Tentang KamiPedoman Media SiberKetentuan & Kebijakan PrivasiPanduan KomunitasPeringkat PenulisCara Menulis di kumparanInformasi Kerja SamaBantuanIklanKarir
2024 © PT Dynamo Media Network
Version 1.93.2
Konten dari Pengguna
Kondom untuk Anak Sekolah, Pendidikan Seksual?
14 Agustus 2024 13:46 WIB
·
waktu baca 3 menitTulisan dari Iva Umu Maghfiroh tidak mewakili pandangan dari redaksi kumparan
ADVERTISEMENT
Pendidikan seks merupakan salah satu perbincangan menarik dan panas di kalangan masyarakat Indonesia. Tepatnya beberapa hari yang lalu, di salah sebuah komunitas di platform media sosial X seorang warganet menyampaikan keresahannya mengenai sang adik yang masih berada di bawah umur ketahuan menyimpan kondom di dalam tas sekolahnya. Hal ini tentu langsung memancing perdebatan, bahkan ada banyak warganet yang menyatakan bahwa apa yang dilakukan sang adik tersebut merupakan dampak buruk dari pendidikan seks di usia dini yang selama ini digaungkan oleh banyak pihak. Namun, benarkah demikian? Apakah pendidikan seks justru menjerumuskan anak-anak pada hubungan seksual semata? Atau, justru ada masalah lain dalam kejadian semacam ini?
ADVERTISEMENT
Apakah yang dimaksud dengan Pendidikan Seksual?
Pendidikan seksual menurut World Health Organization (WHO) ditujukan untuk membantu anak-anak muda supaya bisa hidup lebih aman, produktif dan terhindar dari penyahit infeksi menular seksual, kehamilan tidak direncanakan, maupun kekerasan dan ketidaksetaraan berbasis gender. Sehingga kedepannya para anak muda ini dapat hidup dengan lebih baik, sehat, terbuka serta menghargai perbedaan yang ada di sekitarnya.
Namun demikian, ternyata masih banyak yang sering menyalahpahami dan menganggap bahwasa pendidikan seksual semata-mata mengajari anak caranya bereproduksi. Bahkan pendidikan seksual pada anak harusnya diberikan sesuai dengan usia dan kebutuhan anak tersebut.
Rasa Penasaran Remaja akan Kontrasepsi
Kejadian di mana seorang remaja membeli alat kontrasepsi merupakan hal yang tidak mengejutkan mengingat hari ini keberadaan internet dapat memberikan segala macam informasi yang dapat diakses bahkan oleh anak-anak sekalipun. Melalui gawai mereka masing-masing setiap anak memiliki kemungkinan untuk mencari tahu apa yang menjadi rasa penasarannya masing-masing termasuk bagaimana caranya berhubungan seksual. Sebab sebagaimana makhluk hidup pada umumnya, manusia secara biologis memang memiliki dorongan dan hasrat seksual yang akan muncul ketika telah memasuki usia remaja.
ADVERTISEMENT
Itulah kenapa menyalahkan pendidikan seksual atas kejadian anak yang memiliki kondom agaknya menjadi kurang tepat, karena kita juga tidak mengetahui apakah anak tersebut benar-benar mendapatkan pendidikan seksual di sekolah. Justru seharusnya dengan adanya pendidikan seksual seorang anak akan tahu bagaimana tubuhnya dan di usia berapa dia boleh berhubungan seksual. Bukan malah berhubungan seksual di usia remaja dengan segala resikonya.
Siapa yang Berkewajiban Mengenalkan Pendidikan Seksual pada Anak?
Perlu diingat bahwa pendidikan seksual tidak hanya dimulai ketika anak telah memasuki vase remaja saja, melainkan jauh sebelum itu yaitu dari mereka masih kecil. Orang tua dan keluarga menjadi benteng pertama pengenalan pendidikan seksual bagi anak-anaknya termasuk menghargai perbedaan, keterbukaan dan komunikasi, serta konsep pernikahan dan keluarga serta cinta kasih. Terlebih bagi masyarakat Indonesia yang menjunjung tinggi nilai-nilai agama.
ADVERTISEMENT
Melarang anak mengetahui kebutuhan seksual mereka tidak hanya berbahaya tetapi juga akan membuat anak tertutup kepada orang tuanya. Sehingga orang tua kehilangaan akses pada apa yaang menjadi keingintahuan putra dan putrinya.