Tentang KamiPedoman Media SiberKetentuan & Kebijakan PrivasiPanduan KomunitasPeringkat PenulisCara Menulis di kumparanInformasi Kerja SamaBantuanIklanKarir
2024 © PT Dynamo Media Network
Version 1.86.0
Konten dari Pengguna
SSS#9: Bourdieu dan Metode Ilmiah Habitus
26 Juni 2024 7:04 WIB
·
waktu baca 3 menitTulisan dari Jan Mealino Ekklesia tidak mewakili pandangan dari redaksi kumparan
ADVERTISEMENT
Halo, teman-teman kumparan! Tulisan ini merupakan konten dari Self, Social, Society (SSS). Tulisan ini secara garis besar akan membahas mengenai para tokoh sosial/hukum/politik/psikologi dan teorinya, dikemas dalam bentuk series, sederhana, dan mudah dimengerti.
ADVERTISEMENT
Membahas Bourdieu tidak terlepas dari sosiologi dan teori-teori yang keras menentang arus diskurus yang lazim terjadi pada akhir abad-20. Sumbangsihnya setara dengan Peter L. Berger dengan konstruksi sosial atau Anthony Giddens dengan strukturasi. Kenyataan teori-teori yang terlampau dikotomis (struktur-agen, subjektivisme-objektivisme, teori-praktis, individu-masyarakat) membuat Bourdieu mencari jalan keluar atas permasalahan yang tidak sepenuhnya menggambarkan realitas sosial itu.
Relasionalitas Bourdieu ini yang kemudian dirancang tidak hanya menjadi ide teoretis yang ditulis dalam buku tebal, melainkan juga sebagai metode yang menjembatani perdebatan dikotomis dalam teori-teori sosial budaya. Salah satu grand book terkenal Bourdieu adalah The Logic of Practice (1980). Di dalam bukunya, Bourdieu secara rinci menjelaskan bahwa tindakan sosial sering kali tidak didasarkan pada logika praktis yang tidak selalu rasional. Jika kembali melihat pemikiran James Coleman tentang Rational Choice (1992), perilaku manusia ditentukan oleh pilihan-pilihan ekonomi (untung-rugi). Namun, perilaku manusia bagi Bourdieu tidak demikian.
ADVERTISEMENT
Untuk itu, pertama-tama perlu memahami konsep habitus. Habitus digunakan pada setting utama Bourdieu karena habitus memberikan kesempatan bagi peneliti untuk menjelaskan how dan why para agen memahami (conceive) dan merekonstruksi ((re)construct) dunia sosial. Melalui habitus, Bourdieu ingin membongkar perilaku yang terinternalisasi, persepsi, dan kepercayaan yang dibawa individu dari generasi ke generasi, sekaligus diterjemahkan ke dalam kehidupan sehari-hari (Costa & Murphy, 2015).
Habitus adalah proses sosial yang lebih dari sekadar akumulasi pengalaman. Habitus adalah proses sosial kompleks yang dihidupi baik oleh individu maupun kelompok untuk terus menerus terstruktur dan berkembang. Di dalam praktiknya, habitus digunakan untuk membenarkan cara pandang, nilai, tindakan, dan posisi sosial seseorang. Sama pentingnya, habitus dapat dilihat sebagai agen kesinambungan dan tradisi, dan juga sebagai kekuatan perubahan.
ADVERTISEMENT
Beberapa topik yang dapat dieksplorasi dari konsep habitus antara lain:
Selain habitus, beberapa konsep besar Bourdieu antara lain kapital (meliputi sosial, budaya, ekonomi, dan simbolik), arena (ruang sosial tempat mendapat sumber daya dan kekuasaan), kekerasan simbolik (dominasi kelompok dengan paksaan nilai atau norma), dan doxa (keyakinan yang diterima dalam suatu masyarakat atau arena secara taken for granted dan tidak perlu diperdebatkan). Ke semuanya digunakan untuk selalu mengangkat isu-isu yang berkaitan dengan masyarakat pada masanya.
Kemarahan terhadap ketidakadilan dunia kontemporer tetap konstan di seluruh karya Bourdieu. Beberapa karya dan gagasan Bourdieu bagi perkembangan penelitian sosiologi diungkap dalam tiga hal: (1) Teori dan konsep Bourdieu selalu didukung oleh desain metodologinya; (2) Teori dan konsep Bourdieu menghasilkan pendekatan yang bermakna, kompleks, dan kaya, yakni sistem eksternal dan pengalaman manusia, dunia objektif dan subjektif, dipertimbangkan dan dianalisis secara interdependen; (3) Teori dan konsep Bourdieu memiliki potensi untuk mencapai pemberdayaan baik bagi peneliti maupun yang diteliti melalui kerangka kerja konseptual yang bertujuan untuk mendamaikan teori dengan praktik melalui metode.
ADVERTISEMENT
***
(JME)