Tentang KamiPedoman Media SiberKetentuan & Kebijakan PrivasiPanduan KomunitasPeringkat PenulisCara Menulis di kumparanInformasi Kerja SamaBantuanIklanKarir
2024 © PT Dynamo Media Network
Version 1.93.2
Konten Media Partner
Kisah Al Haris, Loper Koran yang Kini Jadi Gubernur Jambi
8 Juli 2021 12:58 WIB
·
waktu baca 8 menitDiperbarui 13 Agustus 2021 13:51 WIB
ADVERTISEMENT
Jambikita.id - Al Haris resmi dilantik sebagai Gubernur Jambi pada tanggal 7 Juli tahun 2021. Bersama pasangannya, Abdullah Sani sebagai Wakil Gubernur Jambi, dia memenangkan Pilgub Jambi tahun 2020 yang disusul dengan pemungutan suara ulang (PSU).
ADVERTISEMENT
Pencapaian itu mungkin didukung dengan latar belakang keluarganya yang sederhana, tetapi menghargai pendidikan. Keluarganya juga religius, menjujung tinggi budi pekerti, dan optimis terhadap masa depan anaknya.
Namun, sebagai anak seorang petani, hidup Haris di masa lalu penuh rintangan. Orang tuanya memiliki pemasukan yang pas-pasan untuk membiayai lima orang anak. Karena itu, dalam menempuh pendidikannya Haris sempat mengalami keterbatasan biaya.
Pria yang lahir pada tanggal 23 November tahun 1973 itu, lulus SD pada tahun 1985. Dia kemudian melanjutkan pendidikan di SMP PGRI Sekancing yang berjarak sekitar 2 kilometer dari rumahnya.
Pada masa sekolahnya, aktivitas Haris cukup padat. Dia membantu ayahnya dalam memotong material karet saat pagi hari. Lalu, jam 13.00 WIB baru dirinya berangkat ke sekolah. Selama tiga tahun aktivitas ini dilakukannya tanpa lelah.
ADVERTISEMENT
Dia yakin kerja kerasnya membuahkan hasil yang baik. Impian untuk menjadi seseorang yang berguna terus melekat di jiwanya. Di tengah keterbatasan, Haris memiliki semangat juang yang tinggi.
Haris lulus SMP pada tahun 1988. Niat untuk melanjutkan studi ke SMA Negeri, sempat terkendala keterbatasan biaya. SMA Negeri yang ada di Kota Bangko jaraknya sangat jauh dari Sekancing.
Tidak putus harapan, Ayahnya menjual sebidang tanah untuk biaya sekolah Haris. Dengan uang seadanya, Haris berangkat ke Kota Bangko untuk mendaftar masuk SMA.
Namun, sekolah negeri yang ditujukannya tidak lagi menerima siswa baru, karena tutup pendaftaran. Haris terpaksa mendaftar ke SMA Swasta di Bangko.
Di Sela-sela Masa SMA Haris Mengantar Koran
Selama masa SMA, kehidupan putra sulung dari lima bersaudara ini, semakin penuh perjuangan. Dia terpaksa bekerja di luar jam pelajaran sekolah untuk kebutuhan sehari-hari di Bangko.
ADVERTISEMENT
Dia sempat menjadi karyawan di salah satu toko Kelontong Pasar Bawah. Selama bekerja, Haris digaji dengan beras.
Karena butuh uang untuk membayar SPP, dia memutuskan berhenti, dan melamar kerja di Toko Buku Singgalang Bangko sebagai penjual dan pengantar koran (loper).
Setelah diterima bekerja di toko buku itu, Haris diwajibkan mengambil koran, dan majalah di pagi hari sekitar pukul 05.30 WIB. Koran yang dijual dan diantarnya, yakni Singgalang, Sriwijaya Post, Sentana, Sinar Pagi, Kompas, dan beberapa majalah lain.
Karena malu kepergok orang kampung yang melihatnya menjual koran, Haris mengenakan topi yang mirip dengan serdadu Jepang (tertutup di bagian samping dan belakang kepala) saat bulan pertama menjual koran.
Dia berjualan di kawasan Pasar Bawah, dari toko-toko emas sampai toko-toko pakaian. Dengan berjalan kaki mengitari Pasar Bawah, Haris menghabiskan waktu sekitar 1,5 jam.
ADVERTISEMENT
Jika sudah berjualan di sana, dia berjalan kaki ke terminal bus di dekat Pasar Baru untuk menawarkan koran. Tidak hanya itu, Haris juga mengantar koran di kantor pemerintahan, SPBU, lalu ke perkantoran di Pematang Kandis.
Hasil penjualan koran tidaklah banyak. Haris hanya mampu membeli nasi putih, yang dilumuri kuah gulai yang diberikan secara gratis oleh pihak rumah makan. Kondisi ini terus dialaminya selama berjualan koran. Namun, ada saja sisa uang yang digunakan Haris untuk membantu orang tuanya di kampung.
