Tentang KamiPedoman Media SiberKetentuan & Kebijakan PrivasiPanduan KomunitasPeringkat PenulisCara Menulis di kumparanInformasi Kerja SamaBantuanIklanKarir
2024 © PT Dynamo Media Network
Version 1.93.2
Konten dari Pengguna
Proksi Triple H: Hamas, Hizbullah, Houthi, dan Peran Iran dibalik Layar
12 Desember 2024 16:54 WIB
·
waktu baca 7 menitTulisan dari Ari Budi Setyawan tidak mewakili pandangan dari redaksi kumparan
Apa itu Proksi Militan?
ADVERTISEMENT
Menurut Duner (1981) , proksi adalah pihak domestik yang dipaksa oleh sponsor asing untuk ikut campur tangan dalam konflik internal atas namanya. Proksi militan adalah suatu kelompok militer perang yang biasanya digunakan secara tidak langsung oleh sebuah subjek kekuatan atau negara. Proksi menjadi sebuah opsi agar keterlibatan negara sponsor bersifat tersirat. Realisme di dalam hubungan internasional untuk mempertahankan suatu negara dilakukan oleh Iran menggunakan proksi di Timur Tengah agar tetap eksis.
ADVERTISEMENT
Hamas, Hizbullah, dan Houthi merupakan suatu kelompok proksi militan yang didukung oleh Iran. Negara yang berada di Timur Tengah tersebut memiliki agenda tersembunyi bagi proksi-proksi militer yang tak lain adalah perpanjangan tangannya. Proyek ini dilakukan untuk mendukung kebijakan luar negeri Iran khususnya di Timur Tengah. Kelompok proksi yang terafiliasi bekerja sama dengan Iran yaitu sebagai berikut:
A. Hamas
Hamas atau Harakat al-Muqawamah al-Islamiyyah merupakan salah satu proksi militan yang didukung oleh Iran untuk wilayah Palestina terutama di jalur Gaza. Sejarah mengenai organisasi Hamas adalah suatu kelompok militan Islam yang terbentuk pada tahun 1987. Organisasi ini awalnya didirikan oleh Ikhwanul Muslimin cabang Gaza, sebuah organisasi Islam yang berpusat di Mesir. Tonggak awal organisasi ini juga didirikan karena peristiwa Intifada I yang terjadi pada tahun 1987. Pada saat itu pemimpin Ikhwanul Muslimin, Syekh Ahmed Yassin tidak tega melihat rakyat Palestina yang dibantai pada saat peristiwa Intifada. Reaksi ini pun memicu sebuah kontroversi, sehingga muncullah pergerakan perlawanan yang disebut dengan Hamas.
ADVERTISEMENT
Hamas memiliki tujuan yang sama dengan PLO atau Palestine Liberation Organization yaitu untuk memperjuangkan kemerdekaan Palestina. Cara dari kedua organisasi inilah yang menjadi pembeda untuk memperjuangkan kemerdekaan Palestina. Hamas memilih dengan cara pendekatan militer dan kekerasan berbeda dengan PLO yang memilih dengan cara-cara sekuler dan jalur yang tidak menimbulkan kerusakan.
B. Hizbullah
Hizbullah atau yang memiliki arti “Partai Tuhan” merupakan salah satu organisasi ulama sekaligus partai politik yang berpengaruh di Lebanon. Hizbullah merupakan partai yang bersayap politik, agama, dan militer yang juga mendominasi di Lebanon. Berdirinya Hizbullah di latar belakangi oleh perang sipil yang terjadi di Lebanon pada tahun 1975-1990. Tonggak awalnya adalah pada tahun 1982 yang dipimpin oleh Abbas Al-Musawi. Tujuan berdirinya organisasi ini berawal dari latar belakang karena pergerakan Zionisme Israel yang menduduki Lebanon.
