Tentang KamiPedoman Media SiberKetentuan & Kebijakan PrivasiPanduan KomunitasPeringkat PenulisCara Menulis di kumparanInformasi Kerja SamaBantuanIklanKarir
2024 © PT Dynamo Media Network
Version 1.93.2
Konten dari Pengguna
Berbalas Kejam: Kala Kehilangan Bersambut Trauma dan Rasa Dendam
20 Oktober 2023 8:49 WIB
·
waktu baca 5 menitTulisan dari Jasmine Aura Arinda tidak mewakili pandangan dari redaksi kumparan
ADVERTISEMENT
Piringan hitam diputar, suara syahdu terdengar. Hanya ada tiga orang memang, tapi kehangatan secara sukarela hadir untuk membalut suasana rumah itu. Adam berulang tahun. Sebagai istri, Lina mendaratkan kecup manis tanda hadiah.
ADVERTISEMENT
Diberikan pula sebuah jam tangan agar suaminya tidak terlalu setia “tenggelam” dalam pekerjaan hingga lupa waktu. Nara, si jagoan cilik, bergegas ke kamar setelah menyanyikan lagu selamat ulang tahun, turut mengambil kado yang telah ia siapkan untuk sang Ayah.
Sekilas ini adalah gambaran dari sebuah keluarga kecil yang bahagia. Dua menit pertama yang sangat bermakna. Adegan manis yang, sayangnya, tidak akan lagi terulang di menit selanjutnya. Ketukan pintu itu berhasil membawa pergi seluruh sukacita yang tercipta.
Tiga pria berpenampilan berandal tiba-tiba masuk ke rumah. Si-botak membawa palu dan mengayunkannya tepat ke arah kepala Adam. Si tangan bertato ikan segera mengurungnya dalam lilitan lakban hingga tubuh itu kehilangan daya. Lina ditampar habis-habisan dengan posisi terbaring di atas meja makan, kemudian ditarik paksa sampai badan wanita itu menyentuh lantai dengan sangat keras.
ADVERTISEMENT
Nara baru saja kembali dari kamar saat melihat kedua orang tuanya sudah penuh darah dan memar. Teriakan histeris meluncur dari mulut Lina, membuat anak semata wayangnya itu buru-buru lari untuk bersembunyi dari para penjahat keji.
Adegan demi adegan kekerasan ditampilkan. Keadaan yang sangat kontras dengan menit sebelumnya. Kesan mencekam sukses dibangun melalui penggunaan cahaya yang temaram. Penambahan suara latar turut membawa penonton seolah masuk ke dalam cerita, merasakan ketegangan yang ada.
Segmen ini ditutup dengan Lina dan Nara yang kehilangan nyawa. Adam menyaksikan sendiri bagaimana pisau itu menusuk perut istrinya, banyak darah merembes di balik baju yang ia kenakan, hingga anaknya yang kehabisan napas akibat dibekap dengan sangat kuat.
ADVERTISEMENT
Sorot mata pria itu menyiratkan kemarahan akan ketidakberdayaannya. Adam merutuki dirinya yang lemah. Bahkan sampai di detik-detik terakhir pun, ia tetap tidak bisa melindungi keduanya barang sebentar.
Sejak kejadian itu, Adam terkurung dalam jeruji sepi. Ia hidup dalam bayang-bayang trauma dan luka yang sulit terobati. Teddy memperkuat asumsi penonton dengan menunjukkan kondisi rumah Adam setelah kehilangan harta paling berharga yang ia miliki.
Banyak baju berserakan, roti berjamur di meja makan, gerombolan lalat hinggap di atas piring-piring kotor yang tidak dibereskan, dan mi instan adalah satu-satunya hal yang ia siapkan untuk sarapan. Penampilan berantakan dan raut wajah Adam yang mengisyaratkan beragam kesedihan juga tidak luput dari atensi sang sutradara.