Haris tinggal di rumah penjaga TK Pertiwi yang lokasinya tidak jauh dari SMA DB Bangko. Sekitar pukul 12.30 WIB, selesai berjualan koran, baru dia bisa istirahat di sana. Ketika jam menunjukan pukul 13.00 WIB, Haris mulai bersekolah layaknya anak lain.
ADVERTISEMENT
Memasuki kelas tiga SMA, Haris berhenti jadi penjual koran. Dia mulai fokus menjadi tukang ganti oli mobil di Toko Bram Motor. Selama bekerja, dia makan dan tinggal di toko itu. Tidak lama kemudian, dia pindah lagi ke Toko Edi Sarang Motor, sampai akhirnya menyelesaikan ujian Ebtanas di tahun 1991.
Bertemu Anik dan Halim, Haris Sempat Jadi Penjual Martabak
Begitu mengantongi ijazah SMA, pemuda ini nekat merantau ke Kota Jambi untuk melamar pekerjaan. PT. Tanjung Johor Wood Industry menjadi perusahaan pertama yang diminatinya.
Setelah memasukkan lamaran, dan menunggu beberapa saat, ternyata dia diterima. Namun, ketika mau mulai bekerja di perusahaan tersebut, orang tuanya sakit. Haris bergegas pulang ke Sekancing Bangko, sehingga batal bekerja di PT. Tanjung Johor Wood Industry.
ADVERTISEMENT
Haris kembali merantau. Kali ini ke Kuala Tungkal untuk melamar di pabrik ubur-ubur. Karena dinilainya tidak ada prospek, sebulan kemudian dia berangkat ke Kota Jambi.
Di Kota Jambi inilah dia memulai karir sebagai PNS. Setibanya di Kota Jambi, Haris mendengar kabar penerimaan pegawai di RRI Jambi. Setelah melamar kerja di radio tersebut, ternyata dia diterima. Tapi, karena SK belum terbit, dia baru bisa bekerja satu tahun kemudian.
Sambil menunggu SK, Haris kembali ke Bangko. Haris sempat bingung mau bagaimana untuk bertahan hidup, karena belum bekerja, dan tida punya tempat tinggal.
Karena itu dia mencari pekerjaan lain untuk sementara. Dengan nekat dan mengabaikan rasa gengsinya, Haris bergabung dengan penjual martabak di Pasar Bawah.
ADVERTISEMENT
Beruntung Anik dan Halim, dua pedagang martabak asal Sumatera Barat, menerimanya dengan tangan terbuka. Bahkan mempersilakan Haris tinggal bersama.
Anik dan Halim dengan sabar mengajari Haris dalam meracik bumbu, mengaduk tepung, menggoreng, hingga menyajikan martabak yang siap santap. Haris dengan semangat melakukan itu semua dengan pemikiran sederhana, “Kalau Sampai SK PNS di RRI tidak keluar, setidaknya aku bisa melanjutkan hidup dengan berjualan martabak”.
Dia menyimpan impian besarnya dengan kesadaran bahwa dari kecil sampai sekarang kesederhanaan telah menjadi teman akrabnya. Kesederhanaan ini pula yang kelak dibawanya sebagai sosok yang disegani di Pemerintah Provinsi Jambi.
Pada bulan Maret tahun 1992, SK yang ditunggunya keluar. Dia diterima dan diangkat sebagai PNS Golongan I sebagai staf teknis dengan job operator studio RRI. Gaji pertama yang diterimanya hanya Rp. 36.000. Cukup untuk bertahan hidup.
ADVERTISEMENT
Haris ditempatkan di pemancar RRI Mendalo, selama bertugas, dia tinggal di rumah orang tua angkat, Basir Manan, sepupu H Samsudin Uban, mantan Bupati Sarko tahun 1970.
Tiga bulan di Mendalo, dia dipindahtugaskan ke RRI Telanaipura sebagai operator studio. Di sana, dia bertugas mengatur jadwal acara, musik dan kapan penyiar harus bicara saat tayang.
Suatu pagi, ketika berjalan di depan RRI, Haris berpapasan dengan Kepala Stasiun (Kepsta) baru pindahan dari RRI Bogor. Di sinilah dia merasakan betapa keberuntungan sangat dekat dengan dirinya yang sederhana.
Kepsta itu bertanya kepadanya tentang tempat tinggal. Setelah dijawabnya, Kepsta itu menawarkan Haris untuk menemaninya tinggal di rumah dinas, sampai istrinya yang di Bogor pindah ke Jambi.
ADVERTISEMENT
Sekitar tahun 1993, Haris yang lulusan SMA DB Bangko itu melanjutkan studi ASM Jambi. Jarak antara kantor (Telanaipura) dan kampus Simpang Kawat) lumayan jauh. Karena yang di kantong yang tipis, sehari-hari Haris kembali berjalan kaki dari kantor ke kampus, dan sebaliknya.