ADVERTISEMENT
Selain itu, berdirinya organisasi ini tidak lepas dari peristiwa Revolusi Islam Iran pada tahun 1979. Organisasi ini juga didukung oleh negara Syiah lain seperti Iran dan Suriah yang menjadikannya proksi baru di Timur Tengah. Dukungan seperti senjata, personel militer, pelatihan, dan lain-lain diberikan oleh Iran kepada Hizbullah. Tahun 2000 Hizbullah berhasil memukul mundur tentara IDF Israel dan mengusirnya dari wilayah Lebanon. Peristiwa ini menjadikan Hizbullah sebagai salah satu organisasi Syiah sekaligus partai politik yang diperhitungkan keberadaannya di Lebanon serta Timur Tengah. Gerakan militer Hizbullah mereda pada tahun 2006, dan selama itu Hizbullah berusaha terus untuk memperluas pengaruh politiknya terutama di Lebanon. Eskalasi senjata Hizbullah terjadi kembali ketika Israel menyerang Beirut pada akhir Oktober 2024.
ADVERTISEMENT
C. Houthi
Houthi merupakan sebuah organisasi Islam Syiah yang berada di Yaman. Houthi merupakan organisasi yang berdiri sebagai oposisi pemerintah Yaman dan menentang segala pengaruh Amerika Serikat (AS). Houthi memiliki tujuan untuk menumpas segala hal yang mengandung barat, seperti AS, Israel, dan Yahudi. Organisasi ini mulanya berdiri pada awal tahun 1990-an. Houthi melakukan gerakan progresif di Timur Tengah yang tentunya tidak lepas dari campur tangan Iran. Iran memberikan pelatihan militer bagi milisi-milisi Houthi di Yaman.
Pengaruh dari Iran ini juga tak lepas dari serangan Houthi di Laut Merah. Pihak Houthi selalu menganulir pernyataan-pernyataan yang telah dilontarkan tersebut. Houthi juga melakukan pergerakan untuk melawan ideologi Sunni yang berasal dari Arab Saudi. Houthi telah menguasai wilayah Sanaa di Yaman dan menggulingkan pemerintah Presiden Ali Abdullah Saleh yang dianggap korup. Perang sipil yang pun pecah di Yaman pada tahun 2014 antara pihak pemerintah dan pemberontak. Houthi menjadi proksi yang ikut andil perang ideologi antara Iran dan Arab Saudi di Yaman. Houthi yang berada di oposisi dibantu oleh Iran sedangkan di sisi pemerintah Yaman diberikan bantuan oleh Arab Saudi.
ADVERTISEMENT
Pembahasan
1. Kucing Persia vs Burung Rajawali
Kebijakan luar negeri Iran dan Amerika Serikat (AS) nampak mirip seperti kucing persia dan burung rajawali yang sedang bertengkar. Kebijakan luar negeri Iran selalu mencoba manganulir pengaruh AS di Timur Tengah. Meskipun demikian AS dan Iran pernah menjadi sekutu baik di era pemerintahan Raja Reza Shah Pahlevi sebelum Revolusi Islam pada tahun 1979. Semua menjadi berubah sejak rezim pemerintahan Ayatollah Khoemini memimpin Iran. Ayatollah Khoemini merupakan pemimpin tertinggi pertama Iran setelah Revolusi Islam pada tahun 1979. Khoemini membentuk sistem pemerintahan baru dengan ideologi Islam yang dipimpin oleh ulama.
Ideologi ini bertolak belakang dengan yang digunakan di era Reza Shah dan menjadi momok utama AS menekan Iran. Iran menjadi salah satu negara yang menentang seluruh pengaruh kebijakan luar negeri milik AS di Timur Tengah. Disinilah kehebatan kucing persia dipertaruhkan, seperti adanya tekanan dan sanksi dari AS. Sanksi-sanksi embargo menjadi fokus utama AS untuk menundukkan Iran. AS selalu mendukung negara-negara tetangga Iran seperti Arab Saudi dan Israel untuk melawan dominasi Iran.
ADVERTISEMENT
Pernyataan di atas menjadi bukti bahwa Iran sulit ditundukkan tidak seperti negara-negara Arab yang tunduk terhadap AS. Iran memanfaatkan kebijakan luar negerinya untuk mendukung proksi-proksi militan agar menekan meluasnya pengaruh AS di Timur Tengah. Tentunya dorongan ini menjadi media promosi bagi Iran dibalik perluasan ideologi Syiah di Timur Tengah.
