepalang. Ayam goreng, sayur mayur, ikan bakar dan goreng tersedia di meja, dan tentu saja tidak perlu pusing ke meja kasir setelah selesai makan, benar-benar anak sultan. Ada satu menu yang menyita perhatian saya saat makan malam itu, ikan bakar. Untuk menu yang satu ini saya biasanya hanya memakan Ikan Gurame, karena tidak memiliki duri-duri yang sangat mengganggu tempo menyantap makanan seperti Ikan Mas misalnya. Seselesainya makan, saya tanya salah satu pramusaji ikan apa yang dibakar tersebut. Sekarang saya jadi punya pilihan lain untuk menu ikan bakar, namanya Ikan Dorang.
Mengalahkan Musuh Terbesar Berkendara Jauh dengan All New Toyota Rush (2)
zoom-in-whitePerbesar
Makan Malam di Handayani Golf and Restaurant (Foto: Aditia Noviansyah / Kumparan)
Perjalanan menuju Banyuwangi dlanjutkan, giliran saya menjajal ketangguhan All New Toyota Rush. Awalnya rada kagok karena biasa nyetir dengan manual transmision , kebetulan Rush 2 kebagian mobil yang automatic transmision. Kesan pertama saya saat mengemudi mobil ini adalah elegant. Keanggunan tersebut terpancar dari dashboard yang sangat lembut, head unit yang canggih dan lengkap; DVD AVX 7", radio, USB, CD, Bluetooth, koneksi dengan iPod/iPhone, 7 lampu indikator sabuk pengaman, kamera belakang untuk parkir, dan satu lagi, 8 surround sound speakers. Hal ini sangat penting buat saya berkendara supaya selalu dalam kondisi good mood.
Mengalahkan Musuh Terbesar Berkendara Jauh dengan All New Toyota Rush (3)
zoom-in-whitePerbesar
Shining Lights (Foto: Aditia Noviansyah / Kumparan)
ADVERTISEMENT
Selain itu, kenyamanan saat berkendara juga yang harus saya highlight disini. Ada 2 musuh terbesar saat berkendara jarak jauh, kelelahan badan dan kelelahan mata atau sebut saja kantuk. Selama mengendarai All New Toyota Rush ini saya pastikan saya dapat mengalahkan salah satu musuh terbesar itu.
Setelah berkendara selama kurang lebih 5 jam, akhirnya kami sampai di pemberhentian semi permanen kami malam itu, Hotel Santika. Berkelas bintang 3 adalah sudah sebuah kemewahan buat saya yang intensitas tidur di hotelnya selama 1 tahun masih bisa dihitung dengan jari. Tidak banyak yang dilakukan ketika sampai di hotel malam itu, karena rasanya badan ini sudah tidak sabar untuk segera menyerahkan diri pada kasur berbalut sprei putih halus yang tersangkut kencang di keempat sisinya itu. Ditambah lagi keesokan paginya sudah harus bangun lebih awal untuk persiapan perjalanan ke Taman Nasional Baluran.
ADVERTISEMENT