Dua tahun sebelum lulus, Haris menyunting putri dari Gunung Masurai, gadis Desa Muara Madras bernama Hesnindar yang akrab disapa Hesti. Gadis yang telah meluluhkan hatinya ini, dikenal dalam suatu acara di Museum Jambi sekitar tahun 1993.
Saat itu Hesti adalah ajudan istri Bupati Merangin Zainul Imron. Sejak pertemuan pertama itulah, Haris bertekad menjadikan Hesti sebagai pendamping hidupnya.
Lagi-lagi Haris harus berjuang. Tidak hanya berjuang untuk bertahan hidup, kini dia juga berjuangan demi meraih cintanya. Dua tahun sejak pertemuan pertama, tepatnya pada 5 Agustus 1995, dia akhirnya berhasil mempersunting Hesti. Ternyata tanggal pernikahannya itu juga tanggal ulang tahun Kabupaten Merangin.
ADVERTISEMENT
Al Haris Mulai Berperan dalam Pemerintahan di Jambi
Setelah lulus ASM tahun 1998, Haris menghadap Hasan Basri Agus (HBA) yang sewaktu itu menjabat sebagai Kepala Biro Kepegawaian Setda Provinsi Jambi. Sejak saat itu Haris selalu dekat dengan HBA.
HBA sudah dianggap sebagai orang tua, sahabat, dan guru oleh Haris. Hampir setiap hari HBA selalu membagi pengalaman dan pelajaran berharga tentang birokrasi pemerintahan kepada Haris. Karena itu, sosok HBA sangat melekat bagi Haris sejak awal pertemuan sampai akhirnya menjadi Kepala Biro Umum Setda Provinsi Jambi.
Memasuki tahun 1999, Haris mengajukan pindah sebagai penatar P4 bagi Pejabat Eselon III Pemerintah Provinsi Jambi. Karena sewaktu kuliah di ASM dia pernah ikut pelatihan P4 tingkat nasional pola 144 jam, dan mendapat SK BP7 Pusat, Haris yang masih golongan II berhak memberikan penataran kepada pegawai Eselon III se-Provinsi Jambi. Bermodal SK itulah Haris mengajukan pindah dari RRI ke BP7.
ADVERTISEMENT
Tapi sayang, tak beberapa lama kemudian BP7 bubar, Haris terkatung-katung ditempatkan di Biro Kepegawaian Setda Provinsi Jambi. Di sini dia sempat disiapkan menjadi Ajudan Wakil Gubernur Jambi Uteng Suryadiatna. Tetapi tidak jadi, karena dia melanjutkan studi ke jenjang yang lebih tinggi.
Berbekal ijazah Sarjana Muda, Haris mengajukan diri untuk belajar di Sekolah Tinggi Ilmu Administrasi Negara Lembaga Administrasi Negara Bandung (STIA-LAN Bandung).
Waktu berlalu demikian cepat. Tahun 2001, dia lulus di STIA-LAN Bandung, dan kembali ke Jambi dengan tugas sebagai Sekretaris Lurah Selamat Pemerintah Kota Jambi.
Pada tahun 2004, Haris diangkat menjadi Lurah Selamat. Dia bahkan meraih penghargaan sebagai salah satu Lurah Teladan yang mewakili Kota Jambi.
Haris hijrah ke Sarolangun sebagai Kasubbag Rumah Tangga Pemkab Sarolangun pada tahun 2006. Dua tahun menjabat, Haris dipindahkan lagi sebagai Kepala Bidang Penanaman Modal Bappeda Sarolangun. Namun, tahun 2008 dia pindah tugas lagi sebagai Sekretaris Dukcapil Pemkab Sarolangun.
ADVERTISEMENT
Pada tahun 2010 dia ditempatkan sebagai Kabag Rumah Tangga di Biro Umum Setda Provinsi Jambi. Lalu di tahun 2011, Haris dipercaya sebagai Kepala Biro Umum Setda Provinsi Jambi.
Dari Bupati Merangin Jadi Gubernur Jambi
Haris kemudian menjabat Bupati Merangin periode tahun 2013 - 2018. Di sela-sela kesibukannya sebagai pemimpin, Haris masih terus menimba ilmu. Sambil jadi bupati, Haris mantan penjual koran dan martabak itu, kuliah dalam program Doktor ilmu Pemerintahan di IPDN Jatinagor. Masuk tahun 2014, dan selesai pada tahun 2017 dengan IPK 3,81 predikat pujian.
Pemuda yang pernah berjualan martabak, koran, pengganti oli, operator studio itu, dipercaya banyak orang untuk memimpin Merangin dalam periode ke 2, tahun 2019 - 2024.
ADVERTISEMENT
Tidak sampai di situ, lihatlah Al Haris mantan penjual Koran itu, sudah menjadi Gubernur Jambi periode tahun 2021 - 2024.
(M Sobar Alfahri)