Kekosongan yang selama dua tahun ini melingkupi Adam rupanya sudah membawa laki-laki itu pada kondisi stagnan. Ia diam di tempat. Tidak maju ataupun mundur. Tidak tumbuh maupun berkembang. Pun ia harus rela dirumahkan sementara dari pekerjaannya karena keadaan psikis yang tidak memungkinkan.
ADVERTISEMENT
Di sini, muncul karakter baru bernama Kian. Meski bukan tokoh utama dan waktu layarnya juga tidak bisa dibilang banyak, tapi sosoknya berperan cukup penting dalam menjadi jembatan antara pertemuan Adam dengan Amanda—seorang dokter jiwa yang Kian gadang-gadang mampu membantu rekan kerjanya itu keluar dari sergapan trauma yang menyesakkan.
Perjumpaan pertama mereka berjalan kurang baik. Adam dengan egonya yang tinggi enggan berbagi cerita masa lalu itu kepada Amanda. Ia terus menegaskan bahwa kedatangannya bukanlah untuk meminta bantuan.
Meskipun pada akhirnya ia mau membuka mulut dan mengorek ingatan mengenai kejadian traumatis itu, tapi suaranya yang bergetar tidak bisa berbohong. Ia menyimpan setumpuk amarah dan penyesalan di dalam sana. Perasaan dendam yang sudah bersarang sebagai bom waktu. Tinggal menunggu saja kapan ia meledak dan menandaskan semuanya.
ADVERTISEMENT
Jika dibaca dari judulnya, "Berbalas Kejam" tentu bukanlah karya film yang menyulitkan bagi para penonton untuk menebak alur ceritanya. Kisah seorang laki-laki yang ingin membalaskan dendam atas kematian orang tersayangnya pun merupakan premis yang sudah akrab dengan industri ini sejak lama.
Namun, satu hal yang patut digarisbawahi adalah Teddy bersama dengan krunya berani mendobrak selera pasar masyarakat Indonesia yang seragam dan terlalu terbatas di genre yang itu-itu saja. Kemunculan film ini di awal tahun 2023 tentu menjadi angin segar bagi perfilman lokal yang sempat terhegemoni dalam pusaran ide yang cenderung kurang variatif.
Ketika berbicara perihal berhasil atau tidaknya suatu karya, tentu hal itu tidak mampu terlepas dari para pemeran hebat di balik layar. Banyak orang mengatakan Reza Rahadian adalah aktor yang overrated. Sayangnya, saya sangsi bahwa ada aktor lain yang mampu memainkan sosok Adam seapik dirinya.
ADVERTISEMENT
Ekspresi yang ia sajikan sejak menit pertama hingga terakhir luar biasa detail. Mata menjadi kunci utama di sini. Ia sukses memancarkan berbagai macam emosi kepada penonton dari sana, membuat kami yang melihat secara tidak sadar turut masuk merasakannya; kosongnya, sedihnya, marahnya, dendamnya.
Perjalanan Adam dalam mengatasi traumanya memang suatu tontonan yang sangat menarik untuk diselami bersama. Percayalah, perasaan saya berhasil diobrak-abrik oleh film berdurasi seratus sembilan menit ini.
Plot balas dendam yang sejak awal ditawarkan pun cukup menjanjikan. Sayang sekali itu tidak berlaku untuk eksekusi adegan di menit-menit terakhir. Ada satu-dua ekspektasi saya yang terpatahkan dan berganti dengan rasa kurang puas.
Ini mungkin bukan jenis film yang dapat dinikmati oleh semua kalangan. Banyaknya adegan kekerasan bersifat triggering dikhawatirkan menimbulkan akibat yang tidak baik pada diri seseorang yang pernah ataupun sedang mengalami hal serupa.
ADVERTISEMENT
Namun, "Berbalas Kejam" tetaplah layak untuk masuk ke dalam daftar tontonan dan didiskusikan bersama teman, terkait sisi psikologis yang dihadirkan di dalamnya maupun sebuah kalimat Amanda yang bisa dijadikan sebagai bahan renungan: