Tentang KamiPedoman Media SiberKetentuan & Kebijakan PrivasiPanduan KomunitasPeringkat PenulisCara Menulis di kumparanInformasi Kerja SamaBantuanIklanKarir
2024 © PT Dynamo Media Network
Version 1.93.2
Konten dari Pengguna
Beragam Rasa di Satu Cangkir Kopi
29 Desember 2021 18:18 WIB
·
waktu baca 6 menitTulisan dari Irwan Aulian Mulyana tidak mewakili pandangan dari redaksi kumparan
ADVERTISEMENT
Pada siang hari saat jam istirahat kerjaku telah tiba. Aku selalu rutin datang ke sebuah kedai kopi langgananku yang jaraknya tidak jauh dari tempat kerjaku. Kedai kopi tersebut sangat berbeda dengan kedai kopi lainnya. Tempat tersebut memiliki gaya khas Italia dengan barang-barang antik di dalamnya.
ADVERTISEMENT
Terdapat kerajinan marmer, kerajinan keramik, miniatur, dan lukisan-lukisan yang indah. Corak bangunan kedai kopi itu memiliki gaya yang unik. Pada dinding bangunan terdapat ukiran Menara Pisa dan Colosseum yang lengkap dengan lukisan-lukisan dari Italia. Hari ini banyak sekali hal luar biasa yang terjadi di kedai kopi tersebut.
Aroma seduhan kopi sudah tercium dari jarak beberapa meter, dekat pintu masuk kedai kopi tersebut. Aku membuka pintu kedai kopi itu dan langsung masuk ke dalam.
Ternyata sudah banyak pelanggan yang duduk di sana sembari meminum satu hingga beberapa cangkir kopi dan saling mengobrol dengan temannya masing-masing. Ada juga yang sedang mengobrol dengan pengunjung baru lainnya.
Tanpa berpikir panjang, aku langsung menuju ke tempat duduk yang berada di paling belakang, tepat di bawah lukisan Renaisans. Aku memang selalu duduk di sana setiap berkunjung ke kedai kopi tersebut. Dari sudut itu aku dapat melihat semua suasana dan juga aktivitas yang ada di dalam kedai kopi tersebut.
ADVERTISEMENT
“Come al solito” ucapku pada barista kedai kopi tersebut. Aku berkata padanya dengan menggunakan bahasa Italia agar dia membuatkan pesananku sama seperti biasanya. Saat itu aku berkata kepada barista tersebut untuk memberikan satu cangkir cappuccino yang sangat aku suka.
Dia pun membalas, “va bene, aspetta un minuto.” Dia akan segera membuat pesananku dan menyuruh diriku untuk menunggu sesaat. Tentunya dia sudah tahu akan hal itu, karena aku selalu memesan satu cangkir cappucinno setiap kali berkunjung ke sana.
Sembari menunggu cappuccino yang aku pesan tadi, aku selalu memperhatikan lingkungan sekitar. Banyak sekali pengunjung yang datang dari segala kalangan, setidaknya hanya untuk meminum satu cangkir kopi. Mulai dari anak sekolah, mahasiswa, pekerja kantoran, hingga lansia yang sudah lama menyukai minuman dengan aroma dan cita rasa yang khas ini.
ADVERTISEMENT
Di tempat duduk paling depan dekat pintu masuk, aku melihat ada pria tua yang memakai kacamata dengan kalung emas yang berkilauan di lehernya. Dia sedang meminum espresso panas, yaitu kopi hitam yang sangat kuat cita rasanya.
Dia selalu memberi senyum khas padaku setiap aku berjalan melewatinya. Aku selalu membalas senyuman itu sambil menahan tawa. Hal itu aku lakukan karena bukan tanpa alasan. Ketika kakek itu tersenyum, aku tidak melihat adanya gigi di dalam mulutnya, melainkan hanya gusi berwarna merah muda yang terlihat di balik senyumannya itu.
Di tempat duduk dekat kasir, tepatnya di sudut yang berlawanan dengan tempat dudukku. Di sana ada gadis manis yang selalu aku perhatikan setiap kali aku berkunjung ke kedai kopi tersebut. Dia memiliki rambut pendek dan bagian belakang rambutnya itu selalu terikat dengan sedikit terurai.
ADVERTISEMENT
Hal tersebut yang sangat membuat diriku terpana ketika memandangi dirinya. Aku selalu melihat dia memesan latte dan meminumnya sendirian, tanpa ada teman yang bicara di sampingnya. Alasan dirinya selalu memesan latte mungkin karena latte itu memang sangat populer di kalangan anak muda pecinta kopi seperti dirinya. Latte juga sangat berbeda dengan cappuccino.
Latte merupakan espresso dengan kombinasi susu yang sudah dibuat sedikit agak panas dengan cara dikukus menggunakan uap air. Dalam satu cangkir latte, satu per tiga berisi espresso, setengah isinya berisi susu, dan satu per enam sisanya adalah busa susu.
Berdasarkan komposisi itu, latte memiliki cita rasa kopi yang lebih ringan daripada cappuccino. Ingin sekali rasanya jika suatu hari nanti aku bisa duduk di sampingnya. Mungkin hanya untuk sekadar meminum cappuccino ataupun latte dan mengobrol berdua dengannya. Entah itu membahas suka duka kehidupan, maupun masa depan bersamanya nanti.
ADVERTISEMENT
Suasana di dalam kedai kopi tersebut sangat mengasyikkan. Dengan suasana seperti itu, aku dapat dengan mudah menghilangkan stres dan lelah setelah bekerja, ditambah dengan satu cangkir kopi yang dapat membuat diriku fresh kembali.
Dia pun datang, orang sudah aku nanti sedari tadi. Dia selalu datang bersama dengan senyuman manis yang melekat di bibirnya. Dia adalah seseorang yang membawakan sesuatu yang sudah aku nanti sejak tadi. “Questo e il tuo ordine, si prega di godere.” Ucapnya sambil tersenyum manis ke padaku. Dia pun menaruh satu cangkir cappucinno di mejaku. Dia berkata jika pesananku sudah siap untuk aku minum. Cappucinno ini terdiri dari espresso yang dicampur dengan susu cair dan busa susu atau foam di atasnya.
ADVERTISEMENT
Aku pun membalas ucapannya, “grazie, sei molto dolce oggi” sambil membalas senyumannya. Dia kembali ke belakang untuk mengambil pesanan pelanggan lainnya.
Sebelum aku meminum cappucinno tersebut, aku selalu memeriksa isi cangkir pada setiap kopi yang ingin aku minum terlebih dahulu. Aku selalu melakukan hal tersebut, karena sebelumnya aku pernah mengalami suatu hal yang tidak mengenakkan, sekaligus selalu membuatku tertawa sendiri jika mengingat hal tersebut.
Ketika aku masih kuliah dulu, aku pernah berkunjung ke salah satu kedai kopi di kampusku. Saat itu aku memesan latte, rasanya sangat nikmat dan aku sangat menyukainya. Aku meminum latte tersebut sambil mengerjakan tugas kuliah.
Karena terlalu fokus terhadap tugas, ketika itu aku tidak melihat isi cangkir kopiku yang sudah setengahnya aku minum. Setelah kurasa latte milikku sudah tidak panas lagi, aku berniat meminum semuanya. Aku memandang isi cangkir tersebut, ternyata ada sesuatu di dalamnya.
ADVERTISEMENT
Ada seekor lalat yang mengambang pada permukaan latte milikku. Aku sangat merasa kesal pada saat itu. Aku pun tidak tahu sejak kapan lalat itu sudah berada di dalam latte milikku. Aku mengambil sendok dan langsung mengambil lalat itu, lalu membuangnya begitu saja. Setelah itu aku melihat sekitarku terlebih dahulu, aku takut jika ada seseorang yang sedang memperhatikanku.
Setelah aku memastikan jika tidak ada yang memperhatikanku, tanpa berpikir panjang aku langsung meminum sisa latte itu. Aku menghiraukan lalat yang sudah aku buang tadi karena aku sudah telanjur meminum sebagian latte itu, ditambah saat itu aku sedang merasa sangat kehausan. Hal tersebut yang membuatku selalu memeriksa isi cangkir kopiku terlebih dahulu sebelum meminumnya.
ADVERTISEMENT
Setelah aku memastikan jika tidak ada sesuatu dalam cappucinno milikku itu, aku pun meminumnya secara perlahan sambil mencium aroma kopi tersebut dan cita rasanya yang khas. Dari kejauhan, aku melihat perempuan manis yang duduk di dekat kasir itu sedang memandang diriku sambil tersenyum kecil melihatku. Pada awalnya aku berpikir jika dirinya terpana dengan ketampananku, aku pun sesekali mengedipkan mataku padanya. “Ternyata aku ini memang sangat menarik di mata semua perempuan” ucapku dalam hati dengan sangat bangga.
Tidak berapa lama, dia melirik ke arahku sambil sesekali menunjuk bagian atas bibirnya. Aku pun bingung, lalu aku memeriksa bagian atas bibirku sambil berkaca pada layar ponsel. Ternyata ada foam cappucinno yang menempel di bagian atas bibirku. Aku sangat tersipu malu ketika itu. Perempuan itu kembali tersenyum saat aku berusaha menghilangkan foam tersebut. “Ternyata aku tidak menarik seperti perkiraanku. Aku merasa sangat malu” ucapku dalam hati sambil tersenyum pada perempuan tersebut.
ADVERTISEMENT
Setelah kejadian itu, aku berusaha untuk berkenalan dengan perempuan cantik tersebut. Setelah kami berdua saling mengenal satu sama lain, akhirnya kami berdua selalu pergi bersama-sama untuk sekadar meminum cappucinno maupun varian kopi lainnya di kedai kopi tersebut sampai saat ini.
Itulah beberapa kejadian yang sudah aku alami pada hari itu di kedai kopi itu. Dalam bahasa Italia una tazza di caffè mempunyai arti satu cangkir kopi. Mungkin hanya satu cangkir kopi saja yang aku minum pada hari itu, tetapi rasa di dalamnya sangat beragam, termasuk rasa cintaku pada perempuan tersebut.