2. Rezim Anti-Zionisme dan Antisemitisme
Rezim pemerintahan Revolusi Islam era Ayatollah Khoemini sangat menentang adanya negara Israel dan Yahudi. Paham-paham seperti anti-Zionisme dan antisemitisme pun bermunculan. Republik Islam Iran menyatakan bahwa negara Israel haruslah dihapuskan dari peta. Pendapat ini dikemukakan oleh Presiden Mahmoud Ahmadinejad. Pernyataan ini pun sontak mendapat respon beragam dari negara-negara di seluruh belahan dunia. Tentunya pernyataan ini mendapat respon penolakan dari negara-negara barat dan sekutunya. Motivasi ini menjadi dorongan bagi Iran untuk menumpas kaum Yahudi dan Zionis Israel.
ADVERTISEMENT
Melalui proksi-proksi militan yang dimilikinya Iran menyalurkan berbagai macam bantuan secara logistik maupun sosial di negara-negara proksi. Iran berdiri paling depan untuk menentang adanya negara Israel melalui proksi-proksi yang ada. Seperti contohnya dengan Hizbullah yang ada di Lebanon, Iran berhasil membantu memukul mundur pendudukan ilegal Israel pada tahun 2000. Di sisi lain, bantuan peralatan dan alutsista militer ke Hamas di Palestina untuk melawan Israel dengan eskalasi senjata yang berlansgung sejak 7 Oktober 2023 hingga saat ini. Begitu juga kepada Houthi yang memberikan bantuan artileri dan alutsista militer untuk menyerang kapal-kapal Amerika dan Inggris di Laut Merah sebagai bentuk dari anti-Zionisme dan antisemitisme.
3. Penyebaran Ideologi Islam Syiah
Iran sangat mendukung proksi-proksi yang ada karena berfungsi sebagai media promosi paham aliran Islam Syiah. Dukungan Iran terhadap Hizbullah terbukti berhasil memberikan kesempatan bagi masyarakat menyumbangkan suara untuk organisasi Syiah di kancah perpolitikan Lebanon. Tak hanya perpolitikan, masyarakat di Lebanon banyak memilih bantuan Hizbullah daripada dari pemerintah. Hal ini menjadi nada positif bagi Iran yang menyebarkan ideologinya di Timur Tengah.
ADVERTISEMENT
Iran sendiri juga membuat Syiah menjadi ideologi tandingan di Timur Tengah untuk aliran Sunni yang ada di Arab. Iran menggunakan organisasi Houthi di Yaman untuk mengusik Arab Saudi. Walaupun hal ini berseberangan dengan Hamas yang beraliran Sunni namun Iran tetap membantu karena alasan strategis Hamas yang akan menumpas Israel di Palestina. Iran mengupayakan segala cara untuk memperluas ideologinya di Timur Tengah, hal ini dapat dinilai dari kebijakan Iran yang mendukung proksi-proksi di atas. Iran memainkan perang penting bagi proksi yang secara strategis memiliki tujuan masing-masing.
Kesimpulan
Proksi-proksi seperti Hamas, Hizbullah, dan Houthi diperankan oleh Iran dibalik layar untuk melawan dominasi the west. Narasi ini terbukti dengan peran Iran yang sangat sentral dalam geopolitik di Timur Tengah. Realisme hubungan internasional sangatlah jelas terpampang bagaimana suatu negara memperjuangakan statism negaranya ditengah geopolitik negara tetangga Iran yang didominasi oleh pihak negara barat.
ADVERTISEMENT
Iran memadukan kebijakan luar negeri soft dan hard power diplomacy. Perantara soft power dengan diplomasi publik untuk menyebarkan ideologi Syiah dan hard power melalui jalur militeristik menggunakan proksi. Proksi-proksi ini juga menjadi kepanjangan tangan Iran yang berguna sebagai media kebijakan luar negeri Iran.
Politik luar negeri milik barat seperti Amerika Serikat yang mempromosikan freedom and democracy berbeda dengan nilai asli Timur Tengah yang belum tentu mendapat kecocokan untuk diterapkan. Usaha-usaha Iran menunjukkan bagaimana pengaruh kebijakan luar negeri mereka di kawasan untuk menandingi pengaruh negara-negara barat. Narasi yang diberikan barat kepada Iran belum tentu benar bagi sudut pandang yang berlawanan. Jadi, Iran bukanlah negara remeh dan sembarangan. Iran akan terus melawan segala sesuatu yang menekannya serta berlawanan dengan ideasional yang dimiliki oleh Iran.
ADVERTISEMENT